109 5 TNI Angkatan Laut
TNI AL mempunyai wewenang menjaga pertahanan dan keamanan laut termasuk melakukan upaya hukum terhadap pelanggaran perikanan di laut.
4 Sumberdaya manusia
Jumlah pegawai PPN Palabuhanratu saat ini sebanyak 69 orang yang terdiri dari 57 orang PNS dan 12 orang pegawai honorer. Secara terperinci komposisi
pegawai PPN Palabuhanratu disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Komposisi pegawai PPN Palabuhanratu berdasarkan pendidikan
Satuan : orang PENDIDIKAN
Unit kerja
S2 S1 D4 D3 SLTA SLTP SD TSD
Jumlah Kepala pelabuhan
1 -
- -
- -
- -
1 Subbag. Tata Usaha
1 1
- -
7 1
1 -
11 Seksi Tata Pelayanan
- 4
1 2
12 -
- -
19 Seksi Tata Pengusahaan
1 1
2 -
19 -
3 -
26 Honorer -
- 1
- 2
1 1
7 12
Jumlah 3 6
4 2
40 2
5 7
69
Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2005 Keterangan : TSD = Tidak Tamat SD
5 Standard operational procedure SOP
Beberapa SOP yang telah dipersiapkan oleh PPN Palabuhanratu antara lain adalah: operasional pelelangan ikan, operasional bengkel, operasional alat berat,
operasional tambat labuh, operasional K3 kebersihan, keindahan dan ketertiban, operasional sewa tanah, gedung bangunan, operasional instalasi air bersih,
instalasi BBM, aliran dari barang flow of goods, aliran orang flow of person dan tata tertib lainnya seperti keluar masuk kapal.
5.3 Arah Pengembangan PPN Palabuhanratu
5.3.1 Potensi sumberdaya ikan dan daerah penangkapan kapal-kapal dari Palabuhanratu
1 Sumberdaya ikan
Menurut Pusat Riset Perikanan Tangkap dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi 2005, bahwa kelompok ikan pelagis besar di
perairan Samudera Hindia WPP 9 masih besar peluang untuk dimanfaatkan,
110 karena baru dimanfaatkan sebesar 188.280 ton atau 51,41 dari potensi sebesar
366.260 tontahun. Begitu juga untuk kelompok ikan pelagis kecil baru dimanfaatkan sebesar 264.560 ton atau 50,44 dari potensi sebesar 526.570
tontahun. Jenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan didaratkan di PPN Palabuhanratu adalah tuna, cakalang, tenggiri, layaran, tongkol, jangilus, namun
jenis ikan yang merupakan komoditas ekspor adalah ikan tuna dan cakalang, serta ikan layur yaitu jenis ikan demersal.
Dalam kaitan pengembangan PPN Palabuhanratu, maka pemanfaatan sumberdaya ikan diarahkan untuk memanfaatkan kelompok SDI pelagis besar,
pelagis kecil dan demersal. Pendaratan ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2005 tercatat sebanyak 67
terdiri dari jenis ikan pelagis besar, 8 jenis ikan pelagis kecil, 21 jenis ikan demersal dan 4 jenis ikan lainnya dari produksi sebesar 6.601 ton. Sehingga
arah ke depan dalam pemanfaatan SDI untuk jenis-jenis ikan, sama dengan kondisi saat ini, yakni lebih mengutamakan untuk memanfaatkan jenis ikan
pelagis besar. Jenis-jenis ikan utama yang akan dimanfaatkan adalah tuna albacora, tuna big eye, tuna yellowfin, cakalang, tongkol, layur.
Unit penangkapan ikan yang prospek untuk dikembangkan adalah unit penangkapan ikan tuna longline, hal ini sesuai dengan hasil kajian PPN
Palabuhanratu 2006 bahwa longline adalah unit alat penangkapan ikan yang paling produktif. Unit penangkapan ikan tuna longline sejak tahun 2003 telah
dimulai penggunaannya di PPN Palabuhanratu bersamaan dengan adanya kolam II yang dapat mengakomodir kapal-kapal tuna longline berukuran 30-150 GT.
Adapun produksi ikan tuna hasil tangkapan longline dan frekuensi kapal tuna longline yang mendaratkan ikan tuna periode tahun 2003 – 2006 seperti Tabel 24.
Berdasarkan Tabel 24, bahwa dalam kurun waktu tahun 2003-2005, jumlah produksi tuna tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 1.472.457 kg dan produksi
terendah terjadi pada tahun 2003 yang disebabkan oleh pertama kalinya kapal tuna longline mendarat di PPN Palabuhanratu. Ikan tuna yang paling banyak
didaratkan di PPN Palabuhanratu berdasarkan jenis pada tahun 2006 adalah tuna yellow fin. Menurut Fuji Kizae 1960 yang diacu oleh Nurani et al. 2007 bahwa
111 fishing ground tuna untuk bigeye, yellowfin, albacore, swordfish, dan sedikit jenis
sailfish dan southern bluefin berada di Samudera Hindia. Tabel 24 Produksi, frekuensi kapal dan CPUE unit penangkapan tuna longline di
PPN Palabuhanratu periode tahun 2003-2006 Tahun
Frekuensi kapal tuna longline yang mendaratkan ikan kali
Produksi kg CPUE
2003 164 449.378
2.740,11 2004 281
710.131 2.527,16
2005 579 1.472.457
2.543,10 2006 223
1.244.068 5.578,78
Rata-rata 311.75 969.008,5 3.347,29
Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.
Adapun perkembangan upaya penangkapan CPUE tuna longliner seperti pada Gambar 12. Berdasarkan Gambar 12 terlihat bahwa sejak tahun 2003 sampai
dengan 2006, secara umum grafik CPUE menunjukkan kenaikan, walaupun pada tahun 2004 terjadi penurunan yang disebabkan oleh berkurangnya musim ikan
tuna di Samudera Hindia. Kenaikan CPUE terbesar terjadi pada tahun 2006 disebabkan oleh musim ikan tuna di Samudera Hindia.
5578.78
2543.10 2527.16
2740.11
1000 2000
3000 4000
5000 6000
2003 2004
2005 2006
Tahun N
ila i C
P U
E
Gambar 12 CPUE unit tuna longline di PPN Palabuhanratu periode tahun 2003-2006.
112 Adanya kenaikan nilai CPUE untuk unit tuna longline mengindikasikan
bahwa unit alat tangkap tuna longline masih berpeluang untuk dikembangkan guna mendukung arah pengembangan PPN Palabuhanratu.
2 Daerah penangkapan ikan nelayan Palabuhanratu
Kapal-kapal nelayan dari Palabuhanratu menangkap ikan di WPP 9 Samudera Hindia, namun demikian tidak semua WPP 9 dijadikan daerah
penangkapan ikan karena perairan WPP 9 sangat luas yang membentang dari perairan laut di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam NAD sampai ke perairan
laut Nusa Tenggara Timur. Jauhnya daerah penangkapan ikan yang ditempuh tergantung antara lain pada ukuran kapal dan kapasitas mesin kapal yang dimiliki
nelayan Tabel 25. Daerah penangkapan ikan untuk kapal perahu motor tempel 5 GT yang
menggunakan jenis alat tangkap payang, pancing ulur, rampus, jaring klitik dan trammel net, berada di Teluk Palabuhanratu jalur penangkapan ikan I sepanjang
0-3 mil laut yang jarak operasinya sekitar 2 jam. Kapal-kapal ini dalam operasi umumnya tidak membawa es karena lamanya operasi penangkapan hanya satu
hari one day fishing. Hasil tangkapan ikan ditempatkan di dalam box styrofoam. Jenis-jenis ikan yang tertangkap khususnya oleh kapal yang menggunakan alat
tangkap payang adalah ikan cakalang, pepetek dan ikan pelagis kecil lainnya. Pancing ulur biasanya bergabung dengan alat tangkap jaring. Jenis ikan yang
tertangkap lebih dominan adalah ikan layur. Kapal dengan alat tangkap trammel net memiliki daerah penangkapan di muara sungai untuk menangkap udang.
Daerah penangkapan ikan untuk kapal motor 10 GT yang menggunakan jaring purse seine, bagan, gillnet, pancing ulur dan rawai memiliki daerah
penangkapan di Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng, Cidaun dan Ujung Kulon yang berjarak sekitar 2-4 jam jalur penangkapan ikan I sepanjang 3-6 mil laut
dan jalur penangkapan ikan II, sepanjang 6 mil laut. Jenis-jenis ikan yang tertangkap, khusus untuk purse seine adalah ikan cakalang dan ikan pelagis kecil
lainnya. Bagan apung tersebar di dalam teluk, jenis ikan yang tertangkap oleh bagan adalah jenis ikan-ikan pelagis kecil. Bagan saat ini menjadi alat yang
sangat tidak ramah lingkungan karena menggunakan jaring dengan mata jaring
113 yang sangat kecil 2 inci yang mengakibatkan tertangkapnya semua ukuran
ikan. Tabel 25 Daerah penangkapan ikan dari kapal yang mendaratkan hasil
tangkapannya di PPN Palabuhanratu tahun 2004
No Jenisukuran
kapal Jenis alat
tangkap Daerah penangkapan ikan
Payang Teluk Palabuhanratu
Pancing ulur Teluk Palabuhanratu
Rampus Teluk Palabuhanratu
Jaring klitik Teluk Palabuhanratu
1 Perahu Motor
Tempel PMT
Trammel net Teluk Palabuhanratu
Purse seine Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng
Bagan Teluk Palabuhanratu
Gillnet Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon
Perairan Selatan Jawa Pancing ulur
Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng 2 Kapal
Motor KM
10 GT
Rawai Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng
Gillnet Sumatera, Jawa Tengah
3 Kapal Motor
KM 11 - 20 GT
Rawai Sumatera Gillnet
Sumatera, Jawa Tengah 4 Kapal
Motor KM
21 - 30 GT Rawai Sumatera
Gillnet Sumatera, Jawa Tengah
Rawai Sumatera, Jawa Tengah
5 Kapal Motor
KM 30 GT
Tuna long line
Samudra Hindia
Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.
Kapal motor yang berukuran 11 - 30 GT jalur penangkapan ikan II sepanjang 6-12 mil laut dan jalur penangkapan ikan III sepanjang 12-200 mil
laut dengan alat tangkap gillnet dan rawai memiliki daerah penangkapan sampai ke daerah Sumatera, Samudera Hindia dan Jawa Tengah, bahkan kadang-kadang
menangkap ikan sampai ke perairan Pulau Christmas Australia. Jarak tempuh ke daerah penangkapan sekitar 2-4 hari perjalanan. Jenis-jenis ikan yang tertangkap
di daerah tersebut adalah ikan cakalang, tuna, marlin, pari, cucut dan layaran. Kapal motor berukuran 11- 30 GT umumnya telah memiliki dokumen kapal
yang cukup lengkap, namun banyak kapal-kapal ini tidak memiliki kompas dan
114 peta laut sehingga seringkali menangkap ikan pada wilayah negara lain seperti
Australia. Permasalahan yang muncul didalam memanfaatkan sumberdaya ikan adalah
tidak ditaatinya ketentuan jalur penangkapan ikan menurut SK Menteri Pertanian No.392kptsIK.120499 sehingga menyebabkan terjadinya konflik antara
nelayan gillnet, payang dengan nelayan longline. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan diperoleh informasi bahwa pada tahun 2006 terjadi konflik antara
nelayan gillnet dengan nelayan yang memanfaatkan rumpon, namun telah dapat diredam konflik tersebut dengan cara mengajak semua nelayan untuk
memanfaatkan rumpon berdasarkan tata tertib yang disepakati. Permasalahan lain adalah belum tertibnya kapal-kapal dari luar Palabuhanratu mengurus surat ijin
andon kapal dari Dinas Perikanan setempat sehingga hal ini akan berpotensi menimbulkan konflik.
5.3.2 Faktor-faktor pendukung pengembangan PPN Palabuhanratu