Produksi Kedelai Konsumsi Kedelai

3. KEDELAI NASIONAL DAN INTERNASIONAL

3.1. Kedelai Nasional 3.1.1. Pengembangan Usahatani Kedelai Menurut sejarah, kedelai berasal dari Cina bagian utara pada abad kesebelas SM, kemudian tersebar sampai ke Korea, Jepang, Amerika Serikat, Asia Selatan dan Tenggara Van der Maesen dan Somaatmadja, 1993. Menurut Adisarwanto, et al. 1993, tanaman kedelai responsif terhadap faktor iklim karena berasal dari daerah subtropis. Namun tanaman kedelai dapat tumbuh subur di daerah tropis apabila berbagai persyaratan teknis penamanan dapat dipenuhi. Masa panen tanaman kedelai di daerah tropis adalah tiga bulan. Tanaman ini tumbuh baik pada tempat terbuka dengan ketinggian 50 – 500 m di atas permukaan laut, pH tanah 5.8 – 6.9, suhu optimal 25 – 28 o C, dan rata-rata curah hujan selama musim tanam 300 - 400 mm per tiga bulan. Pertumbuhan optimal pada musim kering dengan kelembaban tanah rata-rata 65 persen Soemarno, 1985. Untuk lebih jelasnya diuraikan pada Lampiran 1. Pengembangan usahatani kedelai dalam upaya peningkatan produksi ditempuh melalui usaha pokok intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Menurut Manwan, et al. 1996 sejalan dengan usaha pokok tersebut, pengembangan usahatani, baik dilahan sawah maupun lahan kering dapat ditempuh melalui : a perluasan areal tanam, b peningkatan produktivitas, c pengurangan kehilangan hasil dan d sistem produksi yang berlanjutan dan berwawasan lingkungan.

3.1.2. Produksi Kedelai

Pengembangan produksi kedelai nasional telah dilakukan pemerintah agar dapat memenuhi kebutuhan pangan dan industri olahan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor teknis, ekonomi dan sosiokultural masyarakat. Pada dasawarsa terakhir ini 24 produksi kedelai cenderung menurun tajam, sejalan dengan merosotnya luas panen kedelai setiap tahunnya. Perkembangan luas panen produksi dan produktivitas kedelai dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, pada tahun 1976 produksi kedelai 521.777 ton dari luas panen seluas 646.336 ha. Pada tahun 1986 produksi kedelai mencapai 1.226.654 ton dari luas panen seluas 1.253.671 ha. Pada tahun 1992 Indonesia pernah mencapai produksi tertinggi sebesar + 1,87 juta ton, dan di tahun 1999 produksi kedelai mencapai + 1,38 juta ton turun + 36 . Setelah itu produksi kedelai menurun terus, bahkan pada tahun 2004 produksi nasional hanya mencapai 0,72 juta ton turun + 48 sebagai akibat penurunan luas tanam yang sangat drastis. Di lain pihak untuk memenuhi kekurangan tersebut dilakukan impor yang terus meningkat, memboroskan devisa dan menghilangkan lapangan kerja yang cukup besar. Perkembangan luas panen, produktivitas, produksi dan impor kedelai tahun 1975 – 2004 dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Berdasarkan paket teknologi yang ada sekarang, produktivitas kedelai 1,6 tonha secara teknis dapat tercapai. Produktivitas kedelai di petak percobaan dapat mencapai 2.5 – 3 tonha, sedangkan di tingkat petani rata-rata 1.3 tonha. Penggunaan input sarana produksi di Indonesia adalah penggunaan benih 40 – 50 kgha, pupuk hayati yang dapat memghemat dosis urea setengahnya, sehingga penggunaan urea, SP-36 dan KCl masing-masing sebesar 50 kgha. Pengelolaan usahatani milik petani masih tradisional dengan menggunakan tenaga manusia dan lahan kepemilikan yang tidak terlalu luas.

3.1.3. Konsumsi Kedelai

Sebagian besar konsumsi kedelai nasional untuk bahan makanan dalam bentuk olahan tahu, tempe, kecap, tauco dan susu kedelai. Bila ditinjau dari segi harga, kedelai merupakan sumber protein yang termurah, sehingga sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan kedelai. Biji kedelai tidak dapat dimakan langsung karena mengandung tripsine inhibitor, namun kandungan ini dapat dinetralkan dengan direbus. 25 Kedelai bernilai gizi tinggi dengan kadar protein + 35 – 38 persen, tertinggi dari semua kacang-kacangan lainnya dan menduduki tempat kelima sebagai sumber protein. Meskipun kadar minyaknya tinggi + 18 persen, tetapi lemak jenuhnya rendah. Kandungan asam amino penting di dalam kedelai adalah : Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Phenylalanine, Threonin, Thryptophane dan Valine. Disamping itu, kedelai mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan B Maesen dan Somaatmadja, 1993. Kedelai dapat digunakan untuk berbagai keperluan, yaitu pangan, pakan dan bahan industri. Di Indonesia penggunaan kedelai masih terbatas sebagai pangan dan pakan Suprapto, 2004. Menurut Sarwono 2004, konsumsi kedelai 95 persen dalam bentuk olahan, 4 persen dikonsumsi langsung dan 1 persen untuk benih. Pemanfaatan biji kedelai selain dapat dikonsumsi langsung, juga merupakan bahan baku industri, seperti tahu, tempe, tauge, tauco, oncom, kecap, minyak makan, susu kedelai, soygurt dan pakan ternak. Dewasa ini telah berkembang industri susu kedelai dan disukai oleh masyarakat. Selain harganya lebih murah dibandingkan susu sapi, nilai gizinya juga tinggi dan tidak mengakibatkan alergi bagi penderita lactose intolerance . Melalui teknologi pengolahan dapat dihasilkan berbagai produk olahan yang bernilai tinggi, seperti digambarkan dalam bentuk pohon industri pada Lampiran 2. Produk-produk olahan kedelai antara lain : 1 Produk hasil fermentasi : kecap, tauco, natto, tempe, dan soyghurt. 2 Produk non-fermentasi : tahu dan produk olahannya, limbah tahu pakan ternak, susu kedelai, tepung dan bubuk kedelai, isolat protein, konsentrat protein, daging tiruan, serat kedelai, minyak kedelai kasar, dan tauge. 3 Dari minyak kedelai kasar dapat dihasilkan : a. Aplikasi produk pangan : minyak salad, minyak goreng, mayonnaise, margarin, shortening, dan lesitin pangan, non pangan, kosmetik, dan obat- obatan sebagai pengemulsi, penstabil, pelembut, pembasah, dan lain-lain. b. Aplikasi produk non-panganbidang teknik : lapisan pelindung, pengenyal, cat, semir, desinfektan, dan lain-lain. 26 Pemanfaatan kedelai di Indonesia memiliki pola berbeda dengan di negara Barat. Di Indonesia harga kedelai relatif mahal jika dimanfaatkan sebagai pakan dan kurang mampu bersaing bila diolah menjadi minyak makan. Karakter industri pangan dari kedelai di Indonesia adalah 1 sebagian besar berproduksi dalam skala industri kecil dan rumah tangga, 2 semua proses pengolahannya diawali dengan perendaman yang membutuhkan banyak air Suryana, et al., 2005. Berdasarkan survei SUSENAS oleh Biro Pusat Statistik setiap enam tahun sekali, konsumsi kedelai dalam bentuk biji dan olahan terus meningkat. Tahu dan tempe merupakan produk kedelai yang dominan dikonsumsi penduduk desa maupun kota. Rata-rata konsumsi tahu dan tempe penduduk kota lebih tinggi dari penduduk desa.

3.1.4. Preferensi Bahan Baku Kedelai