Sensitivitas prioritas pengembangan PPN Palabuhanratu

171 oleh Dirjen. Perikanan Tangkap. Posisi ketiga adalah nelayan yang berpengaruh terhadap pengembangan PPN Palabuhanratu dari aspek pengguna, karena semakin berkembang PPN Palabuhanratu, maka diharapkan aktivitas perikanan yang melibatkan nelayan akan semakin bekembang. Posisi keempat adalah KUD Mina sebagai lembaga usaha nelayan sangat berperan didalam mengembangkan PPN Palabuhanratu guna mengoptimalkan fungsinya sehingga berkembangnya PPN Palabuhanratu akan menjadikan secara otomatis usaha KUD akan berkembang. Posisi kelima adalah Pemerintah daerah yang sangat diharapkan dukungannya dalam meyiapkan lahan guna pembangunan fasilitas dan lahan industri yang akan dikelola oleh pemerintah daerah. Selain itu pemerintah daerah berkewajiban untuk mempersiapkan prasarana untuk kelancaran aksesibilitas dari Palabuhanratu ke luar Palabuhanratu. Pemerintah Kabupaten Sukabumi dan Pemerintah Jawa Barat sangat berkepentingan untuk mengembangkan PPN Palabuhanratu karena akan berdampak terhadap pembangunan ekonomi daerah. Pemerintah daerah diharapkan membantu penyediaan lahan, jalan dan pelabuhan udara untuk kepentingan PPN Palabuhanratu mengembangkan dan mengoptimalkan fungsinya. KUD dan nelayan berperan dalam hal penggunaan PPN Palabuhanratu sebagai basis usaha. Pada Gambar 26 terlihat bahwa PPN Palabuhanratu mempunyai rasio kepentingan paling tinggi pertama, yaitu 0,308 pada inconsistency 0,02. Hal ini cukup beralasan karena PPN Palabuhanratu adalah pelaksana sehingga mempunyai komitmen besar untuk mengoptimalkan fungsi PPN Palabuhanratu. Kebijakan pembangunan PPN Palabuhanratu dihasilkan Ditjen. Perikanan Tangkap dengan nilai rasio kepentingan kedua sebesar 0,244 dan inconsistency 0,02. Pelaku yang berperan dalam pengembangan PPN Palabuhanratu : nelayan, KUD dan PEMDA masing – masing memiliki nilai rasio kepentingan ketiga, keempat dan kelima sebesar 0,112, 0,122, dan 0,214.

5.5.2 Sensitivitas prioritas pengembangan PPN Palabuhanratu

Berdasarkan prioritas pengembangan yang telah ditentukan di atas, maka perlu ditentukan seberapa besar persentase perubahan yang terjadi pada strategi prioritas yang telah ditetapkan, yakni dengan melakukan perubahan terhadap 172 parameter-parameter yang mempengaruhinya seperti strategi, solusi pengembangan dan stakeholder-nya. Kestabilan prioritas pengembangan pelabuhan perikanan yang telah dipilih perlu dilakukan uji sensitivitas terhadap strategi terpilih tersebut. Untuk melihat sensitifnya perubahan strategi maka berdasarkan simulasi terhadap grafik sensitivitas Gambar 27 diperoleh hasil seperti pada Tabel 44 : Tabel 44 Hasil uji sensitivitas terhadap prioritas pengembangan pelabuhan perikanan terpilih Hasil uji sensitivitas terhadap peningkatan jumlah kapal sebagai prioritas pertama No Aspekkriteria Rasio kepentingan RK awal Range RK stabil Range RK sensitif 1 Ditjen. PT 0,244 0 – 1 Tidak ada 2 PPNP 0,308 0 – 1 Tidak ada 3 PEMDA 0,112 0 – 0,987 Tidak ada 4 KUD 0,122 0 – 0,995 Tidak ada 5 Nelayan 0,214 0 – 0,992 Tidak ada Hasil uji sensitivitas terhadap prioritas pengembangan PPN Palabuhanratu terpilih peningkatan jumlah kapal sebagai prioritas pertama terlihat pada Tabel 44. Berdasarkan Tabel 44, RK Ditjen Perikanan Tangkap masih di range RK stabil, artinya bahwa Ditjen Perikanan Tangkap sangat mendukung pengembangan PPN Palabuhanratu dengan prioritas pengembangan peningkatan jumlah kapal. Begitu juga untuk pelaku yang lain seperti PPN Palabuhanratu, , Pemda, KUD dan nelayan tidak mengganggu kestabilan alternatif prioritas pengembangan. Hal tersebut dimungkinkan karena keempat pelakulembaga tersebut lebih besar dukungannya terhadap pengembangan PPN Palabuhanratu. Pemerintah daerah akan membantu terhadap proses pembebasan lahan dalam rangka pengembangan PPN Palabuhanratu Gambar 27. Pemerintah daerah juga berkewajiban untuk mempersiapkan aksesibilitas prasarana perhubungan. Selanjutnya untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi investor, maka pemerintah harus memberikan insentif keringanan pajak kepada pengusaha, menghindari adanya pajak yang berlebihan akibat adanya otonomi 173 daerah serta memberikan kemudahan didalam proses perijinan dan menciptakan kondisi keamanan yang kondusif dalam berusaha. Pengembangan PPN Palabuhanratu dengan prioritas pengembangan peningkatan jumlah kapal yang mendarat menghendaki untuk segera dilengkapi fasilitas terutama perluasan kolam pelabuhan dan penambahan kapasitas dermaga, kapasitas BBM, dan perluasan lahan. Kendala yang mungkin akan timbul dalam melaksanakan prioritas pengembangan ini adalah tidak tersedianya dana untuk pengembangan PPN Palabuhanratu, sehingga pembangunan fasilitas belum dapat dilakukan atau terkendala karena adanya kebijakan pemerintah, misalnya tentang kenaikan BBM sehingga menyebabkan menurunnya aktivitas perikanan. Kondisi Gambar 27 Hasil uji sensitivitas peningkatan jumlah kapal sebagai prioritas pertama prioritas pengembangan PPN Palabuhanratu. 174 tersebut menyebabkan jumlah kapal yang melakukan operasi penangkapan relatif sedikit atau ada pengaruh global tentang embargo ekspor ikan sehingga menyebabkan unit penangkapan mengurangi aktivitasnya. Dengan kemungkinan adanya kejadian tersebut diatas, maka perlu dilakukan beberapa skenario terhadap pelaksanaan prioritas pengembangan PPN Palabuhanratu. Ada beberapa skenario pengembangan PPN Palabuhanratu yakni: 1 Akibat terbatasnya dana pembangunan, maka dilakukan skala prioritas tentang pentahapan pembangunan fisik, misalnya membangun kolam dan dermaga terlebih dahulu, kemudian apabila dana sudah tersedia lagi, maka dilakukan pembangunan fisik lainnya. 2 Akibat adanya kebijakan pemerintah tentang kenaikan BBM, maka pembangunan fasilitas fisik pelabuhan tetap dilakukan. 3 Membangun semua fasilitas fisik yang ditentukan sehingga semua kendala- kendala yang ada dapat diatasi. 6 PEMBAHASAN

6.1 Antisipasi Pengembangan PPN Palabuhanratu