Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menyajikan data dan informasi yang meliputi kondisi umum lokasi penelitian, fasilitas, operasional dan manajemen PPN Palabuhanratu guna mendukung tujuan penelitian, hasil perhitungan yang berkaitan dengan tujuan penelitian yakni arah pengembangan, memformulasikan pola pengembangan dan prioritas pengembangan PPN Palabuhanratu.

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PPN Palabuhanratu terletak di kota Palabuhanratu yang merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi. Menurut Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Sukabumi 1999 bahwa Palabuhanratu dijadikan ibu kota Kabupaten Sukabumi yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi, pusat perdagangan dan jasa, pusat pengembangan perikanan laut dan pusat pengembangan pariwisata. Dengan adanya perubahan fungsi kota, maka banyak hal yang belum dapat ditangani dan ditata oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi misalnya tata ruang wilayah pesisir dan laut belum dapat dibuat karena Pemerintah Daerah masih mengupayakan agar ada bantuan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Provinsi. Selain itu dengan perubahan fungsi kota, maka kondisi ini membawa dampak terhadap kemajuan pembangunan kota Palabuhanratu terutama untuk mendukung pembangunan sektor perikanan dan kelautan. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah dataran tinggi di Jawa Barat yang memiliki ketinggian berkisar 0 – 2960 m. Luas wilayah Kabupaten Sukabumi sekitar 412.799 ha dan merupakan daerah terluas di Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten Sukabumi terletak antara 6 o 57’-7 o 25’ LS dan 106 o 49’- 107 o 00’ BT, dengan curah hujan rata-rata pada tahun 2000 sebanyak 130 hari hujan setiap tahun, sehingga bulan basah lebih banyak dibandingkan bulan kering dengan kelembaban 70-90. Pada tahun 2000 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 2.038.961 jiwa. Kota Palabuhanratu berada di ketinggian 0 – 50 meter dari permukaan laut. Di belakang kota ini terbentang bukit-bukit sehingga sedikit sekali areal persawahan. Penduduk banyak bekerja di kebun-kebun dan sebagai nelayan. Pada saat musim ikan, mereka beralih pekerjaannya menangkap ikan di laut. Luas 75 Kecamatan Palabuhanratu adalah 10.288 ha. Jumlah penduduk Kecamatan Palabuhanratu sebanyak 88.995 orang atau 4 dari jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Sukabumi memiliki 35 desa pesisir dan 9 kecamatan pesisir, yakni Kecamatan Tegalbuleud, Cibitung, Surade, Ciracap, Ciomas, Simpenan, Palabuhanratu, Cikakak dan Cisolok. Luas seluruh kecamatan pesisir 141.133 ha 34,19 dari luas Kabupaten Sukabumi 412.799 ha. Bila dilihat dari luas wilayah pesisir, maka prioritas pembangunan sebaiknya di arahkan pada daerah pesisir dan laut. Batas administratif Kabupaten Sukabumi adalah sebelah: Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Selatan dengan Samudera Hindia, Timur dengan Kabupaten Cianjur, dan Barat dengan Kabupaten Lebak. Panjang pantainya 117 km membentang dari Mina Jaya Kecamatan Surade sampai Cibangban Kecamatan Cisolok dan di sepanjang pantai tersebut terdapat 7 tempat pendaratan ikan dengan jumlah nelayan 11.736 orang atau 0,58 dari jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2000, dengan rincian Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Mina Jaya-Kecamatan Surade sebanyak 118 orang, PPI Ujung Genteng-Kecamatan Ciracap 399 orang, PPI Ciwaru-Kecamatan Ciomas jumlah nelayan 146 orang, PPI Loji-Kecamatan Simpenan 515 orang, PPN Palabuhanratu-Kecamatan Palabuhanratu 7.400 orang, PPI Cisolok- Kecamatan Cisolok 2.748 orang dan PPI Cibangban-Kecamatan Cisolok 409 orang. Berdasarkan penyebaran nelayan di masing-masing kecamatan sepanjang pesisir, maka Palabuhanratu paling banyak jumlahnya, yakni sebanyak 7.400 orang atau 63 dari jumlah nelayan Kabupaten Sukabumi. Diantara ketujuh tempat pendaratan ikan, PPN Palabuhanratu memiliki fasilitas operasional yang paling baik. Hasil tangkapan ikan dari kapal yang berasal dari 6 PPI lain tersebut sebagian diangkut ke Palabuhanratu. Keenam PPI dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Semua PPI yang ada belum dibentuk unit pelaksana teknis UPT-nya dan belum ada petugas khusus yang menangani PPI tersebut. Gambar 6 memperlihatkan peta penyebaran lokasi pelabuhan perikanan di Kabupaten Sukabumi. Semua urusan pembangunan dan operasional PPI ditangani langsung oleh kepala cabang Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, sehingga 76 operasional PPI tersebut belum optimal. Pengumpulan data statistik dilaksanakan tidak sempurna dan tidak ada petugas khusus untuk pengumpulan data statistik. Data statistik dikumpulkan langsung oleh Kepala Cabang Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi. Sumber: Lubis et al. 2005. Berdasarkan data klimatologi stasiun Maranginan Palabuhanratu, bahwa musim hujan di Palabuhanratu berlangsung dari bulan November sampai April, dimana 71 curah hujan tahunan dalam periode tersebut mencapai 1662 mm, dan rata-rata curah hujan bulanan mencapai 192 mm. Curah hujan tahunannya termasuk besar yaitu sebesar 2565 mm dan rata-rata bulanan berkisar 84 – 376 mm. Hampir setiap bulan di Palabuhanratu terjadi hujan. Pada tahun 2006 terjadi kemarau panjang yakni sejak bulan April sampai dengan bulan Oktober 2006. Gambar 6 Peta penyebaran lokasi pelabuhan perikanan di Kabupaten Sukabumi. U 106 49’ 107 00’ - 7 25’ - 6 57’ I I 77 Kondisi kemarau panjang ini justru membawa dampak yang positif bagi nelayan karena hasil tangkapan ikannya lebih banyak dari biasanya. Penyebabnya adalah terjadi pertumbuhan chlorofil di perairan sehingga menumbuh suburkan perairan. Temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 25,8 C sampai 28,8 C. Kawasan Palabuhanratu mempunyai iklim monsoon dan pola angin di sekitar Palabuhanratu dipengaruhi oleh musim tersebut, yaitu musim barat selama bulan November-Maret dan musim timur bulan Mei-September. Kecepatan angin berkisar antara 4,4-23,5 km per jam. Kecepatan angin cukup kencang 20 km jam bertiup pada bulan-bulan Agustus sampai dengan Desember. Secara keseluruhan angin dominan bertiup dari Tenggara 22,6 dan Barat 13,6. Bila dipilah menurut bulannya, angin dominan bertiup dari arah: Januari dari Barat dan Barat Laut, Februari dari Barat Laut, Maret dari Barat Laut, April sampai Oktober dari Tenggara, November dari Tenggara dan Barat, dan Desember dari Barat Laut. Menurut penyelidikan PT. Tripatra Engineering 1989, Palabuhanratu terletak pada zone gempa 2 yaitu zone gempa dengan aktivitas tinggi, dengan koefisien gempanya 0,07 g. Oleh karena itu, disamping kerusakan langsung akibat guncangan gempa, bencana dapat pula timbul akibat gelombang tsunami yang melanda daerah pantai. Lahan lokasi PPN Palabuhanratu merupakan daratan yang terbentuk dari endapan yang dibawa Sungai Cipalabuhan dan Cipanyairan. Jenis sedimen terutama adalah lanau, pasir, dan kerikil. Lahan semacam ini sangat cocok untuk penempatan bangunan konstruksi beton pelabuhan. Topografi lahan di lokasi pelabuhan perikanan dan sekitarnya sepanjang pantai dapat dikatakan datar, akan tetapi di belakang kota Palabuhanratu topografinya berbukit-bukit. Ketinggian tanah lahan lokasi pelabuhan perikanan berkisar +1,0 – 3,5 m LWS. Gambaran kondisi batimetri di lokasi PPN Palabuhanratu adalah: 1 Kedalaman -5,0 LWS dicapai dari garis pantai 50 - 80 m ke laut, dengan kemiringan pantai berkisar 6 -10. 2 Pada jarak 50 – 80 m dari garis pantai ke arah laut kemiringan dasar laut sangat curam yaitu berkisar 25 – 36. 78 3 Daerah dengan kemiringan dasar laut yang relatif landai terletak di bagian Selatan dan Barat Daya pelabuhan. Gambar 7 menunjukkan gambaran kondisi batimetri di lokasi PPN Palabuhanratu. Hasil analisis data pasang surut oleh Ditjen. Perikanan dan PT Perentjana Djaja 1999 adalah: 1 Highest Water Spring HWS = 165,2 cm. 2 Mean High Water Spring MHWS = 149,9 cm. 3 Mean High Water Level MHWL = 113,9 cm. 4 Mean Sea Level MSL = 75,3 cm. Pelabuhan saat ini 0 m 5 m U Skala 1 : 1.500 Gambar 7 Batimetri perairan dekat site PPN Palabuhanratu Sumber : Ditjen. Perikanan dan PT. Perentjana Djaja, 1999. Palung dengan kedalaman 10-200 m 79 5 Mean Low Water Level MLWL = 35,2 cm. 6 Mean Low Water Spring MLWS = 10,5 cm, dan 7 Lowest Water Spring LWS = 0 cm. Gambar 8 menunjukkan korelasi antara rambu pengamatan pasang surut dan elevasi. Secara umum gelombang besar terjadi selama musim barat, yaitu pada bulan November-Maret. Pada musim barat ini banyak nelayan takut melaut karena mengandung resiko tinggi, terutama untuk kapal-kapal ukuran kecil 10 GT. Sebaliknya selama musim timur kondisi perairan Palabuhanratu relatif tenang. Pada musim ini gelombang didominasi oleh swell dengan arah rambatan menuju selatan dan barat daya. Pada saat musim barat terjadi pengikisan pantai sehingga pada bagian-bagian pantai terjadi penggerusanabrasi pantai ke arah darat, namun pada saat musim timur, terjadi hal sebaliknya, yakni terjadi penumpukan pasir dan bibir pantai melebar ke arah laut. Menurut Adi 1995, perubahan musim di Palabuhanratu sangat berpengaruh terhadap kegiatan perikanan. Pada umumnya upaya penangkapan ikan terbesar terjadi pada musim Selatan, ditandai dengan angin yang lemah, laut Palem rambu pasut HWS MHWS MHWL MSL MLWL MLWS LWS 257,0 cm 241,7 cm 205,7 cm 167,1 cm 127,0 cm 102,3 cm 91,8 cm Referensi HWS MHWS MHWL MSL MLWL MLWS LWS 165,2 cm 149,9 cm 113,9 cm 75,3 cm 35,2 cm 10,5 cm 0.0 cm 0.0 cm Chart Datum Gambar 8 Pasang surut air laut di PPN Palabuhanratu Sumber: Ditjen. Perikanan dan PT. Perentjana Djaja, 1999. 80 tenang serta curah hujan yang rendah. Musim Selatan merupakan musim terjadinya banyak ikan dan musim tersebut terjadi pada bulan Juni-Oktober. Sebaliknya pada musim Barat merupakan musim kurang ikan ditandai dengan angin yang bertiup kencang, gelombang besar dan sering terjadi hujan lebat. Periode musim barat berlangsung sekitar bulan November – Mei. Tabel 12 menunjukkan periode musim ikan di PPN Palabuhanratu. Tabel 12 Musim ikan di PPN Palabuhanratu Bulan Musim Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Selatan banyak ikan √ √ √ √ √ Barat kurang ikan Selanjutnya menurut Baskoro et al. 2004, bahwa pengetahuan mengenai pola migrasi ikan bagi usaha pemanfaatan sumberdaya adalah dengan mengetahui pola migrasi ikan yang menjadi tujuan penangkapan, maka efisiensi dan efektivitas penangkapan ikan dapat dilakukan dengan baik. Selanjutnya dengan mengetahui pola migrasi ikan, maka kita dapat mengetahui keberadaan ikan disuatu perairan sekaligus dapat pengetahui swimming layer dari suatu jenis ikan. Ikan pelagis besar yang merupakan high migration migrasi jauh seperti ikan tuna disebabkan oleh beberapa hal seperti untuk keperluan memijah karena memang naluri sejak lahirnya memijah disuatu tempat, untuk mencari makan, dan untuk mencari lingkungan yang optimum. Selanjutnya dikatakan bahwa tuna mata besar big eye tuna menyebar di Samudera Pasifik melalui perairan diantara pulau-pulau Indonesia ke Samudera Hindia. Pemijahan tuna ini terjadi di bagian Timur dan bagian Barat Samudera Hindia, di Indonesia ikan ini banyak ditangkap di laut-laut dalam antara lain di perairan sebelah Selatan Jawa, sebelah Barat Daya Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara, Laut Banda dan Laut Maluku. Untuk jenis ikan albacore, penangkapannya banyak dilakukan di Samudera Hindia. Pencatatan di Benoa-Bali yang menjadi salah satu pusat pendaratan ikan tuna menunjukkan, jenis albacore hampir tertangkap sepanjang tahun, terutama bulan April-September yang merupakan musim dengan tangkapan yang bagus. 81 Arus di Palabuhanratu sangat lemah, arus umumnya ditimbulkan oleh angin musim yang dipengaruhi oleh pasang surut dan besarnya kedua komponen arus ini sangat lemah. Selama musim timur, arus di sepanjang Pantai Selatan Jawa bergerak menuju barat dan pada musim barat arus berbalik arah. Sedimentasi yang terjadi di sekitar mulut kolam pelabuhan disebabkan masuknya sebagian longshore sedimen terdiri dari pasir dengan diameter rata-rata 200 mm. Pada waktu musim hujan atau banjir, material longshore sedimen terdiri dari campuran sedimen yang berasal dari sungai dan dasar pantai. Sungai Cipalabuhan yang bermuara di samping kolam pelabuhan adalah sungai yang aktif membawa endapan sampah kota, lumpur dan pasir. Dalam merencanakan Pelabuhan Perikanan Samudera Palabuhanratu PPS Palabuhanratu, faktor adanya pengaruh sungai ini perlu diperhitungkan dengan matang sehingga dapat mengeliminir pengaruh masuknya sedimen ke dalam kolam pelabuhan yang akan dibangun tersebut. Terhindarnya mulut kedua kolam kolam I dan II dari masuknya endapan sedimen disebabkan karena posisi mulut berada pada palung dengan kedalaman 10-200 m Gambar 7. Pengalaman meletakkan posisi mulut kolam ini hendaknya diaplikasikan juga pada kolam III yang akan dibangun pada PPS Palabuhanratu.

5.2 Kondisi PPN Palabuhanratu