Kedelai Nasional Versus Internasional

32 Tabel 5. Luas Tanam, Produksi dan Ekspor di Amerika Serikat

3.2.2. Konsumsi

Komposisi gizi dari kedelai Amerika terdiri dari protein 35 persen, lemak 21 persen, karbohidrat 34 persen dan kadar abu mineral 5 persen. Di negara Barat harga kedelai relatif murah. Kedelai dimanfaatkan terutama sebagai sumber minyak makan dan pakan dalam skala industri besar. Kedelai kurang dimanfaatkan sebagai pangan, kemungkinan disebabkan baunya yang langu dan berbiji keras. Konsumsi kedelai 65 persen dari total produksinya diproses menjadi produk pangan dan kurang dari 10 persen digunakan untuk produk non pangan. Produk pangan berupa minyak kedelai, shortening, margarin, isolat protein dan konsentrat, tepung kedelai, dan berbagai macam olahan pada industri pangan Scott and Aldrich, 1983.

3.3. Kedelai Nasional Versus Internasional

Perbandingan luas tanam dan produksi di Indonesia pada tahun 2004 seperlima puluh bagian dari luas tanam dan produksi di Amerika Serikat. Demikian juga produktivitas kedelai Indonesia seperdua dari Amerika Serikat. Namun masa panen kedelai di negara subtropis selama 6 bulan. Sedangkan di Indonesia masa panen kedelai hanya 3 bulan, sehingga Indonesia memungkinkan untuk tanam kedelai 2 kali setahun. Pengelolaan usahatani, panen dan pasca panen di Amerika sudah dilakukan secara modern dengan menggunakan alat dan mesin pertanian dikarenakan kepemilikan lahan milik petani cukup luas. Berbeda dengan usahatani di Indonesia yang masih secara tradisional dan kepemilikan lahannya sempit. Ukuran benih kedelai Amerika berbiji besar. Secara nasional, kita memiliki benih berbiji besar seperti Tahun Luas Tanam Produksi Ekspor Juta Ha Juta Ton Juta Ton 2004 30,50 210,12 73,76 2005 29,20 205,96 63,68 2006 30,60 214,36 75,31 33 varietas Argomulyo dan Burangrang untuk kebutuhan benih 50 kgha tidak jauh berbeda dengan benih kedelai Amerika 59,7 kgha, namun varietas ini masih belum lama dilepas dan perlu banyak dikembangkan, sehingga sebagian besar petani masih menggunakan benih berbiji kecil 40 kgha. Konsumsi kedelai di Indonesia lebih banyak diolah menjadi pangan tradisional dan industri sederhana tahu, tempe, tauco, makanan ringan dan sebagian kecil diolah lebih ke arah pabrikasi misalnya kecap. Sedangkan di Amerika, kedelai diolah menjadi olahan pangan yang lebih modern dan secara industri minyak, tepung, isolat, dan lain-lain. Kandungan protein kedelai lokal lebih tinggi dibandingkan impor, sehingga jika diolah untuk tahu, maka rendemen lebih banyak dihasilkan dari kedelai lokal dan memiliki cita rasa yang khas. Kedelai impor memiliki ukuran biji besar, seragam dan kadar airnya rendah, sehingga lebih disukai industri tempe karena volume biji impor mengembang lebih banyak dan bobot tempe yang diperoleh lebih banyak. Untuk industri kecap, biji kedelai hitam lokal lebih disukai dari impor, karena memiliki cita rasa khas dan kecap yang dihasilkan lebih gurih.

4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL

4.1. Konsep Kebijakan

Kebijakan dapat diartikan sebagai peraturan yang telah dirumuskan dan disetujui untuk dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan, baik besaran maupun arahnya yang melingkupi kehidupan masyakarat umum. Dengan kata lain, kebijakan adalah suatu campur tangan pemerintah untuk mempengaruhi suatu pertumbuhan secara sektoral dari suatu aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat. Karakteristik dari suatu kebijakan adalah : a kebijakan tidak eksis secara tunggal, tetapi ganda, b keberhasilan suatu kebijakan harus didukung oleh sistem, misalnya baikburuknya sistem politik, c kebijakan yang baik didukung oleh informasi yang lengkap dan akurat Sanim, 2000. Kebijakan pembangunan pertanian merupakan keputusan pemerintah untuk mengarahkan, mendorong, mengendalikan dan mengatur pembangunan pertanian guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Kebijakan pembangunan pertanian termasuk dalam katagori kebijakan publik, karena berpengaruh terhadap kehidupan orang banyak. Intervensi pemerintah dalam upaya mencapai tujuan- tujuan pembangunan sektor pertanian dilakukan dalam bentuk kebijakan produksi, pemasaran dan perdagangan. Kebijakan perdagangan trade policy tidak terlepas dari kebijakan produksi dan pemasaran dalam negeri. Di samping itu, kebijakan perdagangan juga berkaitan erat dengan kebijakan harga Simatupang, 2003. Secara umum kebijakan ekonomi dapat dibedakan dua katagori, yaitu kebijakan pada tingkat makro dan mikro. Kebijakan pada tingkat makro diarahkan untuk menciptakan kondisi kondusif dalam menumbuhkembangkan produksi pangan, kelancaran distribusi dan meningkatkan akseskemampuan masyarakat memperoleh pangan yang cukup. Kebijakan ini meliputi kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan tingkat mikro untuk mewujudkan peningkatan produktivitas usaha, efisiensi, pemerataan pendapatan dan peningkatan daya saing Sudaryanto, et al., 2000.