202
6.3 Dukungan Kelembagaan Terhadap Pengembangan PPN Palabuhanratu
Dukungan pemerintah sangat diharapkan dalam upaya pengembangan PPN Palabuhanratu menjadi PPS Palabuhanratu. Dirjen Perikanan Tangkap dan
Gubernur Jawa Barat telah sepakat untuk membangun PPS Palabuhanratu secara bersama. Telah disepakati bahwa pemerintah daerah menyiapkan lahan dan
infrastruktur sedangkan pemerintah pusat menyiapkan dana untuk pembangunan fisik. Sebagai dukungannya, seperti yang telah dilaporkan oleh Gubernur Jawa
Barat 2005, bahwa saat ini sudah terbangun jalan tembus trans Jabar Selatan yang menghubungkan Palabuhanratu, Cianjur, Pangandaran, Bandung sejauh 367
km. Pada tahun 2005 Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah merencanakan pembangunan lapangan terbang di Palabuhanratu guna menunjang aktivitas
pariwisata dan perikanan yang ditandai dengan telah dimulainya pelaksanaan studi pembangunannya di lapangan.
Selanjutnya Pemerintah Pusat telah merencanakan pembangunan jalan tol yang menghubungkan Ciawi, Sukabumi, Cianjur, Bandung. Dengan adanya
sarana jalan dan lapangan terbang tersebut, maka ikan-ikan yang didaratkan di PPS Palabuhanratu akan terdistribusi secara luas dan jauh. Sebagai akibat
kemudahan distribusi ikan ke hinterland, maka aktivitas perikanan di
Palabuhanratu akan semakin meningkat sehingga PPS Palabuhanratu yang dibangun akan berfungsi optimal.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 telah menetapkan Selatan Jawa Barat merupakan daerah yang akan diprioritaskan untuk pengembangan
sektor perikanan laut yang berpusat di Palabuhanratu guna mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya ikan yang berlimpah di pantai Selatan Jawa
Barat, sehingga perlu adanya peningkatan status PPN Palabuhanratu menjadi PPS Palabuhanratu.
Sejalan dengan program pengembangan pelabuhan perikanan lingkar luar wilayah Indonesia
outer ring fishing port dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang bertujuan untuk mempersiapkan pelabuhan perikanan yang berada
di lingkar luar wilayah perairan Indonesia guna mengamankan potensi perikanan, maka Palabuhanratu telah ditetapkan sebagai salah satu pelabuhan dari 25 buah
203 pelabuhan perikanan yang akan diprioritaskan untuk dikembangkan menjadi PPS
Palabuhanratu Gambar 32. Pada bulan Oktober tahun 2005, Gubernur Jawa Barat dan Dirjen Perikanan
Tangkap pada saat pertemuan di Bandung telah sepakat bahwa PPS Palabuhanratu akan diprioritaskan pembangunannya melalui program
outering fishing port. Hasil analisis pola pengembangan PPN Palabuhanratu yang direncanakan ini
telah sejalan dengan rencana pemerintah daerah, namun perbedaannya adalah bahwa pemerintah menginginkan langsung dibangun fasilitas dengan kapasitas
PPS alasan mereka bahwa untuk fasilitas laut sebaiknya dibangun sekaligus. Hasil penelitian ini merencanakan pengembangan dilakukan secara bertahap yakni
pertama membangun fasilitas untuk mengoptimalkan fungsi PPN Palabuhanratu, kemudian apabila sudah optimal fungsi yang dijalankan, maka perlu
pengembangan kolam III untuk meningkatkan statusnya menjadi PPS Palabuhanratu. Seperti telah dijelaskan pada halaman 16, sesuai dengan RUTR,
pemerintah daerah telah menyediakan areal industri perikanan seluas 100 ha sampai 500 ha guna mendukung pembangunan PPS Palabuhanratu disertai dengan
kemudahan-kemudahan investasi akan menjadi daya tarik bagi investor untuk berusaha di PPS Palabuhanratu dan akan berdampak positif terhadap
perekonomian daerah, penyerapan tenaga kerja, pendapatan pelabuhan, PAD dan kesejahteraan nelayan.
Berdasarkan hasil uji sensitivitas terhadap alternatif prioritas pengembangan terpilih yakni prioritas pertama untuk peningkatan jumlah kapal, maka diperoleh
kesimpulan bahwa alternatif prioritas pengembangan apabila diterapkan sangat stabil karena semua lembaga yang terkait terhadap pengembangan PPN
Palabuhanratu yakni, Ditjen. Perikanan Tangkap, PPN Palabuhanratu, pemerintah daerah, KUD Mina dan nelayan sangat mendukung alternatif prioritas ini. Bentuk
dukungan yang mungkin diberikan oleh Ditjen. Perikanan Tangkap adalah dalam hal antara lain peraturan yang berkaitan dengan pelabuhan perikanan, penyediaan
dana fisik maupun operasional dan SDM pengelola pelabuhan. Pemerintah daerah dapat memberikan dukungan dalam hal penyediaan areal
untuk pengembangan, penyiapan aksesibilitas jalan, peraturan daerah yang mendukung investasi perikanan. KUD Mina dan nelayan mempersiapkan
204 anggotanya untuk memanfaatkan PPN Palabuhanratu yang sudah dikembangkan
baik persiapan kemampuan teknis dan manajemen untuk menjalankan usaha dan membina anggotanya untuk patuh terhadap aturan yang ada.
Pembiayaan untuk merealisasikan pola pengembangan PPN Palabuhanratu dapat berasal dari pemerintah pusat dan daerah, swasta atau berasal dari negara
lain. Peran swasta perlu ditingkatkan lagi terutama untuk menginvestasikan usaha di Palabuhanratu baik dalam usaha penangkapan ikan, pengolahan maupun
distribusi ikan. Guna merangsang masuknya investasi ke Palabuhanratu, maka perlu adanya kelembagaan kredit maritim yang memudahkan pengusaha
perikanan untuk mengakses modal dalam mengembangkan usahanya. Kemudian menghapus semua bentuk pungutan atau retribusi ganda yang memberatkan
pengusaha perikanan dan memberikan insentif berupa keringanan pajak untuk usaha-usaha perikanan yang produktif seperti usaha penangkapan ikan,
pengolahan dan distribusi ikan. Pemerintah daerah secara proaktif menciptakan Gambar 32 Lokasi 25 buah pelabuhan perikanan yang akan dikembangkan dalam
outering fishing port program Ditjen. Perikanan Tangkap, 2005.
Pelabuhan perikanan
95 100
105 110
115 120
125 130
135 140
5
5
10 10
15 95
100 105
110 115
120 125
130 135
140 5
5
10 10
15
205 kondisi keamanan, ketertiban dan keindahan di daerah perusahaan perikanan
sehingga perusahaan perikanan dapat berjalan sempurna.
6.4 Peluang Penerapan Peraturan Internasional