6 PEMBAHASAN
6.1 Antisipasi Pengembangan PPN Palabuhanratu
PPN Palabuhanratu yang akan dikembangkan berdasarkan konsep triptyque
portuaire perlu diantisipasi agar berfungsi optimal terutama setelah tercapainya kapasitas pelabuhan untuk type B nusantara dan selanjutnya berkembang kearah
type A samudera. Pengembangan PPN Palabuhanratu ke arah type A ini telah diwacanakan dalam beberapa pertemuan antara Dirjen Perikanan Tangkap dengan
Gubernur Jawa Barat pada bulan Oktober tahun 2005. Wacana-wacana tersebut telah didukung oleh pemerintah daerah untuk membangun
airport di Palabuhanratu guna memperlancar distribusi produk perikanan, akan
memperlebar jalan dari Palabuhanratu ke Cibadak sehingga mobil-mobil yang berkapasitas besar seperti mobil truk berkontainer dapat dengan mudah melalui
jalan tersebut untuk mendistribusikan produk perikanan, selain itu sedang dilakukan penyelesaian jalan lingkar pantai selatan yang menghubungkan
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis. Pemerintah pusat akan mengusahakan dana
pembangunan fisiknya. Dalam hal ini penulis mencoba menguraikan berbagai antisipasi yang dilakukan apabila hal tersebut benar-benar akan dilaksanakan
adanya kemungkinan status PPN Palabuhanratu menjadi PPS Palabuhanratu sehingga aspek-aspek operasional, penyediaan fasilitas, manajemen, pembinaan
mutu, pemasaran dan distribusi ikan serta industri perikanan maupun peranan pemerintah dalam mendukung pengembangan PPN Palabuhanratu serta perlunya
keterkaitan antara pengaturan internasional yang berkaitan dengan pelabuhan perikanan. Adapun pola kegiatan operasional PPS Palabuhanratu, baik untuk
kegiatan operasional di laut, maupun kegiatan operasional di pelabuhan perikanan dan distribusi ikan Gambar 28 adalah sebagai berikut:
6.1.1 Pemanfaatan sumberdaya ikan dan fishing ground foreland
Berdasarkan potensi MSY di WPP 9 Samudera Hindia, maka hasil perhitungan target produksi ikan untuk pengembangan PPN Palabuhanratu adalah
19.000 tontahun atau 52 tonhari, sehingga masih dibawah target minimum kelas
176 PPS yaitu sebesar 60 tonhari. Target produksi ikan sebesar 52 tonhari tersebut
apabila diasumsikan bahwa pelabuhan perikananpangkalan pendaratan ikan yang ada di WPP 9 Samudera Hindia semuanya berfungsi. Menurut Lubis 2002,
bahwa 40 PPI tidak berfungsi, maka apabila hal tersebut diberlakukan, target produksi ikan adalah sebesar 35.476 tontahun atau 97 tonhari yang melebihi
target minimum produksi ikan PPS Tabel 45. Fishing ground dari kapal-kapal
yang berukuran 30 GT – 150 GT akan mencapai perairan Samudera Hindia baik yang ada di Perairan Sebelah Barat Sumatera, Perairan Selatan Jawa, Perairan
Selatan Bali dan Nusa Tenggara yang jaraknya lebih besar dari 12 mil atau mencapai ZEEI.
Kegiatan penangkapan ikan di laut yang dilakukan oleh kapal-kapal ukuran 10 GT adalah untuk daerah penangkapan ikan di sepanjang pantai sampai
dengan jarak 3 mil dari pantai. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring payang, pancing ulur,
gillnet, jaring dogol, bagan apung. Jenis-jenis ikan yang tertangkap kebanyakan ikan-ikan dasar seperti udang, tongkol kuwe, lobster, bambangan,
kakap hitam. Jenis-jenis ikan pelagis yang tertangkap seperti cakalang, pepetek, teri. Kelompok kedua adalah kegiatan kapal-kapal ukuran 10–30 GT yang
melakukan penangkapan ikan di wilayah 3 mil sampai 12 mil dari pantai. Alat tangkap yang digunakan umumnya adalah
gillnet dan pancing ulur. Pada wilayah ini sudah terpasang beberapa buah rumpon. Rumpon laut dalam ini sangat
menguntungkan karena cepat mendatangkan gerombolan ikan sehingga mempermudah nelayan menangkapnya. Jenis-jenis ikan yang tertangkap adalah
tuna, cakalang, layur, layaran, cucut, pari dan ikan pelagis besar lainnya. Kelompok ketiga adalah kapal-kapal berukuran 30–150 GT. Dengan
bertambahnya kapal berukuran besar, maka kapal-kapal tersebut yang akan beroperasi melakukan penangkapan ikan sampai ke laut lepas internasional di
Samudera Hindia WPP 9. Jenis-jenis ikan utama yang menjadi tujuan penangkapan adalah jenis tuna. Dalam kegiatan penangkapan ikan ini mencakup
pula kegiatan penanganan ikan di atas kapal berupa pembersihan cleaning,
pengawetan dengan pendinginan pembekuan menggunakan es icingfreezing
atau penggaraman salting dan penyimpanan dalam fish hold storage. Semua
177 kebutuhan kapal untuk melakukan operasi penangkapan ikan tersebut akan dapat
difasilitasi oleh PPS Palabuhanratu. Penanganan ikan yang baik adalah dengan menjaga agar ikan tetap segar
setelah ditangkap. Ikan-ikan hasil tangkapan tersebut dibersihkan dari kotoran isi perut dan insangnya. Ikan-ikan tersebut disimpan dalam palkah
fish hold dan diawetkan dengan es. Sebagian kapal yang memiliki mesin pendinginpembeku
akan menyimpan dalam ruangan pendingin. Dengan demikian ikan-ikan tersebut tetap dingin dan segar selama perjalanan di laut. Sehubungan dengan hal itu,
maka kapal-kapal penangkapan ikan yang berlayar harus dibekali dengan es yang cukup untuk menjaga mutu ikan selama operasi penangkapan. Semua es yang
diperlukan agar difasilitasi oleh pelabuhan untuk memperolehnya. Berdasarkan pengkajian status pemanfaatan sumberdaya ikan di WPP 9
Samudera Hindia, ternyata bahwa sumberdaya jenis ikan pelagis besar masih besar potensi untuk dimanfaatkan terutama untuk ikan tuna. Jenis ikan tuna yang
bersifat high migration melintasi antar perairan negara saat ini telah diatur
pemanfaatannya oleh organisasi internasional seperti Indian Ocean Tuna
Comission IOTC, Convention for the Conservation of South Bluefin Tuna CCSBT dan WCPFC Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003. Saat ini
Indonesia belum menjadi anggota organisasi internasional yang mengatur tuna tersebut sehingga Indonesia tidak diperhitungkan didalam pengaturan
pemanfaatan tuna yang menyebabkan kepentingan Indonesia untuk memanfaatkan tuna terbatas bahkan akan ada embargo terhadap ekspor tuna ke luar negeri.
Kondisi ini akan berdampak kepada pemanfaatan tuna oleh nelayan Palabuhanratu sehingga pemerintah diharapkan berperan dalam organisasi perikanan regional
dan peningkatan intensitas loby perdagangan internasional. Pelaksanaan
monitoring terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan oleh PPN Palabuhanratu selama ini telah dilakukan dengan baik dalam arti bahwa kegiatan pengumpulan
data dilakukan oleh petugas yang terlatih dan diatur pelaksanaannya selama 24 jam. Hasil pelaksanaan pendataan statistik perikanan dilaporkan kepada Direktorat
Sumberdaya Hayati Ditjen. Perikanan Tangkap di Jakarta.
178 Tabel 45 Perhitungan target alokasi pemanfaatan SDI PPS Palabuhanratu
Tipe pelabuhan PPS
PPN PPP
PPI Kapasitas minimum
tonhari 60 30
10 5
Jumlah PPPPI unit 3
3 3
83 Kapasitas minimum masing-masing tipe pelabuhan
perikanan berdasarkan kelompok SDI tontahun PPS
PPN PPP
PPI Jumlah
Sumberdaya Ikan
Potensi lestari
ton Estimasi JTB
80 potensi ton
180 x 365 = 65.700
90 x 365 = 32.850
30 x 365 =10.950
1035 x 365 = 151.475
260.975 Alokasi
pemanfaatan SDI untuk PPN
Palabuhanratu Ton
Pelagis besar 366.260
293.008 73.764
38.882 12.294
170.068 293.008
12.294 Pelagis kecil
526.570 421.256
106.050 53.025
17.675 244.505
421.256 17.675
Demersal 135.130 108.104 27.215
13.607 4.536
62.746 108.104
4.536 Ikan karang
12.880 10.304
2.594 1.297
432 5.981
10.304 432
Udang paneid 10.700
8.560 2.155
1.077 359
4.968 8.560
359 Lobster 1.600
1.280 322
161 54
743 1.280
54 Cumi-cumi 3.750 3.000
755 378
126 1.741
3.000 126
Jumlah 1.056.890 845.512 212.856
106.428 35.476
490.752 845.512
35.476
Produksi ikan yang didaratkan di dermaga PPN Palabuhanratu periode tahun 1993-2005 ton = 43.969 ton Rata-ratatahun = 3.382 ton
Peluang pengembangan penangkapan PPN Palabuhanratu ton = 35.476 - 3.382 = 32.094 ton
178
179
Aktivitas di laut Aktivitas di darat
Pembersihan Pendinginan
Penyimpanan Penangkapan Di Laut
Bongkar Angkut
Sortir Tabur Es
Pemasaran Antar Pulau
Transportasi Darat
Tabur Es Pemasaran
Lokal Suplai Air
Suplai BBM Suplai Makanan
Pelayanan
Kapal Mesin
Alat
Perbaikan
Pembersihan Istirahat
Tambat Istirahat Pendaratan
Lelang Angkut
Pembersihan Pelelangan
Pember sihan
Packing Freezer
Pembersihan Sortir
Packing Cold Storage
Penyortiran Pengepakan
Angkut Pember
sihan
Packing Tabur Es
Pengolahan Pengeringan
Penggara man
Pengalengan
Filleting Tepung Ikan
Krupuk Ikan Minyak
dll
Gambar 28 Rencana kegiatan operasional di darat dan di laut PPS Palabuhanratu. 179
180 Dalam hal pengawasan, telah dibentuk satuan pengawas perikanan yang
sehari-harinya bertugas sebagai pengawas dan mengeluarkan surat laik operasional SLO untuk setiap kapal yang melakukan operasi penangkapan ikan.
Selain itu pula dibentuk penyidik pegawai negeri sipil PPNS PPN Palabuhanratu yang juga sekaligus sebagai satuan pengawas perikanan untuk melakukan
tindakan hukum terhadap pelanggaran perikanan yang dilakukan oleh masyarakat perikanan. Dengan adanya pengawas perikanan ini maka pemanfaatan
sumberdaya akan lebih terkendali. PPN Palabuhanratu berada di WPP 9 Samudera Hindia, sehingga dalam
operasionalnya harus menghadapi persaingan dengan pelabuhan-pelabuhan perikanan yang ada di WPP 9 Samudera Hindia. Dari 216 unit pelabuhan
perikanan yang ada di WPP 9 hanya ada 11 unit pelabuhan perikanan yang dapat mengakomodasi kapal-kapal perikanan berukuran 30 GT. Berdasarkan data
yang tersedia dari 6 unit pelabuhan perikanan yang terdapat di WPP 9 yakni PPS Jakarta, PPN Palabuhanratu, PPS Bungus, PPS Cilacap, PPN Prigi dan PPN
Sibolga, maka bentuk persaingan yang dibandingkan adalah fasilitas pelabuhan, jenis pendisikan SDM, jenis ikan, jenis alat penangkapan ikan dan jenis kapal
pelabuhan perikanan.
Dari hasil
perhitungan menurut
metode skalogram terhadap persaingan 6
unit pelabuhan perikanan, ternyata bahwa: a Dari segi jumlah jenis fasilitas, kelangkaan fasilitas dan bobot fasilitas, maka
PPS Jakarta memiliki nilai indeks hierarki pelabuhan perikanan I
i
lebih besar dibandingkan dengan 5 unit pelabuhan perikanan lainnya. Hal tersebut
disebabkan oleh besarnya peranan PPS Jakarta dalam menjalankan fungsinya sehingga memiliki fasilitas yang relatif lengkap. Menurut Rustiadi
et al. 2005 bahwa semakin besar nilai indeks hierarki maka semakin besar pula
peranannya sebagai pusat pengembangan wilayah dalam hal ini berkaitan dengan pengembangan ekonomi perikanan. Sehingga PPS Jakarta dapat
dikatakan sebagai inti dalam wilayah nodal yang diasumsikan sebagai pusat kegiatan industri perikanan, pusat pasar serta pusat inovasi yang berkaitan
dengan aktivitas perikanan. Sedangkan 5 unit pelabuhan perikanan lainnya dapat sebagai plasma atau
hinterland yang memasok bahan mentah ke PPS
181 Jakarta. Kondisi ini tergambar bahwa PPN Palabuhanratu pada tahun 2005
memasok ikan segar ke PPS Jakarta sebanyak 2.780.734 kg berupa ikan tuna. Berkaitan dengan pengembangan PPN Palabuhanratu, maka pengembangan
fasilitas fisik diarahkan untuk meningkatkan kapasitas fasilitas terutama perluasan kolam, perluasan dermaga dan perluasan areal.
b Dari segi sumberdaya manusia pengelola pelabuhan bahwa PPN Palabuhanratu memiliki keunggulan baik dari jumlah jenis pendidikan SDM,
bobot kelangkaan SDM, dan bobot SDM. Keunggulan PPN Palabuhanratu ini disebabkan oleh semakin membaiknya pembinaan yang dilakukan oleh
manajemen pelabuhan terutama adanya kemudahan yang diberikan dalam mengembangkan kualitas pendidikan sehingga saat ini sudah tersedia 3 orang
berpendidikan S2, 8 orang berpendidikan S1, 4 orang berpendidikan DIV, 2 orang berpendidikan D3, dan sisannya SLTA, SLTP dan SD. Kemudian saat
ini sedang diberi kesempatan sebanyak 11 orang berpendidikan SLTA mengikuti jenjang S1. Dengan demikian dilihat dari segi SDM, maka PPN
Palabuhanratu sudah menyiapkan diri untuk menjadi PPS Palabuhanratu. Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara 1998 bahwa semua
pegawai harus bersifat proaktif meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Hal ini berarti pelayanan yang diberikan oleh
pegawai harus memberikan nilai tambah berupa pemberdayaan masyarakat, mengayomi masyarakat dan meningkatkan produktivitas masyarakat.
c Dari segi jenis ikan yang didaratkan ternyata bahwa PPS Cilacap memiliki jumlah jenis ikan, bobot kelangkaan jenis ikan dan bobot jenis ikan lebih
besar dibandingkan dengan 5 pelabuhan perikanan lainnya karena PPS Cilacap terletak dekat dengan daerah penangkapan ikan di perairan Segara
Anakan, Teluk Pangandaran dan Samudera Hindia yang merupakan tempat berbagai jenis ikan. Selain itu PPS Cilacap terletak diantara beberapa tempat
pendaratan seperti PPI Pangandaran, PPI Sadeng dan merupakan tempat pendaratan alternatif untuk kapal-kapal yang melakukan operasi penangkapan
di Laut Jawa Bagian Selatan. Pengembangan PPN Palabuhanratu diarahkan untuk memperbanyak jumlah jenis ikan yang didaratkan yang berasal dari
kapal-kapal yang melakukan operasi penangkapan di Samudera Hindia.
182 Selain itu diupayakan untuk bekerjasama dengan Balai Besar Penangkapan
Ikan Semarang dan perguruan tinggi untuk mengintrodusir jenis alat penangkapan ikan yang baru seperti alat penangkapan untuk ikan laut dalam
dan penggunaan alat bantu penangkapan ikan yakni rumpon. d Jenis alat penangkapan ikan yang paling banyak terdapat di PPN
Palabuhanratu sebanyak 11 jenis, kemudian bobot kelangkaannya paling besar, dan bobot jenis alat tangkap memiliki nilai paling besar. Hal tersebut
terkait dengan pelayanan yang diberikan oleh PPN Palabuhanratu terhadap semua jenis tipe kapal sehingga hasil tangkapan yang didaratkan bervariasi.
Arah pengembangan PPN Palabuhanratu untuk jenis alat penangkapan ikan terutama pengembangan alat bantu penangkapan ikan berupa rumpon,
pemanfaatan purse seine dan pengenalan alat penangkapan ikan yang lebih
modern. e Berdasarkan jenis kapal ikan ternyata bahwa PPS Jakarta dan PPN
Palabuhanratu memiliki nilai yang paling besar, namun dari segi indeks bobot kelangkaan, maka PPS Jakarta lebih unggul dibandingkan dengan PPN
Palabuhanratu. Berdasarkan bobot jenis kapal ternyata bahwa PPS Jakarta dan PPN Palabuhanratu memiliki angka yang sama untuk jumlah jenis kapal.
Perbedaannya adalah bahwa PPN Palabuhanratu banyak melayani kapal- kapal ukuran kecil.
Berdasarkan data teknis dan operasional untuk masing-masing pelabuhan, maka PPS Bungus memiliki kedalaman kolam pelabuhan sampai dengan
8 m sehingga dapat didarati oleh kapal 30 GT. Pada tahun 2005 menurut Ditjen Perikanan Tangkap 2005 tercatat kapal ukuran 30 GT jumlahnya
sekitar 10-15 unit kapal yang mendarat di pelabuhan ini. Prospek pemanfaatan PPS Bungus cukup bagus mengingat Bandara Internasional
Minangkabau sudah dapat berfungsi untuk melayani kargo ikan, namun tetap saja ikan ekspor tersebut diangkut ke Jakarta. PPS Cilacap hanya memiliki
kedalaman kolam 3 m, sehingga kapal-kapal berukuran 30 GT sulit masuk ke kolam, dan aksesibilitas dari PPS Cilacap ke Jakarta cukup jauh
dibandingkan dengan posisi PPN Palabuhanratu. Selanjutnya untuk PPS
183 Jakarta memiliki tempat yang strategis karena berada di ibu kota negara,
kondisi kolamnya cukup dalam sampai dengan 6 m sehingga dapat menampung kapal ukuran 30 GT, industri perikanan sudah tumbuh, saat ini
menjadi pusat pertumbuhan perikanan di DKI Jakarta karena PPS Jakarta menampung sebagian produksi ikan yang datang dari berbagai daerah di
Pulau Jawa termasuk dari Palabuhanratu dan dekat dengan Bandara Internasional Sukarno-Hatta. Pelabuhan umum Benoa memiliki keunggulan
dekat dengan Bandara Internasional Ngurah Rai Bali sehingga kegiatan ekspor ikan segar cukup mudah. PPN Sibolga kondisi teknis kolam dan
dermaga hanya dapat menampung kapal 30 GT, selain itu banyak kapal melakukan pendaratan di masing-masing Tangkahan sehingga PPN Sibolga
kurang berfungsi. Kemudian aksesibilitas dari PPN Sibolga ke kota Medan relatif jauh berjarak 384 km dengan kondisi jalan yang berliku-liku dan
sempit. Pelabuhan Perikanan Sabang adalah basis bagi kapal-kapal yang melakukan operasi penangkapan di Perairan Aceh dan Samudera Hindia.
Kondisi teknis kolam dan dermaga dapat menampung kapal berukuran 30 GT. Aksesibilitas menuju Banda Aceh harus ditempuh melalui jalan laut.
Adanya persaingan pelabuhan, mendorong PPN Palabuhanratu untuk memberikan hal-hal yang menarik bagi kapal-kapal untuk datang ke PPN
Palabuhanratu mulai dari penyediaan fasilitas vital seperti kondisi dermaga dan kolam yang memenuhi syarat sehingga kapal-kapal cukup terlindung, hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Ayodhyoa 1975, bahwa pelabuhan perikanan adalah suatu tempat di wilayah perairan yang terlindung bagi kapal-kapal untuk
melakukan bongkar muat maupun berlabuh. Selanjutnya PPN Palabuhanratu telah memfasilitasi perusahaan untuk menyiapkan BBM, air bersih dan es yang
merupakan keperluan pokok kapal-kapal, sehingga dengan penyediaan fasilitas tersebut menyebabkan kapal-kapal dari luar akan tertarik untuk mendarat di PPN
Palabuhanratu. Saat ini terlihat bahwa banyak kapal-kapal dari Cilacap, Benoa dan Jakarta mendarat di PPN Palabuhanratu. Sejak tahun 2002 sampai tahun 2005
ada sebanyak 139 unit kapal berukuran 30–150 GT mendarat di PPN Palabuhanratu atau 11,2 dari total kapal ukuran 30-100 GT sebanyak 1.240 unit
yang memanfaatkan WPP 9 Samudera Hindia.
184
6.1.2 Fasilitas dan operasional PPS Palabuhanratu