Potensi pengembangan wilayah distribusi hinterland

190 Peningkatan kebersihan lingkungan pelabuhan yang meliputi lingkungan darat dan lingkungan air. Penyediaan alat-alat kebersihan seperti truk sampah, truck crane, forklift, tungku pembakaran insimirator, dan peralatan kebersihan lainnya seperti keranjang, cangkul dan tempat-tempat sampah perlu segera disiapkan guna menjaga kebersihan lingkungan darat dan lingkungan air kolam. Selain itu sistem drainase pelabuhan perlu ditata ulang dan direhabilitasi sesuai dengan hasil studi amdal. Didalam kawasan pelabuhan agar diberi petunjuk- petunjuk tentang peringatan kepada pengguna pelabuhan agar selalu menjaga kebersihan, keindahan dan ketertiban.

6.1.3 Potensi pengembangan wilayah distribusi hinterland

Kegiatan pemasaran meliputi pemasaran lokal, antar pulau, dan ekspor. Pemasaran lokal meliputi kota-kota yang ada di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Pemasaran ke luar negeri meliputi negara Jepang, Taiwan, Korea, dan Uni Eropa. Pengembangan fasilitas pemasaran dilakukan dengan penyedian informasi harga melalui PIPP yang telah on line dengan semua pelabuhan perikanan melalui jaringan internet, media elektronik dan media cetak, penyelenggaraan pelelangan sesuai dengan ketentuan aturan, menghadirkan banyak pembeli ke PPN Palabuhanratu dengan cara promosi, temu mitra dengan pihak investor perikanan, perbankan dan investor-investor yang terkait dengan usaha pemasaran. Pengembangan sarana transportasi distribusi ikan berupa penyediaan mobil-mobil berpendingin sehingga wilayah distribusi ikan semakin jauh, mendorong pemerintah daerah membangun lapangan terbang yang saat ini sedang dilakukan studi sehingga berpeluang besar untuk menjangkau distribusi ikan keluar negeri, selain itu mendorong pemerintah daerah memperlebar jalan antara Pelabuhanratu- Cibadak, Pelabuhanratu-Cikidang dan Pelabuhanratu–Bayah Pandeglang sehingga mobil-mobil ukuran besar seperti kontainer dapat lebih leluasa mengangkut ikan dalam jumlah besar dari Pelabuhanratu. Mendukung upaya pemerintah provinsi untuk menyelesaikan jalan trans Jabar mulai dari Bandung, Cianjur, Palabuhanratu sehingga akan mendorong PPN Palabuhanratu sebagai pusat pertumbuhan growth center. 191 Pengangkutan hasil produksi merupakan penghubung mata rantai kegiatan perikanan yang sangat penting. Pengangkutan hasil produksi perikanan ikan segar maupun olahan dari pelabuhan ke kota-kota tujuan pemasaran dalam negeri, maupun ke negara-negara tujuan ekspor, merupakan komponen penting yang mempengaruhi harga penjualan. Kegiatan pengangkutan ini melibatkan sarana dan prasarana transportasi darat jalan, jembatan, truk, trailer, peti kemas, laut pelabuhan umum, kapal carrier dan udara pelabuhan udara, pesawat terbang. Pemerintah Daerah akan memperlebar jalan akses masuk ke Palabuhanratu, yakni jalan Palabuhanratu – Cikidang - Cibadak, jalan Palabuhanratu – Cikembang - Cibadak, jalan Palabuhanratu - jalan pelabuhan II- Sukabumi, jalan tembus ke daerah Pandeglang, jalan lingkar Selatan Jawa Barat. Menurut Gubernur Provinsi Jawa Barat pada saat kunjungan kerja Dirjen Perikanan Tangkap bulan Oktober tahun 2005, pemerintah provinsi sedang merencanakan pembuatan landasan pesawat terbang di Palabuhanratu untuk mendukung pariwisata dan perikanan tuna ekspor di Palabuhanratu. Jalan TOL dari Ciawi akan disambung sampai ke Sukabumi-Bandung. Semua sarana dan prasarana transportasi akan mempercepat kemajuan pembangunan di Selatan Jawa Barat khususnya Palabuhanratu sebagai pusat kota perikanan dan kelautan. Jaringan jalan dari Palabuhanratu ke Cibadak diperlebar, adanya rencana pembangunan jalan TOL dari Ciawi ke Sukabumi dan Cianjur akan mempercepat distribusi ikan ke daerah konsumen. Jalan tembus lingkar Selatan Jawa Barat mulai dari Palabuhanratu sampai Pangandaran sudah hampir selesai dibangun oleh pemerintah Propinsi Jawa Barat. Fasilitas bandara sedang dilakukan studi pembangunannya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Hasil perikanan yang didaratkan di dermaga I, dermaga II dan dermaga III, setelah dilelang, maka dijual dalam bentuk segar untuk konsumsi lokal, atau dijual ke pedagang pengolah ikan asin, ikan pindang, ikan asap maupun hasil fermentasi untuk selanjutnya hasil olahan dijual ke kota-kota terdekat dari Palabuhanratu, yakni Jakarta, Bandung, Sukabumi, Bogor dan Cianjur. Ikan yang akan dijual dalam keadaan segar, memerlukan penanganan yang baik selama pengangkutan agar tetap terjaga mutunya. Apabila jarak pengangkutan cukup jauh, maka ikan-ikan tersebut harus diangkut dalam keadaan tetap dingin dengan 192 cara disimpan dalam peti berinsulasi dan ditaburi es. Sementara untuk jarak yang relatif dekat, diangkut bersama-sama dengan keranjangnya dan ditaburi es curai. Ikan beku diekspor dengan kapal carrier, disimpan dalam keadaan beku di dalam palkah kapal carrier yang biasanya sudah dilengkapi dengan pendingin, atau dengan container yang memakai sistem pendingin. Sistem pendingin ikan dengan rantai dingin cold chain system merupakan alternatif terbaik dalam mempertahankan dan peningkatan mutu serta pengembangan ekspor hasil-hasil perikanan. Dengan meningkatnya jumlah produksi ikan, maka perlu diantisipasi perluasan pasar baik lokal, regional, nasional, maupun ekspor. Mengingat Palabuhanratu adalah lokasi sektor basis, maka sebagian produksinya seperti ikan tuna segar, ikan layur beku dan produk olahan seperti cumi-cumi olahan, abon ikan dan ikan kaleng akan diekspor ke pasar Korea, Jepang dan Cina bahkan sampai ke Amerika Serikat. Menurut Soepanto 2003, ikan tuna di Indonesia dipasarkan dalam bentuk ikan segar, ikan beku dan ikan kaleng. Selanjutnya dikatakan bahwa tuna segar bukan hanya untuk konsumsi domestik tetapi untuk pasar luar negeri yang menuntut kesegaran tinggi dengan target pasarnya adalah Jepang, Amerika Serikat dan Eropa. Sebagian produk lainnya seperti ikan pelagis besar tongkol, cakalang, cucut dll akan dijual ke pasar lokal baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk beku sebagai bahan produk ikan olahan seperti ikan pindang. Begitu juga untuk ikan-ikan demersal seperti ikan kakap, lobster, kuwe, sebelah dan ikan dasar lainnya merupakan pangsa pasar lokal baik untuk restoran maupun untuk rumah tangga dan pasar regional seperti Jakarta dan Bandung. Antisipasi ini dimaksudkan untuk penyerapan produksi hasil tangkapan, sehingga harga ikan yang maksimal dapat tercapai. Seperti yang telah dikatakan oleh Mappangara 2005, bahwa pelabuhan sebagai pintu strategis memegang peranan vital terhadap kelangsungan interaksi, barter produksi dan jasa. Pelabuhan sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi serta sebagai pintu gerbang perekonomian yang sangat tergantung dari pengaruh eksternal baik yang bersifat internasional maupun nasional. 193 PPS Palabuhanratu dalam operasionalnya sangat tergantung kepada kondisi kapal-kapal ikan yang berukuran 30-150 GT yang melakukan penangkapan ikan di fishing ground WPP 9 Samudera Hindia dan permintaan ikan dari daerah hinterland pelabuhan. Semakin baik pelayanan yang diberikan oleh PPS Palabuhanratu terhadap aktivitas perikanan maka semakin banyak permintaan ikan oleh konsumen, serta semakin jauh ikan didistribusikan ke daerah lain bahkan sampai diekspor, sehingga semakin maju pula operasional pelabuhan perikanan. Adapun gambaran rencana distribusi ikan dari PPS Palabuhanratu seperti pada Gambar 30. Semua ikan yang didaratkan melalui PPS Palabuhanratu, baik yang berasal dari laut maupun dari darat akan dipasarkan sebagian besar untuk pasaran ekspor dan sebagian kecil untuk pemasaran dalam negeri. Kebutuhan ikan untuk ekspor akan semakin meningkat dengan adanya perluasan pasar misalnya ke pasar Uni Eropa untuk komoditi ekspor tuna. Pemasaran ekspor dari PPN Palabuhanratu ditujukan untuk ikan-ikan jenis tuna segar, tuna beku dan ikan beku lainnya serta ikan segar atau untuk keperluan hotel. Sebelum ikan-ikan tersebut diekspor, khusus untuk tuna segar, dilakukan intial proses yakni ikan tuna mengalami pembersihan kemudian dilakukan pengepakan dan langsung dibawa ke bandara untuk tujuan ekspor. Ikan tuna beku, layur beku dilakukan ekspor melalui kapal cargo yang telah ada di PPS Palabuhanratu. Begitu juga untuk jenis crustacea seperti udang, lobster, kepiting, rajungan, cumi-cumi, ubur-ubur, kerang-kerangan dilakukan proses pembersihan sebelum dibekukan di cold storage dengan suhu -30 o C, kemudian produk tersebut diangkut ke kapal untuk diekspor. Khusus untuk jenis ikan olahan seperti pindang, ikan asin, abon, kerupuk, terasi langsung dijual di pasar dalam negeri. Di wilayah PPN Palabuhanratu dan daerah sekitarnya, teknik pengolahan ikan masih didominasi oleh teknik pengolahan tradisional seperti pemindangan, pengasinan, pembuatan terasi, pembuatan kerupuk kulit ikan. Ada pula pengolah yang membuat bakso ikan, kaki naga fish nugget dan abon ikan. Ikan-ikan segar yang dikumpulkan oleh pengusaha cold storage dilakukan processing-nya kemudian diekspor ke negara lain. Akibat dari kondisi teknik pengolahan masih didominasi oleh teknik pengolahan tradisional, maka luas hinterland terbatas di 194 dalam negeri, dalam hal ini didistribusikan ke Jakarta, Bandung, Cianjur, Sukabumi. Hinterland ikan segar seperti tuna dan layur dapat lebih jauh karena diekspor ke Jepang dan Korea dengan menggunakan pesawat terbang. Sarana transportasi untuk distribusi ikan dari PPN Palabuhanratu, terbatas pada kendaraan jenis pick up Mitsubishi L 300 khususnya untuk pengangkutan Gambar 30 Diagram alir rencana distribusi ikan dan hasil tangkapan lainnya di PPS Palabuhanratu. Ikan segar yang didaratkan dari kapal Ikan segar budidaya Crustacea : udang. Lobster, kepiting, rajungan Moluska Cumi2, ubur2, kekerangan Tuna beku Pabrik pembekuan dan cold storage Ikan segar untuk eksport hotel Proses penbekuan Pembekuan Wholesale market Retail Proses Proses Pengemasan P a s a r d a l a m n e g e r i E k s p o r Tuna segar Ikan beku Transhipment Proses Cold storage - 5 C Cold storage - 30 C Bandara Pelabuhan laut Intial process 195 ikan cakalang atau tuna kualitas sedang yang dijual ke Jakarta. Pengangkutan ikan cakalang dan tuna kualitas sedang ke Jakarta, dilakukan dengan menambahkan es curah. Lama perjalanan adalah sekitar 4-5 jam. Kendaraan pick up sewaan banyak tersedia di depan PPN Palabuhanratu. Ikan segar tuna untuk ekspor setelah diturunkan dari kapal-kapal longline, kemudian diangkut ke Jakarta menggunakan truk berpendingin. Jenis kendaraan ini cukup tersedia di Palabuhanratu, biasanya kendaraan ini disewa oleh pemilik kapal longline. Permasalahan yang dihadapi oleh sarana transportasi semacam ini adalah kondisi jalan yang sempit dan berliku-liku serta naik turun melintasi pegunungan. Ikan-ikan pindang diangkut ke Sukabumi, Bandung, Bogor, Cianjur dan Jakarta dengan menggunakan kendaraan pick up. Jarak tempuh ke daerah konsumen sekitar 2-4 jam. Ikan segar ekspor seperti tuna diangkut ke Jakarta menggunakan kendaraan mobil box yang memiliki cool room. Mobil angkutan ini memilih berangkat ke Jakarta pada malam hari untuk menghindari macet. Selanjutnya ikan tuna segar langsung di pack dan diekspor ke Jepang via pesawat terbang. Khusus layur yang telah terkumpul di cold storage dan telah di pack, dikirim ke Jakarta kemudian diekspor ke negara Korea melalui kapal laut. Konsentrasi konsumen berada di Jakarta, Bandung, Sukabumi dan Cianjur. Jumlah penduduk yang memanfaatkan ikan kiriman dari Palabuhanratu cukup banyak dan selalu meningkat, sebagai contoh bahwa ikan segar pada tahun 2005 tercatat sebesar 3.397.443 kg atau 52 dari total produksi Tabel 16. Kualitas ikan yang diinginkan oleh masyarakat konsumen semakin meningkat sehingga pihak PPN Palabuhanratu telah mempersiapkan laboratorium bina mutu yang digunakan sebagai sarana pemeriksaan kualitas ikan sebelum keluar dari PPN Palabuhanratu. Selanjutnya Monintja 2002, menjelaskan bahwa pengembangan perikanan tangkap berbudaya industri dengan penerapan sistem akuabisnis dapat meningkatkan kinerja perikanan tangkap yang ada dan pendapatan yang kompetitif. Sistem akuabisnis terdiri dari beberapa subsistem yakni sarana produksi, usaha penangkapan proses produksi, prasarana pelabuhan, unit pengolahan, unit pemasaran dan unit pembinaan masyarakat. Pengembangan industri perikanan sangat tergantung kepada hubungan yang baik antar sub sistem 196 didalam sistem akuabisnis termasuk peranan pelabuhan perikanan sebagai prasarana penunjang untuk kegiatan proses produksi unit pengolahan, unit pemasaran dan pembinaan masyarakat perikanan. Kondisi di PPN Palabuhanratu menunjukkan bahwa sistem akuabisnis telah terjadi hubungan antar subsistem. Namun tingkat hubungannya belum optimal, sebagai contoh bahwa PPN Palabuhanratu telah berfungsi untuk menunjang aktivitas perikanan baik untuk mengakomodir kebutuhan kapal untuk beroperasi di laut, penanganan mutu hasil perikanan maupun proses pemasaran ke daerah hinterland. Permasalahan yang muncul adalah masih sedikitnya investasi di bidang industri perikanan yang disebabkan oleh terbatasnya produksi ikan yang didaratkan sebagai bahan baku dan tidak tersedianya areal industri perikanan di PPN Palabuhanratu, sehingga kedepan perlu pengembangan PPN Palabuhanratu ke arah PPS Palabuhanratu dengan penyediaan areal industri yang cukup. Bidang investasi yang dapat dilakukan pada PPS Palabuhanratu sebagai akibat penyedian kawasan industri yang diperkirakan seluas 500 ha adalah pabrik bahan jaring, pabrik alat tangkap, galangan kapal, program latihan, pabrik instrumen perikanan, kapal perikanan, tenaga kerja, alat bantu penangkapan, fish carrier, pabrik es, cold storage, canning factory, fish meal plan, fish oil factory, aktivitas pengolahan pemindangan, pengasapan, pengasinan, pemasaran, transportasi, perhotelan dan wisata bahari. Bidang investasi tersebut akan ada di PPS Palabuhanratu apabila rencana PPS Palabuhanratu terlaksana sesuai dengan master plan nya pola pengembangannya dengan memperhatikan pro-business environment. Menurut Monintja 2002, bahwa pro-business environment terdiri dari adanya konsistensi atau kepastian hukum bisnis, jaminan keamanan, tersedianya infrastruktur, tersedianya sumberdaya manusia dan adanya perpajakan atau retribusi yang cukup rasional. Adanya kepastian hukum dimaksudkan untuk menjamin terselenggaranya bisnis yang tertib, aman dan berkelanjutan, sehingga diharapkan pemerintah untuk menciptakan hukum yang berpihak kepada pengusaha dan masyarakat. Begitu pula untuk jaminan keamanan sangat perlu tercipta guna menjaga proses industri dalam menjalankan misinya sehingga memperoleh keuntungan usaha. Perpajakan atau retribusi yang dibebankan kepada pengusaha harus cukup rasional dan dihindari biaya ekonomi tinggi, sebagai 197 contoh saat ini terjadi pungutan ganda untuk hasil perikanan mulai dari pengurusan surat ijin usaha perikanan, surat ijin penangkapan ikan, retribusi lelang dan retribusi angkutan jalan untuk setiap kabupaten yang dilintasi selama pendistribusian hasil tangkapan.

6.2 Hubungan Alternatif Prioritas Terhadap Fungsi Pelabuhan dan Solusinya