Kebijakan Nilai Tukar Efisiensi Pemasaran

41

4.4. Kebijakan Nilai Tukar

Sistem nilai tukar kurs mata uang pada dasarnya dibagi dalam dua sistem, yaitu nilai tukar tetap dan nilai tukar fleksibel. Dalam sistem nilai tukar tetap, pemerintah menetapkan nilai mata uangnya secara tetap terhadap mata uang asing. Sistem nilai tukar fleksibel, pemerintah menyerahkan nilai mata uangnya pada mekanisme pasar. Pada sistem nilai tukar fleksibel, meskipun nilai mata uangnya diserahkan pada mekanisme pasar, tetapi dalam pelaksanaannya negara mengintervensi dengan menggunakan cadangan devisa yang dimiliki untuk menjaga agar nilai mata uangnya tidak naik apresiasi terlalu tinggi atau turun depresiasi terlalu jauh. Apresiasi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan harga produk ekspor terlalu mahal bagi luar negeri yang dapat berakibat turunnya volume ekspor dan produksi serta mendorong terjadinya pengangguran. Sebaliknya depresiasi yang terlalu besar akan menyebabkan harga barang-barang impor menjadi lebih mahal yang berakibat terjadinya defisit neraca pembayaran. Apabila pemerintah turut campur dalam mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uangnya di pasar uang, berarti pemerintah menerapkan sistem kurs mengambang terkendali managed float system. Sistem ini banyak digunakan negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.

4.5. Efisiensi Pemasaran

Pemasaran kedelai di Indonesia umumnya melewati mata rantai yang cukup panjang, seperti diuraikan pada Gambar 3. Rantai pemasaran tersebut sering merugikan petani maupun konsumen. Petani menerima harga rendah, sedangkan konsumen harus membayar dengan harga tinggi. Pada umumnya petani tidak dapat menjual langsung kepada konsumen terutama apabila mereka telah terikat dengan pinjaman modal dalam melakukan usahataninya. 42 Petani biasanya menjual hasilnya kepada pedagang pengumpul di tingkat desa, kemudian pedagang pengumpul desa menjual ke pedagang pengumpul yang lebih besar tingkat kecamatan atau kabupaten. Setelah itu baru ke pedagang grosir diteruskan ke pedagang pengecer, selanjutnya kepada konsumen. Untuk kedelai, pemerintah belum mempunyai instrumen kebijakan seperti beras. Pemasaran komoditi kedelai diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. KEDELAI IMPORT KOPTI Grosir Daerah Lain Pabrik Tempe Pabrik Tahu Pabrik kecap Pedagang Antar Pulau GROSIR PROPINSI Pabrik Tahu Tempe Lokal Grosir Kabupaten Grosir Kecamatan Pengumpul Desa Petani Grosir Propinsi Lain Pengecer 55 95 5 10 60 10 40 60 Gambar 3. Rantai Pemasaran Kedelai di Pulau Jawa 43 Efisiensi pemasaran diperlukan karena sangat berkaitan erat dengan dayasaing suatu produk. Efisiensi pemasaran hanya dapat ditingkatkan jika pemerintah dapat memperbaiki infrastruktur transportasi, mengembangkan sistem informasi harga, dan memperluas jangkauan kredit bagi mereka yang sedang atau ingin masuk ke dalam bisnis pemasaran kedelai. Apabila ditingkat on farm masalah produktivitas dapat ditangani dengan baik, maka dengan kelengkapan efisiensi pasar, kedelai dalam negeri dapat bersaing dengan kedelai impor.

5. METODOLOGI PENELITIAN