209
Telaah Sastra
Menulis Kembali Sastra Indonesia Klasik
A
Pada Pelajaran 11, Anda belajar mengalihkan aksara Arab Melayu ke dalam aksara Latin. Hal tersebut dapat melatih Anda untuk
melancarkan cara membaca huruf Arab Melayu pada pembelajaran kali ini.
Pada zaman dahulu, bahasa Melayu memiliki keunikan tersen- diri. Penulisan aksara dalam bahasa Melayu menggunakan aksara
Arab yang berbeda dengan tulisan di daerah aslinya, yaitu jazirah Arab.
Secara historis, bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Hal ini dapat dibuktikan dengan hal-hal berikut.
1. Bahasa Melayu sejak berabad-abad yang lampau sudah menjadi bahasa penghubung antarsuku-suku bangsa di Nusantara, di
samping bahasa daerahnya sendiri. 2. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan terutama
di tepi-tepi pantai, baik antarsuku di Indonesia maupun untuk berhubungan dengan pedagang-pedagang yang datang dari luar
Indonesia. 3. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.
4. Dalam masa pemerintahan Belanda, bahasa Melayu diper- gunakan sebagai pengantar pengajaran dan juga sebagai media
sastra. Dalam aspek penulisan, bentuk tulisan bahasa Melayu disajikan
dalam huruf Arab, namun bahasanya tetap bahasa Melayu. Penulisan Arab ini pun mengalami penyesuaian tersendiri. Hal ini disebabkan
adanya beberapa huruf Melayu yang tidak diwakili oleh huruf Arab.
1. Menulis Permulaan
Setiap kata bahasa Indonesia yang terdiri atas suku kata mati, yang dituliskan hanyalah huruf-huruf matinya konsonan. Setelah
itu, di atas huruf-hurufnya itu diberi tanda bunyi. Contoh:
tampar : timbul :
bantal :
2. Menulis Lanjut
Berikut ini syarat-syarat yang dipakai dalam menuliskan kata- kata bahasa Indonesia dengan huruf Arab Melayu.
a. Alif saksi
Suku kata kedua dari belakang diberi alif saksi pengganti tanda bunyi a.
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menulis kalimat dengan huruf Arab Melayu, menulis kembali kutipan sastra Indonesia
klasik dari teks berhuruf Arab Melayu ke dalam huruf Latin, serta menulis inti kutipan sastra Indonesia Klasik dalam beberapa kalimat
dengan menggunakan aksara Arab Melayu.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Salah satu contoh tulisan Arab Melayu.
S l h h
li A b
Gambar 12.1
210
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
Contoh: malas = , talam =
, Padang = Huruf
hidup a sebagai suku kata kedua dari belakang tidak
diberi alif saksi. Contoh: ayam =
b. Suku akhir berbunyi a tidak diberi alif saksi, kecuali kalau suku dua dari belakang yang mendahuluinya dan berbunyi e.
Contoh: bapa = dan kera =
c. • Wau saksi dipakai pada suku kata kedua dari belakang yang
hidup dan berbunyi u.
Contoh: buka = •
Wau saksi dipakai pada suku kata akhir yang hidup dan berbunyi u.
Contoh: batu = •
Suku akhir dan suku kedua dari belakang yang masing-masing hidup dan berbunyi u diberi wau saksi.
Contoh: buku = d. • Ya saksi dipakai pada suku kedua dari belakang yang hidup
dan berbunyi i. Contoh: lima =
• Ya saksi dipakai pada akhir suku kata yang hidup dan
berbunyi i. Contoh: mati =
• Ya saksi dipakai pada suku akhir dan suku kedua dari
belakang yang masing-masing hidup dan berbunyi. Contoh:
Tini =
• Ya saksi dipakai pada suku kedua dari belakang yang hidup
dan berbunyi é. Contoh: keméja =
• Ya saksi dipakai pada akhir suku kata yang hidup dan
berbunyi é. Contoh: lotré =
• Ya saksi dipakai pada suku kata akhir dan suku kedua dari
belakang yang masing-masing hidup dan berbunyi é. Contoh: Sepélé =
e. • Wau mati dipakai pada suku yang kedua dari belakang yang
hidup dan berbunyi o. Contoh: kota =
• Wau saksi dipakai pada akhir suku kata yang hidup dan
berbunyi o. Contoh: toko =
211
Telaah Sastra
f. Partikel lah, tah, kah, dan pun tidak mengubah ejaan.
Contoh: marilah = manatah
bilakah = manapun =
g. Kata ganti dan akhirannya ku, mu, dan nya mengubah ejaan. Contoh: bajuku =
batunya = bukumu =
Selain itu, Anda pun perlu mengetahui tata cara penulisan lain yang biasa dipakai dalam naskah Melayu Arab.
Hal-hal lain tersebut adalah sebagai berikut. a. Alif
gantung Jika bunyi awal suku hidup mati, terdiri atas huruf hidup a, harus
dituliskan dengan alif gantung, yaitu bentuk alif yang seolah-olah tergantung. Hal ini biasanya terdapat pada kata-kata yang didahului
oleh suku hidup dan berbunyi u dan i.
Contoh: tuan = tiap =
b. Alif gantung pada bunyi ...ia... boleh dihilangkan. Contoh: siang =
c. Bunyi au dituliskan dengan huruf wau
. Hal ini untuk membedakannya dengan bunyi o dan u diberi tanda bunyi a di
atas huruf yang mendahuluinya. Contoh: kalau =
Adapun bunyi ai dituliskan dengan huruf ya. Agar tidak keliru dengan bunyi i atau diberi tanda bunyi di atas huruf yang
mendahuluinya. Contoh: lantai =
d. Kata-kata seperti untuk menunjukkan pengucapan keenam,
agar tidak keliru membaca, diganti saja dengan hamzah dan tempatnya turut pada huruf yang mendahuluinya.
Hal itu menjadi: Keenam = e. Kata
Berulang a. Kata berulang sejati ditulis seperti berikut:
kuda-kuda =
b. Untuk kata berulang yang berawalan, maka angka dua itu dituliskan di belakang kata yang telah berawalan.
Contoh: berkejar-kejar = c. Untuk kata berulang yang berawalan dan berakhiran,
cara menuliskannya mula-mula dituliskan kata yang telah berawalan, kemudian angka dua dan barulah akhirannya.
Contoh: berlomba-lombaan = f.
Kata majemuk yang dituliskan disatukan dalam tulisan Melayu dianggap satu kata.
Contoh: matahari
= barangkali
= purbakala
=
Sumber: Dokumentasi pribadi
Salah satu bentuk contoh tulisan Arab Melayu dan tulisan Latinnya.
Salah satu bentuk contoh tulisan
Gambar 12.2
212
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
g. a. Bunyi iu, contoh: nyiur =
b. Bunyi
eo, contoh: keong = c.
Bunyi ui, contoh: kuil =
d. Bunyi
ai, contoh: buai = e.
Bunyi au, contoh: bakau =
Berikut ini contoh teks Arab Melayu dan penulisannya dalam aksara Latin. Teks ini merupakan surat izin untuk berniaga yang diberikan
Sultan Aceh kepada seorang saudagar Inggris ± tahun 1602.