Model Nagi Model ICF International Classification of Functioning, Disability and Model Verbrugge dan Jette

19 Model ini mengakui bahwa orang mungkin mengalami kelainan fisik, sensori, intelektual, atau psikologis, yang kadang-kadang dapat mengakibatkan ketunaan atau keterbatasan fungsional individu, tetapi hal ini tidak harus mengakibatkan disabilitas, kecuali apabila masyarakat tidak dapat menghargai dan mengiklusikan semua orang tanpa memandang perbedaan individualnya. Model ini tidak menyangkal bahwa perbedaan individual tertentu mengakibatkan keterbatasan individual atau ketunaan, tetapi hal ini bukan merupakan penyebab individu itu dieksklusikan Mitra S, 2010; Tarsidi, 2012 . Model sosial memandang penyandang disabilitas sebagai bagian dari ekonomi, lingkungan, dan budaya masyarakat kita. Jika seorang individu penyandang disabilitas tidak dapat ambil bagian dalam kegiatan di masyarakat, yang merupakan masalah adalah hambatan-hambatan yang mencegah individu itu memainkan peran di dalam masyarakat itu, bukan sang individu itu sendiri. Satu contoh sederhana adalah tentang seorang pengguna kursi roda yang mengalami hambatan mobilitas. Dia sesungguhnya tidak mengalami disabilitas apabila lingkungan tempat tinggalnya memungkinkannya untuk menggunakan kendaraan umum, dan dengan kursi rodanya dia dapat sepenuhnya mengakses semua bangunan beserta segala fasilitasnya seperti semua orang lain Tarsidi, 2012.

2.1.2.2.3. Model Nagi

Nagi dalam Heikkinen 2003 mengembangkan model disabilitas yang terdiri dari empat komponen utama, yaitu patologi, impairment, keterbatasan fungsional, dan disabilitas. Patologi adalah titik awal dari Model Nagi. Patologi mengacu pada gangguan proses tubuh yang normal. Patologi aktif atau residual 20 patologi dapat menyebabkan gangguan anatomi atau fisiologis. Nagi mengidentifikasi keterbatasan fungsional adalah gangguan atau pembatasan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Model ini di beberapa studi digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko terhadap kejadian disabilitas.

2.1.2.2.4. Model ICF International Classification of Functioning, Disability and

Health Disabilitas dalam konteks ICF merupakan terminologi yang memiliki implikasi pada tiga aspek, yaitu kelemahan, keterbatasan aktivitas, dan keterbatasan partisipasi. Ketiganya memberikan kontribusi negatif terhadap interaksi individu seseorang termasuk kondisi kesehatannya dengan faktor kontekstualnya faktor personal dan lingkungan ICF, 2001.

2.1.2.2.5. Model Verbrugge dan Jette

Verbrugge dan Jette 1994 dalam Sugiharti 2010 mengembangkan model disabilitas dengan menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi disabilitas, yaitu : 1. Faktor Risiko Faktor risiko pada model disabilitas ini adalah faktor predisposisi individu seperti sosial demografi, gaya hidup, perilaku, kejiwaan, lingkungan fisik, dan biologi yang dapat mempengaruhi timbulnya dan memperberat terjadinya disabilitas. Faktor risiko ini timbul pada saat sebelum atau selama terjadinya proses disabilitas. 21 2. Pengaruh Dari Luar Individu Faktor dari luar individu dapat mempengaruhi berat tidaknya keadaan disabilitas pada individu, yang termasuk faktor ini adalah pelayanan medis, rehabilitasi, pengobatan, terapi, lingkungan fisik dan sosial, dan dukungan dari luar tersedianya alat bantu khusus, tersedianya perawat pribadi. 3. Pengaruh Dari Dalam individu Faktor ini meliputi perubahan gaya hidup dan perilaku akibat dari penyakit yang diderita, faktor kejiwaan emosi yang meluap, dukungan dari kelompok, dan faktor aktifitas perubahan aktifitas akibat dari penyakit, frekuensi, dan lamanya waktu dalam melakukan aktifitas.

2.1.2.3. Pengukuran Disabilitas