Perubahan Sosial Sosiologi Kelas 11 Puji Raharjo 2009

45 Bab 2 Kon À ik Sosial Sumber: dokumen penerbit Gambar 2.4 Gaya hidup hedonis yang diadopsi para remaja dari gaya hidup orang barat, seperti “dugem” dan alkoholisme cenderung mendapat tentangan dari para orang tua yang masih menganut budaya dan adat ketimuran. C C urah Pendapat urah Pendapat Diskusikan bersama kelompok Anda, mengapa perubahan sosial dapat menjadi sumber kon À ik? Kemukakan pula unsur- unsur perubahan sosial yang dapat menjadi sumber kon À ik Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat mengharuskan masyarakat untuk menyesuaikan dirinya dengan perubahan tersebut agar eksistensi di masyarakat dapat tetap terjaga dan bertahan. Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu perubahan- perubahan pada unsur-unsur masyarakat berjalan seimbang. Ada unsur- unsur yang dengan cepat berubah, akan tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Begitu pula dengan masyarakat pendukungnya, ada masyarakat yang pro dan mendukung adanya perubahan dan masuknya unsur- unsur baru, akan tetapi di lain pihak ada pula masyarakat yang menolak dan tetap mempertahankan unsur-unsur lama. Berawal dari sinilah sering muncul pertentangan atau konƀ ik dalam masyarakat. Misalnya sebagai dampak dari era dan arus modernisasi dan globalisasi, seorang anak meniru mengadopsi nilai-nilai dan budaya dari luar, seperti gaya hidup hedonis. Karena perilaku tersebut, mereka sering berselisih paham dan pendapat yang pada akhirnya mengakibatkan pertentangan dengan orang tuanya yang tetap menjunjung dan mempertahankan nilai-nilai dan budaya asli bangsa Indonesia. Bentuk-Bentuk Konƀ ik berdasarkan Ruang Lingkupnya C. Konƀ ik yang terjadi dalam masyarakat dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Karena timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai tidak dihiraukan lagi, maka perlu diadakan perubahan-perubahan dalam hubungan antara kekuatan-kekuatan tersebut, sehingga tercapai keseimbangan lagi. Lagi pula, suatu pertentangan dapat pula menghasilkan kerja sama, karena dengan terjadinya pertentangan, masing- masing pihak akan mengadakan introspeksi dan kemudian mengadakan perbaikan-perbaikan. Dengan usaha-usaha demikian masing-masing akan mengetahui kelemahan-kelemahannya, sehingga mereka akan memiliki kecenderungan untuk bekerja sama, dengan begitu kelemahan-kelemahannya Sosiologi SMAMA Kelas XI 46 dapat ditutupi. Atau sebaliknya, pertentangan dapat memberi batas-batas yang lebih tegas, sehingga masing-masing pihak sadar akan kedudukannya dalam masyarakat. Berbagai bentuk konƀ ik yang terdapat dalam masyarakat sebagai akibat dari faktor-faktor yang telah diuraikan di atas dan juga sebagai akibat dari mobilitas sosial adalah sebagai berikut:

1. Konƀ ik Antarkelas

Kelas sosial merupakan penggolongan masyarakat atas dasar kriteria ekonomi dengan karakteristik tertentu. Karakteristik ini bisa berupa jabatan atau kekayaan. Dengan karakteristik tersebut masyarakat dapat digolongkan menjadi kelas atas dan kelas bawah. Karl Marx, seorang tokoh sosiologi, membedakan kelas sosial ini antara golongan kapitalis pemilik modal dengan golongan buruh. Ia mengamati adanya perbedaan yang menyolok antara kedua golongan itu. Terjadi penindasan pada kaum buruh oleh golongan kapitalis. Karl Marx yang dikenal sebagai tokoh sosialisme atau paham sosial memimpikan adanya masyarakat tanpa kelas, sehingga tidak lagi terjadi penindasan-penindasan dalam masyarakat. Dalam konƀ ik antarkelas, tentu kelompok kelas atas akan menjadi lebih kuat. Dominasi kelompok atas menjadi lebih kuat terhadap kelompok bawah karena ketergantungan kelompok bawah pada kelompok atas. Kelompok kelas atas akan berusaha mengeksploitasi atau menggunakan semaksimal mungkin kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan dari kelompok bawah yang dipimpinnya. F F okus okus Sumber: .www.mediaindo.co.id Gambar 2.4 Demonstrasi buruh sebagai salah satu dampak dari adanya kon À ik antarkelas. Mereka menuntut perbaikan gaji agar tidak terlalu besar kesenjangan sosialnya. Menurut Karl Marx Dalam Kamanto Sunarto, 4 ; 1993 perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, kelas yang terdiri atas orang yang menguasai alat produksi, yang dinamakannya kaum borjuis, yang mengeksploitasi kelas bawah yang terdiri atas orang yang tidak memiliki akat produksi, yaitu kaum proletar. 47 Bab 2 Kon À ik Sosial Eksploitasi pada kelompok bawah tentunya akan menjadi beban yang berat bagi kelompok bawah buruh. Hal ini juga menimbulkan jurang pemisah kesenjangan sosial yang semakin tinggi. Jika eksploitasi ini berlebihan, maka pada suatu saat akan terjadi konƀ ik antara majikan pemilik modal dengan buruh. Bentuk konƀ ik yang terjadi bisa berupa tuntutan buruh terhadap majikan. Dalam perusahaan tentu terdapat kepentingan yang berbeda antara majikan manajemen perusahaan dengan buruh pegawai perusahaan. Majikan berusaha untuk membayar atau mengeluarkan uang seminimal mungkin dalam membayar gaji buruh agar keuntungan menjadi besar. Salah satu cara untuk menekan pengeluaran adalah dengan menekan gaji buruh. Tetapi perusahaan berharap buruh dengan gaji yang demikian dapat bekerja secara maksimal. Di sisi lain, buruh berkepentingan untuk meningkatkan pendapatannya. Dengan beban pekerjaan yang maksimal, buruh berharap agar gajinya menjadi besar dan dapat mencukupi kebutuhan hidup. Jika kaum buruh merasa perlu maningkatkan taraf hidupnya, sedangkan perusahaan tidak dapat memenuhinya, maka hal tersebut akan menjadi sumber konƀ ik. Tuntutan buruh sekarang ini banyak diwujudkan dalam bentuk demonstrasi. Demonstrasi merupakan tindakan bersama untuk menunjukkan rasa tidak puas pada pihak lain. Demonstrasi dapat dikatakan sebagai tindakan yang wajar dan baik sejauh tidak mengganggu ketertiban dan kepentingan umum.

2. Konƀ ik Antarkelompok

Salah satu konsekuensi dari mobilitas sosial adalah terbentuknya kelompok sosial. Kelompok baru bisa timbul sebagai akibat dari perubahan kedudukan anggota masyarakat. Kelompok baru bisa terbentuk karena ada mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Misalnya seseorang yang menjadi anggota partai politik. Tujuan sebuah partai politik adalah mendapatkan kekuasaan dalam ketatanegaraan. Hal ini berakibat pada terjadinya persaingan yang ketat dengan partai politik lain. Ketika akan berlangsung pemilihan umum pemilu setiap partai politik akan berkampanye untuk berusaha menarik simpati dari masyarakat. Sering cara-cara berkampanye untuk menjaring suara masyarakat yang dilakukan oleh suatu partai, tidak disetujui oleh partai lain. Akibatnya timbul konƀ ik antarpartai politik tersebut. Konƀ ik ini bahkan sering pula berdampak pada kekerasan ſ sik. Karena yang berkonƀ ik adalah partai maka terjadi secara massal antarkelompok, yaitu antara anggota dan simpatisan partai politik yang satu dengan anggota simpatisan partai politik yang lain. Karena partai politik bertujuan untuk merebut kekuasaan kelas atas, maka sebab terjadinya konƀ ik antarkelompok ini adalah mobilitas vertikal. Pernahkah Anda mendengar berita tawuran antarkampung? Yang jelas tawuran apapun nama dan bentuknya adalah tidak baik. Tentu Anda sebagai peserta didik yang intelek tidak akan mudah dihasut untuk melakukan tawuran. Nah, tawuran antarkampung sering terjadi karena adanya pemahaman yang salah antara kelompok pendatang dengan kelompok pribumi penduduk asli. Ketika kepentingan masing-masing kelompok merasa tidak dihormati, maka