Hubungan Status Gangguan Sendi dan Tulang dengan Kejadian

104 hasil bahwa orang yang menderita penyakit diabetes melitus mempunyai risiko 1,337 kali lebih besar untuk mengalami disabilitas. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 12 responden penderita diabetes melitus, 14,9 diantaranya mengalami pandangan kabur dan neuropati atau gangguan saraf yang dapat menyebabkan nyeri, mati rasa, pembengkakan, dan kelemahan otot pada bagian tubuh tertentu yang berakibat pada responden kesulitan dalam melakukan aktifitas fisik, sehingga penderita menggunakan alat bantu seperti tongkat, kruk, dan kursi roda. Selain itu didapatkan 3,0 diantaranya tidak mengalami disabilitas fisik. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari individu ataupun keluarga yang bersangkutan, dimana apabila responden telah mengetahui bahwa menderita penyakit diabetes melitus, responden ini lebih berhati-hati dalam menjaga diri, dengan menghindari faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit yang dideritanya bertambah parah, sehingga mereka tidak sampai mengalami kejadian disabilitas fisik.

5.1.4. Hubungan Status Gangguan Sendi dan Tulang dengan Kejadian

Disabilitas Fisik Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status gangguan tulang dan sendi dengan kejadian disabilitas fisik pada lansia di 13 desa di Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Hal ini didasarkan pada analisis dengan uji chi square diperoleh nilai p value = 0,345. Hasil ini lebih besar dari 0,05 0,3450,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara status gangguan tulang dan sendi dengan kejadian disabilitas fisik. 105 Menurut penelitian yang dilakukan Sugiharti dan Heny 2011, lansia dengan gangguan sendi mempunyai peluang 1,477 kali untuk mengalami disabilitas dibandingkan dengan lansia yang tidak menderita gangguan. Kelenturan, kekuatan otot, dan daya tahan sistem muskuloskeletal pada lansia umumnya berkurang, namun pengurangan ini tidak ditemukan pada lansia yang masih sering menggerakkan tubuhnya. Hanya saja, lansia umumnya mengurangi aktivitas fisik seiring dengan pertambahan usianya. Penurunan sistem muskuloskeletal pada lansia dapat diperparah oleh penyakit-penyakit seperti osteoartritis, reumatik, dan penyakit yang menyerang sistem muskuloskeletal pada lansia. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa, tidak ada hubungan antara status gangguan sendi dan tulang dengan kejadian disabilitas pada lansia. Hal ini sejalan dengan penelitian Haryono 2008 bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara gangguan sendi dan disabilitas p=0,306, selain itu menurut penelitian Susanti 2010, gangguan sendi ini terbukti berpengaruh negatif terhadap kejadian disabilitas fisik tingkat berat. Tidak ada hubungan antara gangguan sendi dan tulang dengan kejadian disabilitas fisik pada penelitian ini, disebabkan proses degenerasi sendi cenderung mengenai sendi tertentu dan nyeri sendi yang tidak selalu timbul. Hal tersebut menyebabkan responden hanya mengeluh sedikit nyeri dan bahkan tidak ada keluhan. Selain itu dimungkinkan karena tingkat keparahan dari responden berbeda-beda.

5.1.5. Hubungan Status Stroke dengan Kejadian Disabilitas Fisik