Memformulasikan pola pengembangan PPN Palabuhanratu

62 Indeks hierarki I i = . ak n F n k ik ∑ Dengan: ak n adalah bobot fasilitas atau jenis pendidikan SDM atau jenis ikan yang didaratkan atau jenis alat penangkapan ikan atau jenis kapal faktor penentu hierarki, n = Jumlah pelabuhan, k = Jumlah fasilitas atau jenis pendidikan SDM atau jenis ikan atau jenis alat penangkapan ikan atau jenis kapal, ak = Jumlah pelabuhan yang memiliki fasilitas atau jenis pendidikan SDM, jenis ikan yang didaratkan, jenis alat penangkapan ikan dan jenis kapal dan F ik = Fasilitas atau jenis pendidikan SDM atau jenis ikan yang didaratkan atau jenis alat penangkapan ikan atau jenis kapal yang dimiliki pelabuhan. Akan ditentukan 6 komponen yang diperbandingkan melalui 6 skalogram yakni: skalogram berdasarkan jenis fasilitas, sumberdaya manusia pengelola, jenis ikan, alat penangkapan ikan dan jenis kapal. Masing-masing skalogram akan ditentukan jumlah jenis variabel yang dibandingkan, bobot kelangkaan dan bobot jenis. Jumlah jenis variabel adalah semua jenis komponen yang ada di masing-masing pelabuhan. Bobot kelangkaan adalah seberapa besar setiap pelabuhan memiliki komponen atau beberapa komponen sehingga dianggap langka dan diberi nilai besar. Bobot jenis adalah cara pandang lain untuk menilai persaingan yang memiliki jenis komponen. Khusus untuk PPN Palabuhanratu digunakan data sesuai dengan kelasnya yakni kelas nusantara.

4.5.2 Memformulasikan pola pengembangan PPN Palabuhanratu

Pola pengembangan didalam penelitian ini adalah suatu contoh atau pedoman atau ukuran-ukuran dalam mengembangkan suatu pelabuhan. Sebagai contoh atau pedoman atau ukuran, maka diperlukan ukuran-ukuran baik secara kuantitatif maupun kualitatif terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi pengembangan suatu pelabuhan perikanan berdasarkan konsep triptyque portuaire yakni ukuran-ukuran komponen wilayah produksi foreland terbatas pada variabel target jumlah produksi ikan yang berasal dari WPP 9 Samudera Hindia, dan target jumlah kapal yang akan diakomodir oleh PPN Palabuhanratu yang akan 63 dikembangkan. Ukuran-ukuran komponen pelabuhan perikanan fishing port terbatas pada fasilitas pokok seperti lahan, kolam, dermaga, gedung pelelangan ikan, air bersih, BBM dan es. Komponen wilayah distribusi hinterland dibatasi pada variabel jumlah konsumen, daerah konsumen dan jumlah produksi ikan yang didistribusikan di daerah hinterland. 1 Perhitungan target jumlah produksi ton Langkah-langkah pada perhitungan penentuan target jumlah produksi dan target jumlah kapal: 1 MSY WPP 9 Samudera Hindia di kalikan dengan persentase jumlah tangkapan yang diperbolehkan 80 yang disebut jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB SK Mentan No.995kptsik.210999 tentang Potensi Sumberdaya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan JTB di Wilayah Perikanan Republik Indonesia. 2 Jumlah pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan di WPP 9 Samudera Hindia sebanyak 216 unit yang terdiri dari 3 unit PPS, 3 unit PPN, 3 unit PPP dan 207 unit PPI. 3 Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: KEP.10MEN2004 tanggal 24 Pebruari 2004 tentang pelabuhan perikanan bahwa bahwa kapasitas minimum produksi ikan untuk masing-masing kelas pelabuhan perikanan adalah 60 tonhari atau 21.900 tontahun untuk PPS, 30 tonhari atau 19.950 tontahun untuk PPN. Diperkirakan kapasitas minimum PPP sebesar 10 tonhari atau 3.650 tontahun dan 5 tonhari atau 1.825 tontahun untuk PPI. 4 Kapasitas produksi minimum seluruh kelas pelabuhan perikanan adalah jumlah hasil tangkapan minimum yang didaratkan di masing-masing kelas pelabuhan perikanan. 6 Alokasi pemanfaatan SDI bagi masing-masing kelas pelabuhan perikanan Pelabuhan Perikanan Samudera, Pelabuhan Perikanan Nusantara, Pelabuhan Perikanan Pantai dan Pangkalan Pendaratan Ikan didapatkan dari kapasitas produksi minimum masing-masing kelas pelabuhan perikanan di WPP 9 per tahun dibagi dengan kapasitas produksi minimum seluruh kelas pelabuhan perikanan di WPP 9 kemudian dikalikan dengan JTB WPP 9. 64 7 Alokasi pemanfaatan SDI untuk PPN Palabuhanratu didapatkan dari alokasi pemanfaatan SDI untuk kelas PPN dibagi jumlah PPN yang ada di WPP 9. Mekanisme perhitungan target jumlah produksi PPN Palabuhanratu seperti pada Gambar 3. MSY WPP 9 Samudera Hindia JTB = 80 X MSY WPP 9 Jml PP di WPP 9 = A Jml PPS = 3 unit, Kapasitas minimum 60 tonhari Kap. Produksi minimum seluruh PP di WPP 9= a1+a2+a3+a4 = B Alokasi pemanfaatan SDI PPN Palabuhanratu = b23 Jml PPN = 3 unit, Kapasitas minimum 30 tonhari Jml PPP = 3 unit, Kapasitas minimum 10 tonhari Jml PPI = 207 unit, Kapasitas minimum 5 tonhari Kapasitas minimum PPStahun = 3x60 ton x365= a1 Kapasitas minimum PPNtahun = 3x30ton x365= a2 Kapasitas minimum PPPtahun = 3x10 ton x365= a3 Kapasitas minimum PPItahun = 207x5 ton x365= a4 Alokasi pemanfaatan SDI PPS = a1BxJTB = b1 Alokasi pemanfaatan SDI PPN =a2BxJTB = b2 Alokasi pemanfaatan SDI PPP =a3BxJTB = b3 Alokasi pemanfaatan SDI PPI =a4BxJTB = b4 Gambar 3 Mekanisme perhitungan target jumlah produksi PPN Palabuhanratu. 65 2 Perhitungan target jumlah kapal unit Langkah-langkah pada perhitungan penentuan target jumlah kapal 1 Alokasi pemanfaatan SDI untuk PPN Palabuhanratu adalah sebesar 19.000 tontahun. 2 Kondisi jumlah unit kapal PPN Palabuhanratu pada tahun 2005 untuk masing- masing kelompok ukuran kapal 5 GT A1, 5-30 GT A2, dan 30-150 GT A3 dikalikan dengan rata-rata GT untuk masing-masing kelompok ukuran kapal 5 GT B1, 5-30 GT B2, dan 30-150 GT B3 maka akan diperoleh jumlah GT untuk masing-masing kelompok ukuran kapal 5 GT C1, 5-30 GT C2, dan 30-150 GT C3. Penjumlahan dari semua jumlah GT untuk masing- masing kelompok ukuran kapal akan menghasilkan jumlah total GT untuk semua kapal yang ada di PPN Palabuhanratu D. 3 Posisi awal produktivitas kapal untuk setiap GT adalah jumlah produksi ikan tahun 2005 dibagi jumlah GT untuk semua kapal yang ada di PPN Palabuhanratu tahun 2005. 4 Perhitungan target produktivitas unit penangkapan E diperoleh dari hasil perhitungan CPUE untuk masing-masing unit penangkapan yang ada saat ini di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan jenis unit penangkapan yang lebih prospek ke depan, menurut hasil kajian pemantauan dan evaluasi CPUE PPN Palabuhanratu tahun 2005 diperoleh hasil bahwa untuk unit penangkapan longline berukuran 30 GT memiliki nilai produktivitas paling tinggi yakni 1 tonGT per tahun. Sehingga dalam perhitungan target kapal untuk PPN Palabuhanratu digunakan produktivitas 1 tonGT per tahun. Selain itu longline menangkap ikan tuna. Tuna merupakan ikan yang bernilai ekonomi tinggi dan berpeluang besar sebagai komoditi ekspor Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003. 5 Komposisi persentase kapal berdasarkan ukuran 5 GT E1, 5-30 GT E2, dan 30-150 GT E3 diperoleh dari jumlah GT untuk masing-masing kelompok ukuran kapal 5 GT C1, 5-30 GT C2, dan 30-150 GT C3 dibagi jumlah total GT untuk semua kapal D. Kemudian persentase masing- masing tersebut dikalikan dengan jumlah alokasi pemanfaatan SDI untuk PPN Palabuhanratu sehingga diperoleh alokasi pemanfaatan SDI oleh masing- 66 masing kelompok ukuran kapal 5 GT F1, 5-30 GT F2, dan 30-150 GT F3. 6 Alokasi pemanfaatan SDI masing-masing ukuran kapal dibagi dengan target produktivitas unit penangkapan, maka diperoleh jumlah GT kapal masing- masing ukuran 5 GT G1, 5-30 GT G2, dan 30-150 GT G3. 7 Jumlah kapal untuk masing-masing ukuran 5 GT H1, 5-30 GT H2, dan 30-150 GT H3 diperoleh dari jumlah GT kapal untuk masing-masing ukuran 5 GT G1, 5-30 GT G2, dan 30-150 GT G3 dibagi dengan rata-rata GT untuk masing-masing kelompok ukuran kapal 5 GT C1, 5-30 GT C2, dan 30-150 GT C3. 8 Jumlah seluruh unut kapal yang akan dikembangkan didapatkan dari penjumlahan semua kapal untuk masing-masing ukuran. Mekanisme perhitungan target jumlah kapal PPN Palabuhanratu lebih jelasnya seperti pada Gambar 4. 3 Perhitungan kapasitas fasilitas Jenis fasilitas yang diperhitungkan adalah beberapa fasilitas pokok seperti lahan, kolam dan dermaga. Fasilitas fungsional seperti gedung pelelangan ikan, pabrik es, kebutuhan solar dan kebutuhan air bersih. Fasilitas-fasilitas tersebut menurut Lubis et al. 2005 termasuk fasilitas yang mutlak diperlukan. Pemilihan jenis fasilitas pokok seperti lahan karena lahan yang ada saat ini seluas 7,2 ha sudah terpakai untuk berbagai fasilitas pelabuhan sehingga areal untuk pengembangan dan areal industri perikanan tidak tersedia. Kapasitas kolam dan dermaga perlu untuk dikembangkan karena saat ini kondisi pemanfaatannya sudah tidak mampu menampung aktivitas kapal tambahan. Gedung pelelangan perlu untuk dikembangkan karena adanya tambahan produksi ikan akibat adanya pengembangan PPN Palabuhanratu. Penyediaan tambahan pabrik es sangat diperlukan karena hanya tersedia satu pabrik es dengan kapaitas 1000 balokhari dan tidak mampu memenuhi kebutuhan es untuk operasional kapal sebanyak 1500 balokhari. Kebutuhan solar saat ini dipasok oleh SPDN dengan kapasitas 160 klbulan dan SPBB dengan kapasitas 250 klbulan. Kebutuhan pemakaian solar rata-rata per hari pada tahun 2004 sebanyak 28 kl tersedia pasokan 14 klhari, 67 sehingga pasokan dari SPDN dan SPBB tidak mencukupi. Selama ini sebagian kapal memperoleh BBM dari SPBU yang berada diluar pelabuhan. Kebutuhan air bersih untuk keperluan aktivitas kapal pada tahun 2005 tercatat rata-rata 16,5 tonhari yang dipasok dari PDAM. Pasokan ini belum memperhitungkan kebutuhan air untuk pembuatan es, kebutuhan ikan dan untuk aktivitas penghuni. Target jumlah total unit kapal yang akan dikembangkan = H1+H2+H3 Total GT untuk semua kapal = C1+C2+C3 =D Alokasi pemanfaatan SDI PPN Palabuhanratu SDI KM 5 GT A1 KM 5-30 GT A2 KM 30-150 GT A3 Rata-rata GT KM 5 GT = B1 Rata-rata GT KM 5-30 GT = B2 Rata-rata GT KM 30-150 GT = B3 Jml GT KM 5 GT = A1xB1=C1 Jml GT KM 5-30 GT = A2xB2=C2 Jml GT KM 30-150 GT = A3xB3=C3 Target produktivitas unit penangkapan = 1 tonGT per tahun = E KM 5 GT = C1D=E1 KM 5-30 GT = C2D=E2 KM 30-150 GT = C3D=E3 Alokasi pemanfaatan SDI KM 5 GT = E1 x SDI = F1 Alokasi pemanfaatan SDI KM 5-30 GT = E2 x SDI = F2 Alokasi pemanfaatan SDI KM 30-150 GT = E3 x SDI = F3 Jml GT KM 5 GT = F1 E = G1 Jml GT KM 5-30 GT = F2 E = G2 Jml GT KM 30-150 GT = F3 E = G3 Jml KM 5 GT = G1 B1 = H1 Jml KM 5-30 GT = G2 B2 = H2 Jml KM 30-150 GT = G3 B3 = H3 Gambar 4 Mekanisme perhitungan target jumlah kapal PPN Palabuhanratu. 68 1 Perhitungan luas kolam m 2 Menurut Direktorat Jenderal Perikanan dan PT Inconeb 1981, perhitungan luas kolam adalah sebagai berikut: Dengan : L = Luas kolam pelabuhan m 2 Lt = Luas untuk memutar kapal turbin basin π r 2 n = Jumlah kapal maksimal berlabuh setiap hari unit l = Panjang kapal m b = Lebar kapal m 2 Perhitungan panjang dermaga m Menurut Direktorat Jenderal Perikanan dan PT Inconeb 1981, dermaga dengan bentuk yang memanjang sejajar garis pantai dan diperuntukkan bagi kapal yang berlabuh dengan posisi badan kapal sejajar dengan sisi dermaga, maka panjang dermaga tersebut dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Dengan ; D = Panjang dermaga m l = Ukuran panjang kapal m 0,1 = Jarak aman antara dua kapal m 3 Luas gedung pelelangan m 2 Luas gedung pelelangan ikan dihitung berdasarkan perbandingan antara luas gedung pelelangan yang ada sekarang dan produksi rata-rata per hari dengan rata- rata target produksi ikan pengembangan dan luas gedung pelelangan yang akan dikembangkan. Luas gedung pelelangan pengembangan adalah rata-rata target produksi ikan pengembangan x luas gedung pelelangan yang ada sekarang dibagi produksi ikan rata-rata sekarang. L = Lt + 3 [n x l x b] D = Jumlah frekuensi kapal maksimum x l x 0,1 x l 69 4 Kapasitas pabrik es tontahun Menurut Direktorat Jenderal Perikanan dan PT Inconeb 1981, perhitungan kapasitas pabrik es adalah sebagai berikut: Dengan : K = Kapasitas pabrik es a = 2 5 Kebutuhan solar kltahun Menurut Direktorat Jenderal Perikanan dan PT Perentjana Djaja 1999, perhitungan kebutuhan solar adalah sebagai berikut: Dengan : S = Kebutuhan solar kl tahun Kapal ukuran 5 GT = bermesin 15 DK, kapal ukuran 5-30 GT = bermesin 60 DK, kapal berukuran 30-100 GT = bermesin 180 DK, kapal berukuran 100-150 GT = bermesin 225 DK. 6 Kebutuhan air bersih kltahun Menurut Direktorat Jenderal Perikanan dan PT Perentjana Djaja 1999, kebutuhan ABK adalah 20 literoranghari. Kebutuhan bahan baku es adalah 1 kg air untuk 1 kg es, kebutuhan ikan adalah 1 literkg ikan, kebutuhan TPI adalah 1,5 liter m 2 luas TPI, kebutuhan penghuni adalah 10 dari kebutuhan total. 7 Luas lahan ha Luas lahan yang diperlukan menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.10Men2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang pelabuhan perikanan diperlukan seluas minimal 15 ha belum termasuk kolam pelabuhan. Sehingga paling tidak maksimum luas lahan yang diperlukan untuk PPN Palabuhanratu adalah 30 ha sesuai dengan batas minimum lahan PPS. K = a x Produksi rata-rata per hari S = 0,2 liter DK jam 70 4 Perhitungan jumlah konsumen untuk ikan dari PPN Palabuhanratu Jumlah konsumen diperoleh dari jumlah target produksi untuk dalam negeri dibagi dengan rata-rata tingkat konsumsi ikan untuk penduduk dalam negeri. Menurut Barani 2006 bahwa tingkat konsumsi ikan kapita penduduk secara nasional pada tahun 2005 sebesar 22,76 kgkapitatahun angka perkiraan. Distribusi ke daerah hinterland primer untuk produk ikan segar komoditas ekspor kondisi saat ini sebesar 3 dan untuk pengembangan PPN Palabuhanratu jumlah ekspor ikan diperkirakan sebesar 35 dari target produksi PPN Palabuhanratu yang didasarkan kepada jumlah potensi ikan pelagis besar yang ada di WPP 9 Samudera Hindia untuk target jumlah produksi PPN Palabuhanratu.

4.5.3 Menentukan prioritas pengembangan PPN Palabuhanratu