Teori Fungsional Struktural Sosiologi Kelas 11 Puji Raharjo 2009

159 Bab 6 Analisis Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural Perubahan-perubahan yang terjadi secara drastis pada umumnya hanya mengenai bentuk luarnya saja, sedangkan unsur-unsur sosial budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami perubahan. f. Pada dasarnya, perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui tiga macam kemungkinan: penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial tersebut terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar extra systemic change; pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsional serta penemuan-penemuan baru oleh anggota- anggota masyarakat. g. Faktor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem sosial adalah konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Di dalam setiap masyarakat, demikian menurut pandangan fungsionalisme struktural, selalu terdapat tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dasar tertentu terhadap sebagian besar anggota masyarakat yang menganggap serta menerimanya sebagai suatu hal yang mutlak benar. Sistem nilai tersebut tidak saja merupakan sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial, akan tetapi sekaligus juga merupakan unsur yang menstabilisir sistem sosial budaya itu sendiri.

2. Teori Konƀ ik

Tokoh utama teori konflik adalah Ralp Dahrendorf. Menurut teori konflik masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus di antara unsur-unsurnya. Teori konƀ ik melihat bahwa setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial dan keteraturan yang terjadi dalam masyarakat disebabkan karena adanya tekanan dan pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Asumsi dasar teori konƀ ik adalah: a. Masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir, atau dengan perkataan lain, perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat. b. Setiap masyarakat mengandung konƀ ik-konƀ ik di dalam dirinya atau dengan perkataan lain, konƀ ik merupakan gejala yang melekat dalam masyarakat. c. Setiap unsur di dalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan-perubahan sosial. d. Setiap masyarakat terintegrasi atas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang atas sejumlah orang-orang yang lain. F F okus okus Dalam teori kon À ik, masyarakat dipandang dalam keadaan proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus-menerus di antara unsur-unsurnya. di mana tiap-tiap elemen yang ada dalam masyarakat memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial dan perubahan- perubahan sosial. Sosiologi SMAMA Kelas XI 160

3. Analisis Keanekaragaman masyarakat Indonesia

Adanya perbedaan suku bangsa, agama, regional, dan pelapisan sosial dalam suatu masyarakat multikultural secara analitis memang dapat dibicarakan sendiri-sendiri, akan tetapi di dalam kenyataan semuanya jalin- menjalin menjadi suatu kebulatan yang kompleks, serta menjadi dasar bagi terciptanya kelompok-kelompok dalam masyarakat Indonesia. Apabila penggolongan masyarakat Indoneisa berdasarkan suku bangsa secara sederhana dibedakan menjadi Jawa dan luar Jawa. Penggolongan berdasar agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Penggolongan berdasarkan sistem pelapisan sosial, yaitu priyayi dan wong cilik. Pengelompokan masyarakat Indonesia tersebut akan membawa akibat yang luas dan mendalam di dalam seluruh pola hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat Indonesia, seperti hubungan-hubungan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, kekeluargaan, dan sebagainya. Sumber: www.arsipjatim.co.id Gambar 6.4 Berbagai kelompok dalam masyarakat multikultural In- donesia merupakan unsur yang saling terkait dalam rangka mencapai integrasi bangsa. F F okus okus Keragaman dalam masyarakat multikultural tidak dapat dianalisis sendiri-sendiri, karena semua elemen dari keragaman tersebut merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh serta saling terkait antara satu sama lain. Apabila dilihat dari pendekatan fungsional struktural, maka masyarakat Indonesia dipandang sebagai suatu masyarakat yang terdiri dari kelompok- kelompok sosial dalam hal suku bangsa, agama, regional, dan sebagainya yang berlainan dan merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Dengan demikian maka akan terjadi hubungan timbal balik antara kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain. Misalnya hubungan antara pulau Jawa sebagai penyedia tenaga kerja dan luar pulau Jawa yang menyediakan faktor-faktor produksi alam. Sekali pun integrasi sosial di antara kelompok-kelompok sosial tersebut tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial cenderung bergerak ke arah equilibrum yang bersifat dinamis. Dalam proses menuju ke arah equilibrum pastilah terjadi ketegangan- ketegangan di antara kelompok-kelompok sosial yang ada. Walaupun terjadi ketegangan-ketegangan di antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat multikultural tersebut, akan tetapi di dalam jangka yang panjang keadaan tersebut pada akhirnya dapat teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaian-penyesuaian.