78
jagung tidak jauh berbeda untuk tanaman kedelai, sehingga petani kedelai mudah beralih usaha ke tanaman jagung.
Luas panen kedelai juga dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala. Koefisien dugaan luas panen tahun sebelumnya sebesar 0,84. Hal ini berarti kenaikan luas
panen tahun sebelumnya sebesar satu hektar akan meningkatkan luas panen sebesar 0,8395 hektar, demikian sebaliknya, cateris paribus.
Jika dilihat nilai elastisitasnya harga riil kedelai lokal dalam jangka pendek dan jangka panjang sebesar 0.58 dan 3.62. Nilai ini menunjukkan jika terjadi kenaikan
harga riil kedelai lokal sebesar satu persen akan meningkatkan luas panen sebesar 0.58 persen dalam jangka pendek dan 3.62 dalam jangka panjang. Nilai tersebut
juga menunjukkan bahwa dalam jangka pendek luas panen tidak responsif terhadap perubahan harga riil kedelai lokal, namun dalam jangka panjang luas panen kedelai
responsif terhadap perubahan harga riil kedelai lokal. Nilai elastisitas pada jangka pendek untuk luas panen kedelai tidak responsif
terhadap perubahan harga riil jagung yang ditunjukkan dengan nilai elastisitasnya sebesar – 0.26. Sedangkan untuk jangka panjang luas panen kedelai responsif
terhadap perubahan harga riil jagung yang ditunjukkan dengan nilai elastisitasnya sebesar – 1.64.
6.3.2. Produktivitas Kedelai
Berdasarkan analisis yang digunakan, maka produktivitas kedelai di Indonesia dipengaruhi oleh faktor jumlah penggunaan pupuk urea, curah hujan, harga riil
jagung, harga riil kedelai tingkat produsen dan produktivitas tahun sebelumnya. Hasil pendugaan parameter yang mempengaruhi produktivitas kedelai di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 8. Nilai koefisien determinasi R
2
dari model produktivitas kedelai adalah sebesar 0.97. Hal ini berarti 97.13 persen keragaman produktivitas dapat diterangkan oleh
keragaman peubah-peubah eksogen di dalam model, yakni peubah curah hujan,
79
harga jagung, dan produktivitas tahun sebelumnya. Sedangkan 2.87 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat di dalam model.
Tabel 8. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Produktivitas Kedelai
Keterangan : a nyata pada taraf α = 0.05 c nyata pada taraf α = 0.15
d nyata pada taraf α = 0.20
Nilai koefisien determinasi R
2
dari model produktivitas kedelai adalah sebesar 0.97. Hal ini berarti 97 persen keragaman produktivitas dapat diterangkan oleh
keragaman peubah-peubah eksogen di dalam model, yakni peubah curah hujan, harga jagung, dan produktivitas tahun sebelumnya. Sedangkan 2.87 persen
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat di dalam model. Dengan menggunakan uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 155.71 yang lebih
besar dari F tabel sebesar 2.78 pada taraf nyata lima persen. Nilai ini menunjukkan bahwa peubah-peubah eksogen dalam model secara bersama-sama berpengaruh
nyata terhadap produktivitas kedelai. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa peubah curah hujan, harga riil jagung,
produktivitas tahun sebelumnya dan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kedelai pada taraf sepuluh, lima belas dan lima persen. Sedangkan peubah yang
tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kedelai adalah peubah jumlah penggunaan pupuk urea dan harga riil tingkat produsen. Penggunaan pupuk yang
digunakan hanya pupuk urea, karena yang digunakan dominan adalah pupuk urea dan data series yang diperoleh hanya pupuk urea.
Variabel Koefisien
t- hitung Probabilitas Nama
Dugaan Pendek Panjang
Variabel INT
0.02 0.21
0.83 Intersep
QFT 0.00
0.19 0.85
0.01 1.04 Jumlah Pupuk Urea
CHT 0.00003 c
1.50 0.15
0.05 10.31 Curah Hujan
PJT -0.00018 d
1.30 0.20
-0.06 -11.91 Harga Riil Jagung
PPT 0.00
0.08 0.93
0.00 0.70 Harga Riil Produsen
LYKT 0.9947 a
10.27 0.00
1.00 Lag Produktivitas
R-Sq 0.97
R-Sq Adj 0.97
F-statF-hit 155.71
D W Stat 2.26
D h -0.07
Elastisitas
80
Nilai koefisien dugaan varibel harga riil jagung sebesar -0.00018. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan harga riil jagung sebesar satu rupiah per kilogram
akan menurunkan produktivitas kedelai sebesar 0.00018 ton per hektar, demikian sebaliknya, cateris paribus. Agar dapat bersaing dengan tanaman pesaingnya,
dalam hal ini jagung, maka tanaman kedelai harus dapat memberikan keuntungan bersih paling sedikit sama dengan keuntungan bersih jagung. Menurut Siregar
2000, terdapat dua kemungkinan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan dayasaing kedelai melalui peningkatan produktivitas, yaitu a dengan peningkatan
hasil per satuan luas dengan asumsi bahwa semua harga input dan output tidak berubah, b dengan peningkatan harga kedelai dengan asumsi bahwa tingkat hasil
dan harga-harga input tidak berubah. Nilai koefisien dugaan peubah curah hujan sebesar 0.000025. Walaupun nilai
kooefisien dugaan begitu kecil, namun mempengaruhi produktivitas kedelai. Tanaman kedelai akan tumbuh baik, disamping perlu pH, suhu dan ketinggian
tanah yang sesuai, juga membutuhkan curah hujan rata-rata selama musim tanam 300 – 400 mm per tiga bulan. Menurut Sumarno 1985, tanaman kedelai
menghendaki penyiraman penuh, minimal 10 jam per hari dengan kelembaban rata- rata 65 persen, terutama saat pertumbuhan vegetatif dan pengisian polong.
Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa produktivitas tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap produktivitas kedelai dengan nilai dugaan peubah
tahun sebelumnya sebesar 0,9947. Artinya jika terjadi kenaikan produktivitas tahun sebelumnya sebesar satu ton per hektar, maka akan meningkatkan produktivitas
kedelai sebesar 0,9947 ton per hektar, demikian sebaliknya, cateris paribus. Jika dilihat nilai elastisitas harga riil jagung jangka pendek sebesar –0,063 artinya
produktivitas kedelai tidak responsif terhadap harga riil jagung dalam jangka pendek. Sedangkan jangka panjang, produktivitas kedelai responsif terhadap harga
riil jagung sebesar – 11.91. Nilai ini menunjukkan jika terjadi kenaikan harga riil jagung sebesar satu persen akan menurunkan produktivitas kedelai sebesar 11.91
persen dalam jangka panjang.
81
Dalam jangka pendek maupun jangka panjang, produktivitas kedelai tidak responsif terhadap jumlah penggunaan pupuk urea yang ditunjukkan oleh nilai elastisitasnya
masing-masing sebesar 0.006 dan 1.04. Kondisi ini menunjukkan bahwa perubahan jumlah penggunaan pupuk tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas kedelai.
Hal ini diduga disebabkan perakaran tanaman kedelai memiliki bintil-bintil akar yang banyak mengandung unsur N, sehingga unsur dasar N dari pupuk urea
sebagian dapat dipenuhi dari bintil akar tersebut, kecuali untuk lahan yang terus menerus ditanami dan telah lama tidak menggunakan pupuk atau lahan bukaan
baru. Berdasarkan penelitian Kumenaung 1994 dijelaskan bahwa kondisi ini dapat dipengaruhi antara lain : di beberapa daerah tertentu di Indonesia pupuk belum
perlu digunakan dan pupuk bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi produksi.
6.3.3. Harga Kedelai Lokal