Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN

53 dan fungsi pemerataan, yaitu pemerataan distribusi pendapatan nasional. Pemberlakuan tarif ini merugikan konsumen karena konsumen harus membayar harga yang lebih tinggi, namun menguntungkan pihak produsen dan pemerintah. Dalam regim tarif barrier TB, tarif impor menjadi salah satu instrumen penting dalam perdagangan internasional. Tarif lebih transparan dan pemerintah memperoleh pendapatan dari kebijakan ini dibanding dengan monopoli impor Sawit, 2001. Sebaliknya bea masuk tarif impor belum tentu dapat menjamin berkurangnya impor karena negara kita adalah negara kepulauan dan aparat pelaksana di lapangan masih amat lemah sehingga mudah dihinggapi KKN. Tarif impor digunakan sebagai sumber pendapatan pemerintah dan untuk memproteksi sektor domestik. Tarif impor dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu tarif spesifik, ad valorem dan campuran. Tarif spesifik merupakan pajak impor yang besarnya tetap untuk setiap unit barang yang diimpor, misalnya sekian rupiah per unit barang impor. Tarif ad valorem ditentukan atas dasar persentase dari nilai impor. Tarif spesifik dapat mencegah importir nakal memanipulasi dokumen impor terutama permainan harga, namun tarif ini dinilai kurang “fair” karena terlepas dari nilai dan kualitas barang. Sementara itu, dalam pengenaan tarif ad valorem dibutuhkan adanya aparat yang kompeten dan jujur, karena jenis tarif ini membuka peluang untuk KKN Sawit, 2001.

5.2. Kerangka Pemikiran

Pengkajian dayasaing secara nasional pada komoditi kedelai dapat didekati dari sisi permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran berkaitan dalam hal pembentukan harga input maupun output yang berpengaruh langsung terhadap dayasaing suatu produk. Penawaran mempunyai pengaruh terhadap dayasaing melalui produktivitas, efisiensi, mutu produksi dan ongkos produksi. Dengan perbaikan teknologi dan proses produksi yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi, serta semakin tinggi mutu produk dan ongkos produksi rendah, maka semakin kuat dayasaingnya. 54 Komoditi kedelai termasuk komoditi primer. Produksi komoditi primer tidak mudah menyesuaikan dengan tuntutan pasar atau keinginan konsumen. Walaupun demikian, keinginan untuk menyesuaikan dengan keadaan di pasar atau keinginan konsumen harus mendapat prioritas utama dari produsen. Salah satu cara memenuhi tuntutan pasar adalah dengan memberikan perlakuan tambahan atau mengolah kedelai lebih lanjut menjadi produk yang sesuai keinginan konsumen. Dari segi produsen, dayasaing didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh produsen untuk menghasilkan komoditiproduk dengan mutu baik dan biaya yang relatif rendah, sehingga dapat dijual pada tingkat harga yang sesuai, sehingga kegiatan produksi dan usaha terus berlanjut dipertahankan dalam jangka panjang. Dayasaing ditentukan oleh tingkat persaingan yang terjadi di pasar dan berbagai faktor lain, baik yang bersumber dari pelakunya maupun dari luar. Pasar dapat sebagai acuan untuk menilai kemampuan dayasaing suatu komoditi atau unit usaha yang memproduksi komoditi tersebut. Kondisi aktual yang terjadi di pasar merupakan perpaduan berbagai interaksi antar kekuatan permintaan dan penawaran. Secara ekonomis, tingkat persaingan ditentukan oleh kualitas dan harga komoditi. Pada tingkat harga dari sisi produsen dipengaruhi oleh efisiensi produksi, harga bahan baku dan distribusi. Tingkat efisiensi ini ditentukan oleh penggunaan faktor- faktor produksi dan berbagai faktor lainnya. Di lain pihak, terdapat faktor-faktor tertentu, baik langsung atau tidak langsung mempengaruhi dayasaing, namun di luar kontrol produsen faktor eksternal, yaitu perubahan ekonomi, perubahan teknologi dan berbagai kebijaksanaan pemerintah. Faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan komoditi kedelai adalah kebijakan pemerintah. Kebijakan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga katagori, yaitu : a kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan output, b kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan input, dan c kebijakan pemerintah yang terkait dengan keuntungan atau penerimaan. Kebijakan pemerintah tersebut dapat berdampak positif insentif atau negatif desinsentif 55 terhadap pengembangan suatu komoditiproduk melalui perubahan harga output atau input serta keuntungan yang menyebabkan harga yang diterima atau dibayarkan dapat bertambah atau berkurang apabila tidak ada kebijakan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan insentif-disinsentif ekonomi dapat berupa kebijaksanaan harga dan subsidi, kebijaksanaan ekspor impor dan berbagai kebijaksanaan ekonomi makro, seperti kebijaksanaan nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga. Pada prinsipnya penawaran kedelai tergantung kepada peubah luas panen dan produktivitas. Penurunan luas panen disebabkan menurunnya harga riil kedelai, persaingan dengan komoditi lain dan lebih rendahnya harga riil kedelai impor dibandingkan dengan harga riil kedelai lokal. Produktivitas kedelai masih rendah dan cenderung stagnan. Rendahnya produktivitas ini disebabkan oleh petani belum seluruhnya menggunakan benih bermutu dan bersertifikasi, lahan yang kurang sesuai, ketersediaan air yang tidak mencukupi saat umur tanam tertentu, gangguan hama penyakit dan belum sempurnanya penerapan teknologi oleh petani. Konsumsi kedelai semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan semakin berkembangnya industri pengolahan dan peningkatan jumlah penduduk, sementara produksi kedelai cenderung menurun semakin memperlebar kesenjangan antara permintaan dan penawaran dalam negeri. Kondisi saat ini ditanggulangi dengan cara memperbesar penawaran melalui kebijakan impor. Jumlah impor kedelai yang semakin meningkat akan menimbulkan masalah dalam neraca perdagangan antara lain mengurangi devisa negara. Selain masalah produksi nasional, pengaruh liberalisasi perdagangan mendorong derasnya impor ke Indonesia. Saat ini kebijakan pemerintah di bidang perdagangan kurang berpihak kepada petani dalam negeri. Hal ini dibuktikan pada tarif impor kedelai yang berlaku tahun 2004 sebesar 5 persen dan sejak tahun 2005 sebesar 10 persen. Sementara negara pengekspor memberikan subsidi bagi petaninya dan memberi kredit lunak bagi importir, sehingga mempertinggi volume impor. 56 Seperti telah dijelaskan sebelumnya, saat ini dan di masa mendatang untuk mengatasi defisit produksi kedelai dan peningkatan dayasaing kedelai lokal pada pasar nasional diarahkan pada upaya menekan impor dan meningkatkan produksi kedelai lokal, maka diperlukan penelitian mengenai kondisi perkedelaian saat ini, kondisi permintaan dan penawaran kedelai di tingkat nasional, analisis strategi peningkatan dayasaing kedelai lokal serta kebijakan secara keseluruhan. Dengan dilakukannya benchmarking terhadap keragaan dayasaing kedelai lokal terhadap impor, maka akan diperoleh baseline dalam membuat model dayasaing kedelai lokal dan dapat merumuskan strategi peningkatan dayasaingnya. Diagram kerangka pemikiran dari penelitian pada Gambar 4. Tahapan penelitian yang perlu dilakukan adalah mengkaji keragaan kedelai selama 30 tahun terakhir produksi, harga lokal, volume, harga dan tarif impor, serta konsumsi kedelai nasional. Gambar 4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi Kedelai KONDISI KEDELAI NASIONAL ANALISIS DAYASAING KEDELAI LOKAL Skenario Model Dayasaing Kedelai Lokal STRATEGI PENINGKATAN DAYASAING KEDELAI LOKAL Pemenuhan Kebutuhan Kedelai Nasional Impor Kedelai 57

5.3. Teknik Pengumpulan Data