Retorsi Penyebab Sengketa Internasional dan Upaya Penye-

169 Bab 5 Sistem Hukum dan Peradilan I nternasional TEROPONG Peradilan-peradilan lainnya di bawah kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB adalah sebagai berikut.

1. Mahkamah Pidana I nternasional I nternational Court of Justice I CL

Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB sejak pembentukannya telah memainkan peranan pent ing dalam bidang hukum int ernasional sebagai upaya unt uk m encipt akan perdamaian dunia. Selain mahkamah internasional international court of justice I CL yang berkedudukan di Den Haag, Belanda, saat ini Perserikatan Bangsa-Bangsa juga sedang berupaya untuk menyelesaikan ” hukum acara” bagi berfungsinya mahkamah pidana internasional international criminal court I CC, yang statuta pembentukannya telah disahkan melalui konferensi internasional di Roma, I talia, pada bulan Juni 1998. Statuta tersebut akan berlaku jika telah disahkan oleh 60 negara. Berbeda dengan m ahkam ah int er nasional, yur isdiksi kew enangan hukum m ahkam ah pidana internasional ini adalah di bidang hukum pidana internasional yang akan mengadili individu yang m elanggar hak asasi m anusia dan kej ahat an perang, genosida pemusnahan ras, kejahatan humaniter kemanusiaan, serta agresi. Negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak secara otomatis terikat dengan yurisdiksi mahkamah ini, tetapi harus melalui pernyataan mengikatkan diri dan menjadi pihak pada statuta mahkamah pidana internasional. Mauna, 2003; 263

2. M a hk a m a h Kr im ina l I nt e r na siona l unt uk Be k a s Yugosla via The

I nternational Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia I CTY Melalui resolusi dewan keamanan Nomor 827, tanggal 25 Mei 1993, Perserikatan Bangsa-Bangsa membent uk The I nt ernat ional Criminal Tribunal for t he Former Yugoslavia, yang bertempat di Den Haag, Belanda. Tugas mahkamah ini adalah untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran berat Akibat hukum dari blokade masa damai adalah bahwa negara yang memblokade tidak berhak menangkap kapal negara ketiga yang mencoba melanggar blokade itu. Kapal negara ketiga tidak terikat kewajiban untuk menghormati blokade itu. Berbeda dengan akibat hukum blokade di masa perang yang mengikat kapal negara ketiga. Dalam blokade masa perang negara yang memblokade berhak memeriksa kapal negara netral.

e. Intervensi

Intervensi sebagai cara untuk menyelesaikan sengketa Internasional merupakan tindakan campur tangan terhadap kemerdekaan politik negara tertentu secara sah dan tidak melanggar hukum internasional. Yang termasuk dalam intervensi secara sah adalah 1 intervensi kolektif sesuai dengan piagam PBB; 2 intervensi untuk melindungi hak-hak dan kepentingan warga negaranya; 3 pertahanan diri; 4 intervensi terhadap negara yang dipersalahkan dalam melakukan pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Pendidikan Kewarganegaraan SMA MA Kelas XI 170 Uji Pemahaman Kew arganegaraan Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar. 1. Deskripsikan penyebab timbulnya sengketa internasional. 2. Deskripsikan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan sengketa internasional. 3. Deskripsikan tentang penyelesaian sengketa internasional secara damai. 4. Deskripsikan tentang penyelesaian sengketa internasional secara paksa. 5. Deskripsikan mengapa penyelesaian sengketa internasional harus dilakukan. terhadap hukum humaniter internasional yang terjadi di negara bekas Yugoslasvia. Semenjak mahkamah ini dibentuk, sudah 84 orang yang dituduh melakukan pelanggaran berat dan 20 di antaranya telah ditahan. Pada tanggal 27 Mei 1999, tuduhan juga dikeluarkan terhadap pemimpin-pemimpin terkenal, seperti Slobodan Milosevic Presiden Republik Federal Yugoslavia, Milan Milutinovic Presiden Serbia, yang dituduh telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan melanggar hukum perang. Mauna, 2003; 264.

3. Mahkamah Kriminal untuk Rw anda I nternational Criminal Tribunal for

Rw anda Mahkamah ini bertempat di Arusha, Tanzania dan didirikan berdasarkan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 955, tanggal 8 November 1994. Tugas mahkamah ini adalah untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku kejahatan pembunuhan massal sekit ar 800.000 orang Rwanda, t erut ama dari suku Tut si. Mahkamah mulai menjatuhkan hukuman pada tahun 1998 terhadap Jean-Paul Akayesu, mantan Walikota Taba, dan juga Clement Kayishema dan Obed Ruzindana yang telah dituduh melakukan pemusnahan ras genosida. Mahkamah mengungkapkan bahwa pembunuhan massal tersebut mempunyai tujuan khusus, yaitu pemusnahan orang-orang Tutsi, sebagai sebuah kelompok suku, pada tahun 1994. Walaupun tugas dari mahkamah kriminal internasional untuk bekas Yugoslavia dan mahkamah kriminal untuk Rwanda belum selesai, Perserikatan Bangsa- Bangsa PBB juga telah menyiapkan pembentukan mahkamah untuk Kamboja mengadili para penjahat perang di zaman pemerintahan Pol Pot dan Khmer Merah, antara tahun 1975 sampai dengan 1979 yang t elah membunuh sekit ar 1.700.000 orang. Jika diperkirakan bahwa t ugas m ahkam ah peradilan Yugoslavia dan Rwanda t elah menyelesaikan tugas mereka, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan m engeluarkan resolusi unt uk m em bubarkan kedua m ahkam ah t ersebut , yang sebagaimana diketahui memiliki sifat ad hoc sementara. Sumber: Mauna Boer, 2003, Hukum I nternasional, Pengertian, Peran dan Fungsi dalam Era Dinamika Global.