Gambaran Disabilitas Fisik pada Lansia di Kecamatan Punung, Hubungan Status Hipertensi dengan Kejadian Disabilitas Fisik

101 BAB V PEMBAHASAN

5.1. ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1.1. Gambaran Disabilitas Fisik pada Lansia di Kecamatan Punung,

Kabupaten Pacitan Pendataan terkait dengan disabilitas lansia belum tersedia di Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan, sehingga sumber data hanya diperoleh dari riskesdas riset kesehatan dasar 2007 dan 2013. Untuk mendapatkan responden penderita disabilitas fisik digunakan skala GARS Groningen Activity Restriction Scale, juga dengan memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi. Dalam skala GARS memuat komponen-komponen ADL Activities of Daily Living dan IADL Instrumental Activities of Daily Livings. Hasil penelitian diperoleh bahwa skor dari disabilitas bervariasi dari skor 18 hingga 68.

5.1.2. Hubungan Status Hipertensi dengan Kejadian Disabilitas Fisik

Hipertensi merupakan penyakit kronik akibat gangguan sistem sirkulasi darah telah menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan yang signifikan antara status hipertensi dengan kejadian disabilitas fisik pada lansia di 13 desa di Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Hal ini didasarkan pada analisis dengan uji chi-square diperoleh nilai p value = 0,379. Hasil ini lebih besar dari 0,05 0,3790,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara status hipertensi dengan kejadian disabilitas fisik. Menurut penelitian yang dilakukan Sugiharti dan Heny 2011 bahwa lansia dengan hipertensi mempunyai peluang 1,327 kali untuk mengalami 102 disabilitas dibandingkan dengan lansia yang tidak dengan hipertensi dengan p value 0,0001. Hal yang sama dikemukakan Damping dan Hervita 2003 bahwa dalam implikasi klinis hipertensi pada lansia, hipertensi mengakibatkan peningkatan disabilitas pasien sekaligus menyebabkan penurunan status fungsional. Hipertensi ini sering terjadi pada lanjut usia karena adanya perubahan fisiologis normal penuaan. Menurut Darmojo 2006, faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lansia adalah adanya penurunan kadar renin, peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium, penurunan elastisitas pembuluh darah perifer, dan perubahan ateromatous. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa tidak ada hubungan antara hipertensi dan disabilitas fisik adalah sejalan dengan penelitian Haryono 2008 yaitu p value = 0,238. Hal ini dikarenakan, hipertensi merupakan suatu penyakit dimana membuka peluang terhadap terjadinya penyakit lain yang lebih berat sehingga berakibat pada disabilitas fisik, seperti yang dijelaskan dalam Sustrani dkk 2004 bahwa hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar bagi penderitanya untuk menderita stroke, dan 6 kali lebih besar untuk serangan jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena gagal jantung congestive heart failure. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa status hipertensi tidak secara langsung berhubungan dengan disabilitas fisik, tetapi hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya penyakit yang lebih berat, sehingga dapat mengakibatkan disabilitas. Sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa 100 dari 16 penderita stroke, semuanya merupakan penderita hipertensi sebelumnya. Hal ini menjelaskan bahwa seseorang dengan penyakit hipertensi perlu waspada, 103 agar penyakit-penyakit yang lebih berat tidak terjadi dan berakibat pada kejadian disabilitas fisik.

5.1.3. Hubungan Status Diabetes Melitus dengan Kejadian Disabilitas Fisik