Media Massa Pentingnya Sosialisasi Politik dalam Pengembangan
Pendidikan Kewarganegaraan SMA MA Kelas XI
16
a. Kegiatan itu diarahkan untuk memengaruhi pemerintah selaku pembuat dan
pelaksana putusan politik. b. Kegiatan yang berhasil efektif ataupun yang gagal memengaruhi pemerintah
termasuk dalam konsep partisipasi politik. c.
Kegiatan itu merupakan kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku batiniah berupa sikap dan orientasi.
d. Kegiatan memengaruhi pemerintah dapat dilakukan baik melalui prosedur wajar konvensional dan tidak berupa kekerasan nonviolence seperti
mengajukan petisi, mengikuti prosedur yang wajar dan tidak berupa kekerasan, seperti demonstrasi, mogok, serangan bersenjata.
e. Kegiatan memengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung atau
secara tidak langsung. Kegiatan langsung berarti individu memengaruhi pemerintah tanpa menggunakan perantara, sedangkan kegiatan tidak
langsung berarti individu memengaruhi pemerintah melalui pihak lain yang dianggap mampu meyakinkan pemerintah.
Partisipasi yang baik adalah partisipasi yang mendukung suksesnya usaha bersama. Kualifikasi partisipasi mendukung suksesnya usaha bersama. Kualifikasi
partisipasi yang baik adalah positif, kreatif, realistis, kritis-korektif-konstruktif. •
Partisipasi positif merupakan partisipasi yang mendukung kelancaran usaha
bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. •
Partisipasi kreatif adalah keterlibatan yang berdaya cipta, tidak hanya mengikuti
begitu saja suatu kegiatan yang direncanakan pihak lain, tidak hanya melaksanakan instruksi atasan, melainkan memikirkan sesuatu yang baru.
• Partisipasi realistis
berarti keikutsertaan dengan memperhitungkan kenyataan baik kenyataan dalam masyarakat maupun kenyataan mengenai kemampuan
pelaksana kegiatan, waktu yang tersedia, kesempatan, dan keterampilan para pelaksana.
Sumber: www.kabarindonesia.com
Gambar 1 .3
Peran sert a masyarakat dalam kegiat an polit ik merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidikan politik.
17
Bab 1 Budaya Politik di I ndonesia
• Partisipasi kritis-korektif-konstruktif
berarti keterlibatan yang dilakukan dengan mengkaji suatu bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan atau kesalahan
dan memberikan alternatif yang lebih baik. Agar partisipasi itu dapat dilakukan dan berguna, ada beberapa hal yang
harus dipenuhi, antara lain adalah sebagai berikut. a.
kesediaan untuk ikut memikul beban dan akibat kegiatan atau usaha bersama yang berupa tenaga, harta, dan bea, serta kesediaan untuk menikmati hasil
kegiatan bersama itu; b. kemauan dan kemampuan untuk ambil bagian dalam salah satu atau
beberapa tahap dalam proses kegiatan tertentu, dalam satu atau beberapa aspek tertentu;
c. kemauan dan kemampuan untuk memahami seluk beluk usaha bersama yang
sedang atau akan dilakukan.
2 . Menerapkan Budaya Politik Partisipatif
Budaya politik partisipan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan demokrasi yang sehat. Beberapa sikap dan perbuatan yang demokratis dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu sebagai berikut. a.
Menghindari sikap angkuh, mau menang sendiri, mementingkan diri sendiri dan kelompok, keras kepala, ekstrem, dan meremehkan orang lain.
b. Membina dan membiasakan sikap perilaku demokratis, kekeluargaan, musyawarah, toleransi, dan tenggang rasa.
Menurut S. Yudohusodo, untuk menerapkan budaya politik partisipatif ada empat hal yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut.
a. Mengembangkan budaya mengajukan pendapat dan berargumentasi secara
santun dalam semangat egalitarian. b. Mengembangkan budaya pengambilan putusan secara terbuka dan
demokratis, serta mengembangkan sportivitas dalam berpolitik. c.
Membiasakan proses rekrutmen kader secara transparan berdasarkan kualifikasi yang tolok ukurnya diketahui secara luas.
d. Mengembangkan budaya keterbukaan. Warga negara dapat menampilkan budaya politiknya dalam wujud perilaku
politik. Contoh perilaku politik warga negara yang merupakan perwujudan dari budaya politik partisipatif, antara lain adalah sebagai berikut.
a. mengikuti pemilihan umum;
b. mengikuti berbagai jajak pendapat; c.
mengikuti rapat, musyawarah, dialog, debat publik dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah bersama;
d. melaksanakan demokrasi secara damai, baik dalam bentuk penolakan maupun dukungan;
e. memberi masukan, pendapatan, saran, dan kritik terhadap pemerintahan.