116
26,4 dibandingkan dengan laki-laki 16 juga pada lansia di daerah perkotaan 29,4 dibandingkan lansia di pedesaan 13,4.
5.1.11. Hubungan Medical Check Up dengan Kejadian Disabilitas Fisik
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara medical check up dengan kejadian disabilitas fisik pada
lansia di 13 desa di Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Hal ini didasarkan pada analisis dengan uji chi-square diperoleh nilai p value = 0,034. Hasil ini lebih kecil
dari 0,05 0,0340,05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu ada hubungan antara kejadian jatuh dengan kejadian disabilitas fisik. Dari hasil analisis diperoleh
nilai OR=5,702, artinya responden yang tidak melakukan medical check up memiliki risiko 5,702 kali lebih tinggi untuk mengalami kejadian disabilitas fisik
dibandingkan dengan responden yang melakukan medical check up. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Trihandini 2007 dengan
menggunakan desain kohort pada 13 provinsi di Indonesia dari tahun 1993-2002 menyataka bahwa medical check up yang teratur dapat mempertahankan lansia
untuk dapat aktif berdasarkan pengukuran aktifitas fisik dasar sebesar 1,85 kali dibandingkan lansia tersebut tidak melakukan medical check up OR=1,85, CI
95: 1,64-2,13. Menanggulangi dan mengobati penyakit kronis tidaklah mudah dan memerlukan biaya yang cukup besar, begitu juga untuk merehabilitasi keadaan
yang telah terlimitasi aktifitas fisik dasarnya. Pencegahan merupakan upaya yang lebih baik, lebih mudah, dan relatif murah biayanya dibandingkan dengan biaya
pengobatan dan rehabilitasi. Pemahaman tersebut belum begitu melekat di masyarakat, terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok bukan
117
penderita disabilitas fisik hanya 14,9 dari total responden yang pernah melakukan medical check up sebelum masuk usia lanjut usia 60 tahun.
5.1.12. Hubungan Keikutsertaan Posyandu Lansia dengan Kejadian
Disabilitas Fisik
Besarnya populasi lanjut usia disertai pertumbuhan yang sangat cepat menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga lanjut usia perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari semua sektor untuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Salah satu bentuk perhatian yang serius terhadap lanjut usia adalah
terlaksananya pelayanan pada lanjut usia melalui kelompok lanjut usia atau pos pelayanan terpadu untuk lansia yang melibatkan sektor terkait, swasta, LSM, dan
masyarakat. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara keikutsertaan posyandu lansia dengan kejadian disabilitas fisik pada lansia di 13 desa di Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan.
Hal ini didasarkan pada analisis dengan uji chi square diperoleh nilai p value = 0,196. Hasil ini lebih besar dari 0,05 0,1960,05, artinya Ho diterima dan Ha
ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara keikutsertaan dalam posyandu lansia dengan kejadian disabilitas fisik.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kuesioner, tidak adanya hubungan yang bermakna dalam penelitian ini
dimungkinkan karena sulitnya mengubah lansia agar menjadi lebih baik, seperti dalam kegiatan posyandu lansia petugas puskesmas dan kader telah memberikan
pengarahan tentang makanan yang harus dihindari oleh lansia tersebut, tetapi lansia
118
tetap saja tidak bisa merubah pola makannya sehingga berakibat pada kondisi kesehatan yang memburuk. Hal lain adalah lansia mengalami kejadian tidak terduga
seperti jatuh, kejadian seperti ini ditemukan pada beberapa lansia sehingga mereka masih dapat mengikuti kegiatan posyandu lansia tetapi menderita disabilitas dengan
skor rendah. Selain itu pola hidup yang dijalani pada masa muda, dan kondisi fisik pada setiap lansia yang berbeda juga dapat mempengaruhi kejadian disabilitas fisik.
Fakta di lapangan didapatkan bahwa persentase keikutsertaan dalam posyandu lansia pada 13 desa di Kecamatan Punung rendah yaitu 20,1 dari total
134 responden yang diwawancarai. Penyebab rendahnya angka keikutsertaan dalam posyandu lansia sendiri adalah ketidaktahuan lansia mengenai adanya program
posyandu lansia, kurangnya kesadaran lansia akan pentingnya posyandu lansia, jarak posyandu lansia dengan tempat tinggal lansia, dan tidak adanya yang
mengantar atau mengingatkan dari pihak keluarga.
5.1.13. Faktor yang Paling Mempengaruhi Kejadian Disabilitas Fisik pada