Macam- Macam Perjanjian I nternasional
107
Bab 4 Hubungan I nternasional dan Organisasi I nternasional
hal yang rumit, melainkan materi umum atau hal yang bersifat teknis. Pengaturannya pun bersifat sederhana dan pada umumnya dibentuk
secara bilateral. Perjanjian internasional lisan disebut juga gentlemen agreements
. b Deklamasi unilateral atau deklarasi sepihak, merupakan pernyataan
suatu negara yang disampaikan oleh wakil negara yang bersangkutan dan ditujukan kepada negara lain. Deklarasi unilateral dapat
menimbulkan perjanjian apabila pernyataan itu mengandung maksud untuk berjanji.
c Persetujuan diam-diam, disebut juga persetujuan tersimpul. Perjanjian
internasional ini dibuat secara tidak tegas. Artinya, keberadaan perjanjian itu dapat diketahui hanya melalui penyimpulan suatu
tingkah laku, baik aktif maupun pasif, dari suatu negara atau subjek hukum internasional lainnya.
3 Tahap-tahap pembuatan perjanjian internasional Ada variasi pendapat di antara para ahli tentang tahap-tahap pembuatan
perjanjian internasional, antara lain adalah sebagai berikut. a Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa dikenal dua cara
pembentukan perjanjian internasional, yaitu sebagai berikut. 1 Perjanjian internasional dibentuk melalui tiga tahap, yaitu
perundingan, penandatanganan dan ratifikasi. 2 Perjanjian internasional dibentuk melalui dua tahap, yaitu
perundingan dan penandatanganan. Cara pertama biasanya diadakan untuk hal-hal penting yang
memerlukan persetujuan DPR, sedangkan cara kedua dipakai untuk perjanjian yang tidak begitu penting dan membutuhkan penyelesaian
yang cepat.
b Pierre Froymond menyatakan bahwa terdapat dua prosedur pembuatan perjanjian internasional, yaitu sebagai berikut
1 Prosedur normal klasik adalah prosedur yang mewajibkan adanya persetujuan parlemen, dengan melalui tahap perundingan,
penandatanganan, persetujuan parlemen, dan ratifikasi. 2 Prosedur yang disederhanakan adalah prosedur yang tidak
memerlukan persetujuan parlemen dan ratifikasi. Prosedur ini timbul karena pengaturan hubungan internasional memerlukan
penyelesaian yang lebih cepat.
Dalam pasal 11 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa presiden dengan persetujuan DPR memuat perjanjian dengan negara lain. Jika suatu perjanjian
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara danatau menghapuskan perubahan atau
pembentukan undang-undang, perjanjian tersebut harus dilakukan dengan persetujuan DPR.
Dalam pasal 4 UU No.24 tahun 2000 disebutkan bahwa pembuatan perjanjian internasional antara pemerintah RI dan negara lain dan organisasi internasional
Pendidikan Kewarganegaraan SMA MA Kelas XI
108
dilaksanakan berdasarkan kesepakatan dan dengan itikad baik. Dalam pembuatan perjanjian internasional, pemerintah RI berpedoman pada
kepentingan nasional dan berdasarkan prinsip-prinsip saling menguntungkan, persamaan kedudukan, dan memperhatikan baik hukum nasional maupun
hukum internasional yang berlaku.
Tahap-tahap dalam pembuatan perjanjian internasional menurut UU No.24 tahun 2000 adalah sebagai berikut.
1 Penjajakan Penjajakan merupakan tahap awal dalam pembuatan perjanjian internasional
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional.
2 Perundingan Pada tahap ini dilakukan pembahasan isi perjanjian dan masalah-masalah
teknis yang disepakati dalam perjanjian internasional. Dalam perjanjian bilateral perundingan dilakukan oleh kedua negara, sedangkan dalam
perjanjian multilateral perundingan dilakukan melalui konferensi khusus atau dalam sidang organisasi internasional. Penunjukan wakil suatu negara dalam
suatu perundingan merupakan wewenang dari negara yang bersangkutan. Agar tidak terjadi pengatasnamaan negara secara tidak sah, hukum
internasional membuat ketentuan tentang surat kuasa penuh yang harus dimiliki oleh orang-orang yang mewakili suatu negara dalam suatu
perundingan untuk mengadakan perjanjian internasional. Berdasar hukum internasional tersebut seseorang hanya dapat dianggap mewakili suatu negara
dengan sah dan dapat mengesahkan naskah suatu perjanjian internasional atas nama negara itu danatau dapat mengesahkan suatu naskah suatu
perjanjian internasional atas nama negara itu danatau dapat mengikatkan negara itu pada perjanjian internasional apabila ia dapat menunjukkan surat
kuasa penuh, kecuali semua peserta konferensi sudah menentukan bahwa surat kuasa penuh tidak diperlukan. Keharusan menunjukkan surat kuasa penuh
tidak berlaku bagi kepala negara, kepala pemerintahan dan menteri luar negeri. Hal itu dimungkinkan karena jabatannya dianggap sudah mewakili
negaranya dengan sah dan dapat melakukan segala tindakan untuk mengikatkan negaranya pada suatu perjanjian internasional yang diadakan.
Kepala perwakilan diplomatik dan wakil suatu negara yang ditunjuk untuk mewakili suatu negara pada konferensi internasional adalah pejabat yang tidak
perlu memerhatikan surat kuasa penuh.
3 Perumusan Naskah Perjanjian Pada tahap ini rancangan suatu perjanjian internasional dirumuskan.
4 Penerimaan Naskah Perjanjian Peneriaman naskah perjanjian merupakan tindakan untuk menyetujui garis-
garis besar isi perjanjian. Penerimaan perjanjian akan menghasilkan kerangka perjanjian, sebelum isi perjanjian dikemukakan secara terperinci. Pada tahap
ini telah ada keterikatan pada peserta perundingan untuk tidak mengubah lagi kerangka perjanjian yang sudah ditetapkan.
109
Bab 4 Hubungan I nternasional dan Organisasi I nternasional
5 Penandatanganan Penandatanganan merupakan tahap untuk melegalisasi suatu naskah
perjanjian internasional yang sudah disepakati. Penandatanganan perjanjian belum berarti bahwa perjanjian tersebut telah mengikat para pihak. Perjanjian
itu dapat mengikat negera peserta apabila telah dilakukan pengesahan terhadap perjanjian tersebut.
6 Pengesahan Naskah Perjanjian Pengesahan naskah perjanjian merupakan perbuatan hukum untuk
mengikatkan diri pada suatu perjanjian internasional dalam bentuk ratifikasi, aksesi, penerimaan, dan persetujuan. Ratifikasi adalah pengesahan suatu
perjanjian internasional oleh negara yang menandatangani perjanjian itu berdasarkan konstitusi negara yang bersangkutan. Meskipun delegasi dari
negara yang bersangkutan telah menandatangani perjanjian, negara yang diwakilinya tidak secara otomatis terikat pada perjanjian itu. Negara baru
terikat pada perjanjian itu apabila naskah perjanjian itu diratifikasi. Dasar adanya pembenaran ratifikasi antara lain adalah bahwa negara berhak untuk
meninjau kembali hasil perundingan perutusannya sebelum menerima kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian internasional yang bersangkutan
dan bahwa negara perlu mengadakan penyesuaian hukum nasionalnya dengan ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan. Hukum internasional tidak
diwajibkan pada negara yang perutusannya telah menandatangani hasil perundingan, menurut hukum ataupun moral, untuk meratifikasi perjanjian
tersebut. Tidak adanya kewajiban tersebut karena negara adalah suatu pihak yang berdaulat.
Aksesi, adalah pernyataan bahwa negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian tidak turut menandatangani naskah perjanjian tersebut.
Penerimaan dan persetujuan, adalah pernyataan menerima atau menyetujui dari negara-negara peserta terhadap perjanjian internasional.
Pengesahan perjanjian internasional oleh pemerintah Indonesia dilakukan dengan undang-undang keputusan presiden. Pengesahan melalui undang-
undang dilakukan apabila suatu perjanjian internasional berkenaan dengan a masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara,
b perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara RI, c kedaulatan negara,
d hak asasi manusia dan lingkungan hidup, e pembentukan kaidah hukum baru, dan
f
pinjaman atau hibah luar negeri. Setiap warga negara yang berdaulat memiliki kemampuan untuk mengadakan
perjanjian internasional, tetapi dalam negara federal, negara bagian tidak mempunyai wewenang mengadakan perjanjian internasional, kecuali diberi
wewenang oleh konstitusi negara federal. Pada umumnya pola isi struktur perjanjian internasional adalah sebagai
berikut.
Pendidikan Kewarganegaraan SMA MA Kelas XI
110
a judul b preambul pembukaan
c klausul formal
d pembuktian formal e tanda tangan delegasi
Dalam judul suatu perjanjian internasional dimuat nama convention, treaty, materi pokoknya misalnya hubungan diplomatik dan konsuler dan biasa pula
disebut nama tempat dilangsungkannya penandatanganan. Preambul adalah bagian pokok yang memuat antara lain nama para pihak,
tujuan dibuatnya perjanjian dasar atau alasan para pihak mengadakan perjanjian, nama dan identitas utusan yang berkuasa penuh.
Klausul substatif merupakan materi pokok perjanjian yang terdiri atas pasal- pasal yang merupakan bagian terpenting karena merupakan hukum positif
bagi perjanjian internasional. Klausul formal, bersifat teknis dan mengatur tanggal perjanjian, mulai
berlakunya perjanjian, jangka waktu berlakunya perjanjian, ketentuan berakhirnya, perjanjian, bahasa yang dipakai, penyelesaian sengketa dan revisi
perjanjian. Pembuktian formal merupakan bagian pembenaran penandatanganan.
Suatu traktat dapat berakhir karena hal-hal berikut. 1 Tindakan peserta yang disebabkan oleh
a kesepakatan para pihak untuk mengakhiri traktat b pengunduran diri salah satu pihak sesuai dengan ketentuan dalam
klausul. 2 Hukum yang disebabkan oleh
a salah satu pihak dalam traktat mengalami perang b pada saat traktat berlaku terdapat perubahan yang berpengaruh pada
isi traktat c traktat yang diadakan pada jangka waktu tertentu dapat berakhir
dengan waktu yang ditentukan dalam perjanjian itu. Ketentuan perjanjian internasional yang baru dapat bertentangan dengan
ketentuan perjanjian internasional yang lama. Jika timbul permasalahan, ketentuan hukum internasional yang manakah yang harus diberlakukan?
Penyelesaian permasalahan tersebut pada prinsipnya tunduk pada prinsip bahwa ketentuan hukum yang ditetapkan belakangan lebih diutamakan
daripada ketentuan hukum yang ditetapkan dahulu, kecuali ketentuan hukum yang ditetapkan dahulu melarang ditetapkannya ketentuan yang ditetapkan
belakangan.
111
Bab 4 Hubungan I nternasional dan Organisasi I nternasional
Kepala negara dan menteri luar negeri mempunyai kewenangan bertindak atas nama negara untuk melakukan hubungan internasional. Akan tetapi, dalam
praktiknya tidak mungkin keduanya melaksanakan sendiri kewenangan tersebut. Untuk melakukan hubungan internasional mereka membentuk perwakilan.
Seluruh kegiatan dalam hubungan antarbangsa pada hakikatnya merupakan diplomasi, yakni usaha memelihara hubungan antarnegara. Kegiatan diplomasi
dilakukan oleh para diplomat, yakni orang-orang yang menjadi wakil resmi suatu negara dalam hubungan dengan negara lain.
Para diplomat bertanggung jawab untuk mencapai tujuan diplomasi, antara lain adalah sebagai berikut:
1. melindungi para warganya sendiri di luar negeri, 2.
merepresentasikan bangsa dan negara sendiri di luar negeri, 3.
menyimpulkan dan menyampaikan informasi yang berguna, 4.
membina, menjaga, dan menyelenggarakan hubungan yang lancar dengan negara lain,
5. menjaga agar kepentingan negera sendiri tidak dirugikan dalam percaturan
politik internasional. Alat perlengkapan negara yang diberi wewenang untuk melakukan
hubungan internasional, antara lain adalah sebagai berikut.