2.2 Teori Belajar
2.2.1 Teori Belajar Menurut J. Bruner
Menurut Bruner sebagaimana dikutip Slameto 2010: 11, belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum
sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat belajar lebih banyak dan mudah. Oleh karena itu, alangkah baiknya bila sekolah menyediakan
kesempatan bagi peserta didik untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
Proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk
meningkatkan p roses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery
learning environment ”, ialah lingkungan di mana peserta didik dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam lingkungan banyak hal yang dapat
dipelajari peserta didik, hal-hal tersebut digolongkan menjadi enactive, iconic, dan symbolic Slameto, 2010: 11.
Slameto 2010: 12 mengungkapkan bahwa guru perlu memperhatikan 4 hal berikut dalam belajar.
1 Mengusahakan agar setiap peserta didik berpartisipasi aktif, minatnya perlu
ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu. 2
Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik. Hal ini dapat
dilakukan melalui pemilihan model pembelajaran, metode, dan media yang
akan digunakan
sehingga memudahkan
peserta didik
mengikuti pembelajaran.
3 Menganalisis sequence. Guru mengajar berarti membimbing peserta didik
melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga peserta didik memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang
dipelajari. 4
Memberi reinforcement dan umpan balik feed-back. Penguatan yang optimal terjadi pada waktu peserta didik mengetahui bahwa ia menemukan
jawabnya. Pemberian penguatan dan umpan balik dapat dilakukan dengan memberikan pujian, tepuk tangan, hadiah, ataupun berupa nilai.
Berdasarkan teori Bruner, pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya dapat menimbulkan partisipasi aktif dari peserta didik. Partisipasi aktif peserta
didik dapat diciptakan melalui kegiatan diskusi, presentasi, atau melalui kegiatan tanya jawab dengan menggunakan good question. Selain itu, perlu juga
memperhatikan tahapan belajar peserta didik mulai dari enaktif, ikonik, kemudian simbolik.
1 Enaktif
Pada tahap ini pengetahuan disajikan secara konkret, peserta didik melihat langsung objek dan memanipulasi. Pada penelitian ini penerapan tahap
enaktif dilakukan dengan melihat benda-benda sekitar yang memiliki bentuk dan sifat sama dengan bangun ruang yang dipelajari. Misalnya ditunjukkan
LCD proyektor dan penghapus berbentuk balok, kotak spidol berbentuk
kubus, serta atap bangunan berbentuk limas. Selain itu peserta didik diminta memberikan contoh lain terkait bentuk bangun ruang yang akan dipelajari.
2 Ikonik
Pada tahap ini penyajian pengetahuan dilakukan berdasarkan pada pikiran internal melalui gambar atau grafik. Pada penelitian ini penerapan tahap
ikonik dilakukan melalui penyajian gambar-gambar kontekstual, gambar bangun ruang pada Cabri 3D maupun pada Lembar Kegiatan Peserta Didik.
Selain itu, peserta didik juga dituntut untuk dapat mengilustrasikan masalah atau soal yang ditemui.
3 Simbolik
Pada tahap ini peserta didik memanipulasi simbol-simbol atau lambang- lambang objek tertentu. Implementasi tahap simbolik pada penelitian ini
adalah manipulasi dan penggunaan simbol serta rumus-rumus terkait sudut pada ruang dimensi tiga. Salah satu rumus yang digunakan dalam materi ini
adalah aturan cosinus untuk menghitung besar sudut. Contoh rumusnya yaitu pada segitiga
berlaku
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
̅̅̅̅
. 2.2.2
Teori Belajar Menurut Piaget
Piaget mengemukakan tiga prinsip utama pembelajaran adalah sebagai berikut.
1 Belajar Aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subjek belajar. Untuk membantu
perkembangan kognitif anak, perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri.
2 Belajar melalui Interaksi Sosial
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara subjek belajar. Piaget percaya
bahwa belajar bersama akan membantu perkembangan kognitif anak. Melalui interaksi sosial, perkembangan kognitif anak
akan mengarah kebanyak pandangan, artinya kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandangan dan
alternatif tindakan.
3 Belajar melalui Pengalaman Sendiri
Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata daripada bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi. Pembelajaran di sekolah hendaknya
dimulai dengan
memberikan pengalaman-
pengalaman nyata
dari pada
dengan pemberitahuan-
pemberitahuan Rifa’i dan Anni, 2009: 207.
Berdasarkan teori belajar Piaget, dalam melaksanakan pembelajaran guru harus memperhatikan tiga prinsip pembelajaran. Dalam belajar aktif, peserta didik
berdiskusi dalam menggunakan pengetahuan mereka untuk menemukan konsep organizing yang sejalan dengan prinsip yang kedua yaitu belajar melalui
interaksi sosial, dan guru memandu peserta didik tanya jawab dalam merefleksi reflecting hasil diskusi. Sedangkan dalam belajar melalui pengalaman sendiri,
peserta didik berdiskusi menyelesaikan soal latihan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang mereka temukan extending.
Piaget mengungkapkan bahwa dalam perkembangan intelektual memuat tiga aspek, yaitu struktur, isi, dan fungsi. Struktur atau skemata merupakan
organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Isi yang dimaksud adalah pola prilaku peserta
didik yang khas yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya. Sedangkan fungsi merupakan
cara yang digunakan peserta didik untuk membuat kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan
adaptasi. Adaptasi dengan lingkungan dilakukan melalui dua proses yang disebut asimilasi dan akomodasi Dahar, 2011: 134-135.
Dahar 2011: 135 mengungkapkan b ahwa “dalam proses asimilasi,
seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menghadapi masalah yang dihadapinya dalam lingkungannya. Dalam proses
akomodasi, seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan resp
on terhadap tantangan lingkungan”. Proses asimilasi terjadi ketika peserta didik menyebutkan contoh-contoh kubus saat kegiatan apersepsi,
menyelesaikan soal-soal tentang sudut pada bangun ruang yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, serta menggunakan aturan sinus dan cosinus pada segitiga
untuk menghitung besar sudut yang ditanyakan. Proses akomodasi terjadi ketika peserta didik menemukan konsep ketegalurusan dan berdiskusi untuk menemukan
konsep tentang sudut pada bangun ruang. Pada kegiatan ini peserta didik menjawab serangkaian pertanyaan yang selanjutnya menyimpulkan secara
deduktif untuk menemukan konsep.
2.2.3 Teori Belajar Menurut Vigotsky