Teori Motivasi Berprestasi Teori-teori Motivasi

2.6.3 Teori Motivasi Berprestasi

Djaali 2007: 110 mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan belajar. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar tergantung pada kondisi dalam lingkungan dan kondisi individu. Dalam hubungan ini, Johnson sebagaimana dikutip oleh Djaali 2007: 110 menyatakan sebagai berikut. The theory of achievement motivation … does not say that there should be a general relationship beetween achievement motivation and academic performance. on the contrary, it states that under certain conditions, there will be a strong relationship, under other conditions there will be no relationship. Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa ketika motivasi berprestasi tinggi dan didukung dengan lingkungan yang kondusif dan peserta didik dalam kondisi baik, maka prestasi belajar peserta didik akan tinggi. Begitu pula sebaliknya, meskipun motivasi berprestasi peserta didik tinggi tetapi lingkungan tidak mendukung dan mereka tidak dalam kondisi baik, maka prestasi belajar mereka tidak akan maksimal atau bahkan rendah. Nicholls 1984 sebagaimana dikutip Rifa’i dan Anni 2009: 183 mengklasifikasikan motivasi berprestasi peserta didik menjadi dua, yaitu motivasi yang berorientasi pada tujuan belajar learning goals atau mastery goals dan motivasi yang berorientasi pada tujuan kinerja performance goals. Peserta didik yang berorientasi pada tujuan belajar umumnya bersekolah dengan tujuan memperoleh kompetensi atas keterampilan yang diajarkan, sehingga akan mengambil mata pelajaran yang sukar dan berupaya mencari tantangan. Sebaliknya, peserta didik yang berorientasi pada tujuan kinerja berupaya memperoleh penilaian positif atas kinerja yang dicapai dan menghindari penilaian negatif, sehingga akan mengambil mata pelajaran yang mudah dan menghindari situasi yang menantang. Mc Clelland menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki intelegensi sama namun memiliki orientasi belajar berbeda, yakni berorientasi pada tujuan kinerja atau berorientasi pada tujuan belajar, kinerja mereka di kelas menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dweck menyatakan bahwa ketika mereka menghadapi kesulitan, peserta didik yang berorientasi pada tujuan kinerja cenderung merasa cemas. Sebaliknya, peserta didik yang berorientasi pada tujuan belajar akan cenderung mencoba dan motivasi serta kinerjanya akan meningkat Rifa’i dan Anni, 2009: 183. Berdasarkan uraian di atas, dalam memberikan tugas hendaknya seorang guru memperhatikan perbedaan orientasi belajar peserta didik. Keduanya memiliki respon yang berbeda terhadap tugas sulit yang diberikan dan berimbas pada motivasi belajar mereka. Agar tumbuh motivasi yang maksimal dalam belajar, sebaiknya guru memberikan tugas yang tidak terlalu sulit sesuai dengan kemampuan rata-rata peserta didik. Selanjutnya diberikan tugas tambahan sebagai pengayaan bagi mereka yang mampu menyelesaikan tugas sebelumnya dengan baik. Beberapa prinsip menurut Rifa’i dan Anni 2009: 185 yang perlu diperhatikan dalam membantu peserta didik yang mengalami ketidakberdayaan dalam belajar adalah sebagai berikut. 1 Penekanan pada tindakan positif, dengan menggunakan kelebihan peserta didik untuk menciptakan prestasi. Melalui pemberian penguatan, umpan balik, dan penghargaan pada saat peserta didik berhasil menyelesaikan permasalahan, serta dengan memberi dorongan agar mereka dapat melakukan hal yang lebih. 2 Pengurangan tindakan negatif, dengan tidak mempermainkan kekurangan peserta didik. Ini dilakukan dengan tidak mengucapkan kata-kata yang menjatuhkan mental atau menurunkan semangat peserta didik untuk belajar dan mengurangi pemberian hukuman. 3 Berangkat dari pengenalan sesuatu yang baru, menggunakan kerangka cantolan advance orgaineizer atau diskoveri terbimbing guided discovery. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menginformasikan penggunaan materi yang akan dipelajari bagi kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dilakukan dengan tanya jawab menggunakan good question yang telah dirancang untuk menemukan konsep menentukan sudut pada bangun ruang. 4 Ciptakan tantangan dalam belajar, agar peserta didik aktif merumuskan masalah dan memecahkannya dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilannya sendiri. Dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi untuk menyelesaikan masalah.

2.7 Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN CD INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI RUANG DIMENSI TIGA SMA KELAS X

0 66 181

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN PEMANFAATAN FACEBOOK PADA MATERI POKOK DIMENSI TIGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

0 55 306

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

1 22 376

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA DIMENSI TIGA

0 11 289

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER MODEL TUTORIAL DENGAN MEDIA VISUAL NOVEL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK

0 30 297

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL MMP BERBANTUAN CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIFMATEMATIS SISWA KELAS X SMA PADA MATERI DIMENSI TIGA

0 6 349

Keefektifan Pembelajaran Model Learning Cycle 5E (LC5E) Berbantuan Software Cabri 3D dan Lembar Kerja Peserta Didik terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Pemalang pada

1 25 289

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualiation Berbantuan Kartu Masalah terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Peserta Didik pada Materi Pokok Dimensi Tiga Kelas X SMA N 1 Comal

1 59 258

Keefektifan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X pada Materi Dimensi Tiga Berbantuan CD Pembelajaran.

0 0 1

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualiation Berbantuan Kartu Masalah terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Peserta Didik pada Materi Pokok Dimensi Tiga Kelas X SMA N 1 Comal.

0 1 1