Kebijakan Tarif Impor Kedelai

98 Tabel 14. Simulasi Penurunan Harga Riil Kedelai Tingkat Produsen Keterangan : PPt = harga riil kedelai tingkat produsen PIt = harga riil kedelai impor 828.60 = harga riil tingkat produsen sama dengan harga impor Penurunan harga ini akan menyulitkan petani, kecuali apabila pemerintah memberikan subsidi sarana produksi benih dan pupuk, sehingga biaya produksi petani dapat ditekan. Kebijakan harga dasar ini lebih berdampak pada peningkatan luas panen, produksi dan produktivitas daripada peningkatan permintaan dan impor kedelai. Implikasi pada peningkatan luas panen, produksi dan produktivitas adalah persentase peningkatan permintaan tertinggi untuk berusahatani adalah benih. Hal ini disebabkan apabila terjadi peningkatan luas panen, maka kebutuhan penggunaan benih menjadi lebih banyak.

7.2. Kebijakan Tarif Impor Kedelai

Kebijakan ekonomi menyangkut perdagangan luar negeri diperlukan, selain untuk melindungi produsen, juga melindungi konsumen dalam negeri. Kebijakan tarif impor kedelai bertujuan untuk melindungi produsen dalam negeri, walaupun pada sisi lain kebijakan ini sering merugikan konsumen dalam negeri. Berdasarkan kesepakatan dengan WTO bahwa tarif impor tidak boleh lebih dari 27 persen. Pemerintah menetapkan tarif maksimal sesuai kesepakatan WTO agar dapat meningkatkan secara efektif penerimaan pemerintah dari pajak. Dengan adanya tarif ini akan menghambat laju volume impor. Simulasi Simulasi Variabel Dasar PPt = PIt 828.60 5 10 Luas Panen Kedelai ha 783,906 -5.02 -6.68 -8.34 Produktivitas Kedelai tonha 1.23 0.00 0.00 0.00 Produksi Kedelai ton 961,477 -5.02 -6.68 -8.34 Harga Riil Kedelai Lokal Rp 1,047.30 -1.57 -2.57 -3.57 Volume Impor Kedelai ton 1,083,929 4.24 5.62 7.01 Harga Kedelai Impor Rp 828.6 9.69 9.69 9.69 Harga Tingkat Produsen Rp 799.9 -0.18 0.08 0.31 Simulasi PPt Turun 99 Berdasarkan model ekonometrika yang telah diuraikan sebelumnya bahwa tarif impor berpengaruh nyata terhadap harga riil kedelai impor. Hal ini menunjukkan bahwa harga riil kedelai impor dipengaruhi oleh besarnya tarif impor. Pemerintah memandang tetap perlu melakukan kebijakan pengenaan tarif impor sebelum rencana liberalisasi benar-benar diterapkan pada tahun 2010, guna membendung derasnya kedelai impor masuk ke Indonesia dan dalam upaya meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Namun kondisi saat ini tarif dinaikkan dan harga impor kedelai menjadi lebih tinggi, namun Indonesia cenderung tetap melakukan impor dalam jumlah besar, dikarenakan kebutuhan kedelai dalam negeri melebihi jumlah penawaran yang tersedia. Hasil simulasi tarif impor kedelai dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Simulasi Tarif Impor Kedelai Simulasi Variabel Dasar 10 20 Luas Panen Kedelai ha 838,285 2.31 6.94 Produktivitas Kedelai tonha 1.28 0.00 0.01 Produksi Kedelai ton 1,028,173 2.54 6.94 Harga Riil Kedelai Lokal Rp 1,106.4 1.34 5.64 Harga Riil Tingkat Produsen Rp 784.60 0.71 1.91 Volume Impor Kedelai ton 1,021.730 2.16 5.74 Simulasi Tarif Impor Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa kenaikan tarif impor sebesar 10 dan 20 persen akan meningkatkan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai kedelai. Dengan dikenakannya tarif impor, mengakibatkan meningkatnya harga riil kedelai lokal dan harga riil tingkat produsen, sehingga petani berminat kembali untuk menanam kedelai. Implikasi dari hal tersebut adalah terjadinya peningkatan luas panen dan produksi kedelai. Jika era globalisasi benar-benar dilaksanakan pada tahun 2010, maka penghapusan tarif impor pada masa yang akan datang berdampak pada peningkatan volume impor dan permintaan kedelai impor. Penghapusan tarif 100 impor akan mengakibatkan harga kedelai impor menjadi lebih murah, sehingga terjadinya peningkatan volume impor.

7.3. Kombinasi Harga Kedelai Tingkat Produsen dan Tarif Impor