37
2. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin mempunyai dampak yang sangat besar terhadap beberapa hal, seperti status sosial, bagaimana lansia mengakses pelayanan
kesehatan, pekerjaan, pendidikan, serta perilaku kesehatan. Banyak lansia, khususnya wanita yang tinggal sendiri di pedesaan, tidak mempunyai atau tidak
cukup penghasilannya. Hal ini akan berdampak terhadap kesehatannya dan kemandiriannya. Walaupun wanita hidup lebih lama dari pria, akan tetapi
cenderung mengalami disabilitas, mereka tampak lebih tua dibandingkan pria pada usia yang sama Handajani, 2006.
Hasil penelitian yang dilakukan Ediawati E 2012 mengenai tingkat kemandirian lansia menunjukkan persentase responden berjenis kelamin
perempuan lebih tinggi daripada jumlah lansia laki-laki. Berdasarkan penelitian Riskesdas 2007, kejadian disabilitas fisik persentase tertinggi terdapat pada wanita
28,7 dibandingkan laki-laki. Hal serupa juga terjadi pada penelitian Riskesdas 2013 bahwa prevalensi wanita adalah 12,8 dan laki-laki 9,2. Hal ini
bertentangan pada penelitian yang dilakukan Rodrigues, et al, 2009 yang menyatakan bahwa jenis kelamin bukanlah faktor risiko insidensi disabilitas
fungsional.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang
dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi Tamher dan Noorkasiani, 2009:9. Pendidikan yang telah dijalani penduduk lansia
38
juga akan berpengaruh terhadap pengetahuan, wawasan, dan pandangan hidupnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap pola perilaku kehidupan sehari-hari, termasuk
pola makan, cara pandang terhadap hidup sehat, dan akses mereka terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini ditunjukkan pada penelitian Riskesdas 2007 bahwa
dengan semakin tingginya prevalensi disabilitas, semakin rendah pula tingkat pendidikannya. Hasil penelitian lain dilakukan Rinajumita 2011 bahwa lansia
memiliki pendidikan rendah yaitu SMP ke bawah sebanyak 71,1.
4. Tipe Daerah