Perjanjian Internasional Sarana Hubungan I nternasional
Pendidikan Kewarganegaraan SMA MA Kelas XI
106
b. Strukturnya dibedakan atas dua hal berikut. 1 Treaty contract adalah perjanjian yang hanya menimbulkan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban bagi para pihak yang mengadakan perjanjian. Misalnya adalah perjanjian ekstradisi Indonesia–Malaysia tahun 1974.
Akibat-akibat yang timbul dari perjanjian ini hanya mengikat Indonesia dan Malaysia.
2 Law making treaty adalah perjanjian yang mengandung kaidah hukum yang dapat berlaku bagi semua bangsa di dunia. Misalnya adalah konvensi
hukum laut tahun 1958. c.
Cara berlakunya dibedakan atas dua hal berikut. 1 Self-executing, adalah perjanjian internasional yang langsung dapat berlaku
sesudah diratifikasi oleh negara peserta. 2 Non self executing adalah suatu perjanjian internasional yang dapat berlaku
setelah dilakukan perubahan undang-undang di negara peserta. d. Instrumennya dibedakan atas dua hal berikut.
1 Perjanjian internasional tertulis adalah perjanjian internasional yang dituangkan dalam instrumen-instrumen pembentuk perjanjian tertulis dan
formal. Instrumen-instrumen tertulis itu, antara lain treaty, convention, agreement
, arrangement, charter, covenant, statute, constitution, protocol, dan declaration
. 2 Perjanjian internasional lisan, adalah perjanjian internasional yang
diekspresikan melalui instrumen-instrumen tidak tertulis. Jenis-jenis perjanjian internasional tidak tertulis, antara lain adalah sebagai berikut.
a Perjanjian internasional tak tertulis adalah perjanjian internasional yang dilakukan secara lisan. Artinya, yang diperjanjikan adalah hal-
hal yang disepakati secara lisan. Biasanya hal-hal tersebut bukanlah
Sumber: www.deplu.go.id
Ga m ba r 4 . 3
Dr. Hassan Wir aj u d a sed an g m er esm ik an Ru an g Penyimpanan Perjanjian I nternasional yang sesuai dengan standar ANRI
Arsip Nasional Republik I ndonesia untuk melindungi naskah perjanjian internasional pada tanggal 15 Oktober 2009
107
Bab 4 Hubungan I nternasional dan Organisasi I nternasional
hal yang rumit, melainkan materi umum atau hal yang bersifat teknis. Pengaturannya pun bersifat sederhana dan pada umumnya dibentuk
secara bilateral. Perjanjian internasional lisan disebut juga gentlemen agreements
. b Deklamasi unilateral atau deklarasi sepihak, merupakan pernyataan
suatu negara yang disampaikan oleh wakil negara yang bersangkutan dan ditujukan kepada negara lain. Deklarasi unilateral dapat
menimbulkan perjanjian apabila pernyataan itu mengandung maksud untuk berjanji.
c Persetujuan diam-diam, disebut juga persetujuan tersimpul. Perjanjian
internasional ini dibuat secara tidak tegas. Artinya, keberadaan perjanjian itu dapat diketahui hanya melalui penyimpulan suatu
tingkah laku, baik aktif maupun pasif, dari suatu negara atau subjek hukum internasional lainnya.
3 Tahap-tahap pembuatan perjanjian internasional Ada variasi pendapat di antara para ahli tentang tahap-tahap pembuatan
perjanjian internasional, antara lain adalah sebagai berikut. a Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa dikenal dua cara
pembentukan perjanjian internasional, yaitu sebagai berikut. 1 Perjanjian internasional dibentuk melalui tiga tahap, yaitu
perundingan, penandatanganan dan ratifikasi. 2 Perjanjian internasional dibentuk melalui dua tahap, yaitu
perundingan dan penandatanganan. Cara pertama biasanya diadakan untuk hal-hal penting yang
memerlukan persetujuan DPR, sedangkan cara kedua dipakai untuk perjanjian yang tidak begitu penting dan membutuhkan penyelesaian
yang cepat.
b Pierre Froymond menyatakan bahwa terdapat dua prosedur pembuatan perjanjian internasional, yaitu sebagai berikut
1 Prosedur normal klasik adalah prosedur yang mewajibkan adanya persetujuan parlemen, dengan melalui tahap perundingan,
penandatanganan, persetujuan parlemen, dan ratifikasi. 2 Prosedur yang disederhanakan adalah prosedur yang tidak
memerlukan persetujuan parlemen dan ratifikasi. Prosedur ini timbul karena pengaturan hubungan internasional memerlukan
penyelesaian yang lebih cepat.
Dalam pasal 11 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa presiden dengan persetujuan DPR memuat perjanjian dengan negara lain. Jika suatu perjanjian
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara danatau menghapuskan perubahan atau
pembentukan undang-undang, perjanjian tersebut harus dilakukan dengan persetujuan DPR.
Dalam pasal 4 UU No.24 tahun 2000 disebutkan bahwa pembuatan perjanjian internasional antara pemerintah RI dan negara lain dan organisasi internasional