113
5.1.9. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Disabilitas Fisik
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan kejadian disabilitas fisik
pada lansia di 13 desa di Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Hal ini didasarkan pada analisis dengan uji chi-square diperoleh nilai p value = 0,288. Hasil ini lebih
besar dari 0,05 0,2880,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian disabilitas fisik.
Handajani 2006 memaparkan bahwa responden yang tidak merokok maupun merokok 10 batanghari akan mengalami disabilitas 0,5 kali dibanding
dengan responden yang merokok ≥10 batanghari, atau responden yang merokok ≥ 10 batanghari akan mengalami disabilitas 2 kali lebih besar dibanding responden
yang tidak merokok atau merokok 10 batanghari. Sugiharti 2010 memaparkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan
disabilitas pada usia lanjut. Lanjut usia yang merokok ≥10 batanghari berpeluang 0,783 kali mengalami disabilitas dibandingkan dengan lanjut usia yang tidak
merokok nilai p=0,0001; OR=0,783; 95 CI=0,723-0,847 dan lanjut usia yang merokok 10 batanghari berpeluang 0,557 kali untuk mengalami disabilitas
dibandingkan dengan lanjut usia yang tidak merokok nilai p=0,0001; OR=0,557; 95 CI=0,522-0,593.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryono 2008 bahwa tidak ada hubungan antara merokok dan kejadian disabilitas fisik
p=0,548. Hal yang sama dikemukakan dalam penelitian Anggraeni 2008 bahwa merokok tidak berhubungan dengan status kesehatan p=1. Menurut penelitian
114
Oyen et al 2013 prevalensi disabilitas dan angka mortalitas lebih tinggi pada mantan perokok dan perokok berat dibandingkan dengan yang tidak pernah
merokok, prevalensi rasio pada mantan perokok adalah 1,17 kali dan perokok berat 1,34 kali lebih besar dibandingkan bukan mantan perokok. Meskipun banyak
penelitian yang menyatakan bahwa perilaku merokok berhubungan dengan kejadian disabilitas, variabel merokok dan disabilitas fisik lansia pada penelitian ini
tidak bermakna. Menurut Cahyati 2003:128 rokok tidak berhubungan secara langsung dengan kejadian disabilitas fisik tetapi harus melalui fungsi jantung.
Nikotin yang ada dalam rokok merupakan coronary vasoconstructor dan mengiritasi otot jantung. Reaksi ini diikuti dengan meningkatnya karbon
monoksida dalam darah dan mengurangi suplai oksigen ke otot jantung dan dysrhytmia jantung.
5.1.10. Hubungan Kejadian Jatuh dengan Kejadian Disabilitas Fisik