118
tetap saja tidak bisa merubah pola makannya sehingga berakibat pada kondisi kesehatan yang memburuk. Hal lain adalah lansia mengalami kejadian tidak terduga
seperti jatuh, kejadian seperti ini ditemukan pada beberapa lansia sehingga mereka masih dapat mengikuti kegiatan posyandu lansia tetapi menderita disabilitas dengan
skor rendah. Selain itu pola hidup yang dijalani pada masa muda, dan kondisi fisik pada setiap lansia yang berbeda juga dapat mempengaruhi kejadian disabilitas fisik.
Fakta di lapangan didapatkan bahwa persentase keikutsertaan dalam posyandu lansia pada 13 desa di Kecamatan Punung rendah yaitu 20,1 dari total
134 responden yang diwawancarai. Penyebab rendahnya angka keikutsertaan dalam posyandu lansia sendiri adalah ketidaktahuan lansia mengenai adanya program
posyandu lansia, kurangnya kesadaran lansia akan pentingnya posyandu lansia, jarak posyandu lansia dengan tempat tinggal lansia, dan tidak adanya yang
mengantar atau mengingatkan dari pihak keluarga.
5.1.13. Faktor yang Paling Mempengaruhi Kejadian Disabilitas Fisik pada
Lansia
Hasil analisis multivariat regresi logistik model prediksi diperoleh dari 12 variabel yang diteliti, 8 diantaranya dapat dimasukkan dalam analisis multivariat
ini karena mempunyai p0,25. Variabel tersebut diantaranya status diabetes melitus, status stroke, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kejadian jatuh,
medical check up, dan keikutsertaan dalam posyandu lansia. Selanjutnya, dilakukan pemodelan dengan mengeluarkan variabel p value 0,05 dan mempertimbangkan
perubahan nilai OR. Apabila terjadi perubahan OR10, maka variabel dikeluarkan, dan apabila terjadi perubahan OR10 maka variabel tetap
119
dimasukkan kembali. Setelah dilakukan pemodelan, variabel keikutsertaan dalam posyandu lansia dikeluarkan karena mempunyai nilai perubahan OR10.
Selanjutnya dilakukan model akhir dan diperoleh hasil bahwa terdapat tiga variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian disabilitas fisik, yaitu stroke, usia, dan
jenis kelamin. Kemudian didapat persamaan regresi logistik untuk memprediksi memperkirakan
peluang untuk
terjadinya disabilitas
fisik yaitu
p = + �
−{− , 5 + , + ,5 5
− , }
p = , atau 93,45
Hal ini berarti bahwa seorang manusia usia lanjut yang mempunyai status penyakit stroke, berusia 75-90 tahun, dan berjenis kelamin perempuan, maka
probabilitas atau risiko untuk terjadinya kejadian disabilitas fisik adalah 93,45. Status stroke merupakan variabel paling dominan mempengaruhi
terjadinya disabilitas fisik pada lansia dengan p=0,021 dan OR=6,651, yaitu bahwa lansia dengan status penyakit stroke, berisiko 6,651 kali mengalami disabilitas fisik
dibandingkan yang tidak. Variabel usia mempunyai nilai p=0,015 dan OR=3,665, dapat diartikan bahwa semakin meningkat usia seseorang mempunyai risiko 3,665
kali untuk mengalami kejadian disabilitas fisik, sedangkan variabel jenis kelamin mempunyai nilai p=0,026 dan OR=0,411 9 OR1, sehingga dapat disimpulkan
bahwa lansia dengan jenis kelamin perempuan mempunyai risiko 0,411 kali untuk mengalami kejadian disabilitas fisik dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki.
120
5.2. KETERBATASAN PENELITIAN