Stakeholders yang berperan dalam pengembangan agribisnis ikan hias

106 Dominannya aspek pembinaan, menunjukkan bahwa dalam pengembangan ikan hias di Kota Bogor, pada umumnya masih dalam bentuk tradisional, sehingga dapat berperan sebagai pendorong ekonomi masyarakat dan wilayah, aspek pembinaan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Karena selama ini aspek pembinaan tersebut terlihat belum optimal, dan tidak berkesinambungan. Selanjutnya dari hasil analisis AHP, diperoleh bahwa dalam pengembangan ikan hias, faktor 1 Pemasaran, 2 Modal Usaha, 3 Sumberdaya Manusia, dan 4 Kebijakan Pemerintah, merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Dalam memperhatikan faktor tersebut hendaknya perlu dilakukan secara simultan, karena faktor-faktor utama tersebut memiliki satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

6.3 Stakeholders yang berperan dalam pengembangan agribisnis ikan hias

Dari hasil analisis ditunjukan hasil yang diperoleh adalah Kelompok Pembudidaya dengan bobot 0,165, pelaku usaha dengan nilai bobot 0,370, Dinas Agribisnis dengan bobot 0,162, Dinas Perindagkop dengan bobot 0,158, Bapeda dengan bobot 0,060, Perguruan Tinggi dengan bobot 0,041, dan Lembaga Penelitian dengan bobot 0,043. Dengan demikian stakeholders yang berperan dalam memperhatikan faktor pemasaran, yaitu pelaku usaha seperti dijelaskan pada Tabel 20 Tabel 20. Stakeholder yang Berperan Penting dalam Faktor Pemasaran No Aspek Bobot Prioritas 1 Kelompok Pembudidaya 0,165 2 2 Pelaku Usaha 0,370 1 3 Dinas Agribisnis 0,162 3 4 Dinas Perindagkop 0,158 4 5 Bapeda 0,060 5 6 Perguruan Tinggi 0,041 7 7 Lembaga Penelitian 0,043 6 Sumber : Data Olahan Tahun 2007 Dominannya peran pelaku usaha dalam memperhatikan faktor pemasaran ikan hias, menunjukkan bahwa kedepan dalam mendorong pengembangan pemasaran baik lokal, regional maupun di pasar internasional, maka para pelaku di harapkan peran aktifnya, sehingga peluang pasar yang terbuka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pemasaran ikan hias Kota 107 Bogor. Sedangkan Dinas Agribisnis dalam posisi ini diharapkan dapat menjadi mediasi dan pembina guna kelancaran terhadap akses-akses yang diperlukan pelaku usaha dalam mengembangkan pemasaran hasil usahanya. Asosiasi pengusaha ikan hias dapat dijadikan sebagai fasilitator pemasaran ikan hias terutama pasar internasional, diharapkan juga para pelaku usaha dapat mengayomi para pembudidaya ikan hias secara berkesinambungan agar informasi tentang pasar mudah diakses. Selanjutnya stakeholders yang memiliki peran penting dalam mendorong pengembangan modal usaha adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 21. sebagai berikut: Tabel 21. Stakeholder yang Berperan Penting dalam Faktor Modal Usaha No Aspek Bobot Prioritas 1 Kelompok Pembudidaya 0,212 2 2 Pelaku Usaha 0,161 4 3 Dinas Agribisnis 0,247 1 4 Dinas Perindagkop 0,195 3 5 Bapeda 0,090 5 6 Perguruan Tinggi 0,046 7 7 Lembaga Penelitian 0,051 6 Sumber : Olahan Tahun 2007. Dari Tabel 21. diatas menunjukkan stakeholders Kelompok Pembudidaya bobot 0,212, Pelaku Usaha mempunyai bobot 0,161, Dinas Agribisnis mempunyai bobot 0,247, Dinas Perindagkop 0,195, Bapeda 0,090, Perguruan Tinggi 0,046 dan Lembaga Penelitian 0,051. Artinya dalam mendorong pengembangan modal usaha ikan hias di Kota Bogor, peran Dinas Agribisnis merupakan stkeholders yang paling penting baik dalam hal mengakses permodalan maupun pembinaan dalam pemupukan modal usaha agar dapat berkembang. Pentingnya peran Dinas Agribisnis dalam mendorong pengembangan modal usaha kegiatan agribisnis ikan hias, menunjukkan bahwa perlunya perhatian dinas tersebut sebagai mediasi guna mempermudah akses permodalan kepada pihak penyedia modal seperti perbankan dan sebagainya. Sedangkan selama ini akses terhadap modal usaha pembudidaya ikan hias belum di perhatikan secara optimal oleh Dinas Agribisnis, sehingga pengembangan ikan hias dari aspek permodalan kurang berkembang. 108 Dinas Agribisnis mempunyai peran untuk meningkatkan kegiatan masyarakat melalui program-program perikanan. Selain itu, dinas yang mengetahui secara detail permasalahan dalam usaha ikan hias. Fasilitas modal yang diberikan oleh dinas banyak berupa sarana dan prasarana produksi sedangkan dalam bentuk tunai adalah berupa pinjaman modal melalui dana penguatan modal DPM yang diperoleh melalui Departemen Kelautan dan Perikanan. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kedua setelah pemasaran, pengembangan sumberdaya manusia terkait dengan bagaimana mempergunakan teknologi serta pengendalian dalam usaha pengembangan ikan hias khususnya bagi para kelompok pembudidaya. Pengembangan SDM dilakukan tidak hanya melalui pelatihan tetapi lebih mengutamakan keterampilan. Dari hasil analisis terlihat bahwa stakeholder yang berperan penting dalam mendorong pengembangan faktor sumberdaya manusia seperti ditunjukkan pada Tabel 22. Tabel 22. Stakeholder yang Berperan Penting dalam Pengembangan SDM No Aspek Bobot Prioritas 1 Kelompok Pembudidaya 0,123 4 2 Pelaku Usaha 0,092 6 3 Dinas Agribisnis 0,181 2 4 Dinas Perindagkop 0,109 5 5 Bapeda 0,075 7 6 Perguruan Tinggi 0,263 1 7 Lembaga Penelitian 0,156 3 Sumber : Data Olahan Tahun 2007 Dari Tabel 22 diatas Kelompok pembudidaya 0,123 aspek pelaku usaha 0,092, Dinas Agribisnis 0,181, Dinas Perindagkop 0,109 Bapeda dengan nilai bobot 0,075 selanjutnya Perguruan Tinggi dengan nilai bobot 0,263, dan lembaga penelitian 0,156. Dengan demikian stakeholders yang berperan penting dalam mendorong peningkatan sumberdaya manusia seperti keterampilan dalam pembudidayaan ikan hias adalah Perguruan Tinggi. Artinya Perguruan Tinggi merupakan mediator untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia perikanan terkait itu juga kerjasama perguruan tinggi dalam bidang teknis dapat dilakukan ke lembaga penelitian serta mensinkronisasikan dengan program dan 109 kebijakan pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Agribisnis. Selanjutnya dari hasil analisis aspek kebijakan, maka terlihat dari tujuh stakeholders yang dipilih seperti Kelompok Pembudidaya, Pelaku Usaha, Dinas Agribisnis, Dinas Perindagkop, Bapeda, Perguruan Tinggi, dan Lembaga Penelitian, ternyata Dinas Agribisnis merupakan stakehoder yang berperan penting dalam aspek kebijakan tentang pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor, hal ini dibuktikan dengan nilai bobot tertinggi seperti dijelaskan pada Tabel 23. Tabel 23. Stakeholder yang Berperan Penting dalam Kebijakan Pemerintah No Aspek Bobot Prioritas 1 Kelompok Pembudidaya 0,087 5 2 Pelaku Usaha 0,113 4 3 Dinas Agribisnis 0,286 1 4 Dinas Perindagkop 0,183 3 5 Bapeda 0,196 2 6 Perguruan Tinggi 0,074 6 7 Lembaga Penelitian 0,061 7 Sumber : Data Olahan Tahun 2007 Dari Tabel 23 terlihat Kelompok Pembudidaya mempunyai bobot 0,087, Pelaku Usaha mempunyai bobot 0,113, Dinas Agribisnis mempunyai bobot 0,286 Dinas Perindagkop mempunyai bobot 0,183, Bapeda 0,196, Perguruan Tinggi mempunyai bobot 0,074 dan Lembaga Penelitian mempunyai bobot 0,061. Dominannya peran Dinas Agribisnis karena dinas tersebut merupakan dinas teknis terkait dengan pengembangan agribisnis sehingga lebih berperan dalam memberikan masukan pada pengambil kebijakan di daerah, hal ini sesuai dengan Rencana Srategis Renstra Dinas Agribisnis 2005-2009 yang lebih fokus pada aspek pengembangan agribisnis di Kota Bogor. Selanjutnya untuk menentukan strategi alternatif dari kelompok pembudidaya yang perlu di kembangkan sebagai wujud dalam pengembangan ikan hias di Kota Bogor yang meliputi: 1 Pengembangan sentra agribisnis; 2 Membangun kemitraan; 3 Pembinaan terpadu; 4 Menumbuhkan Jaringan Informasi Agribisnis; dan 5 Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Ikan. Dari hasil analisis maka terlihat bahwa membangun kemitraan merupakan strategi 110 alternatif yang paling penting dalam mendorong pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor, seperti dijelas Tabel 24. Tabel 24. Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Kelompok Pembudidaya No Aspek Bobot Prioritas 1 Pengembangan Sentra Agribisnis 0,092 4 2 Membangun Kemitraan 0,371 1 3 Pembinaan Terpadu 0,195 3 4 Menumbuhkan Jar. Informasi Agribisinis 0,259 2 5 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,083 5 Sumber : Data olahan 2007 Dari Tabel 24. Strategi pengembangan sentra agribisnis 0,092, membangun kemitraan mempunyai bobot 0,371, pembinaan terpadu mempunyai bobot 0,195, menumbuhkan jaringan informasi agribisnis bobot 0,259 dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan memperoleh bobot 0,083. Artinya bagi pembudidaya bahwa membangun kemitraan merupakan pilihan alternatif atau strategi pertama yang perlu diambil dalam pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor. Pentingnya membangun kemitraan dikarenakan, dengan adanya kemitraan maka akan terjalin hubungan bisnis serta semakin cepat pertumbuhan dalam pengembangan ikan hias di Kota Bogor, kemitraan ini dapat berupa kerjasama antar sesama pembudidaya dalam Kota Bogar atau antar daerah dan antar pengusaha besar, dan menengah. Kemudian dari sisi pelaku usaha strategi yang lebih tepat dalam pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor adalah pertama menumbuhkan jaringan Informasi Agribisnis, disusul strategi lainnya. Strategi pengembangan sentra agribisnis memperoleh bobot 0,145, membangun kemitraan memperoleh bobot 0,268, pembinaan terpadu memperoleh bobot 0,148, menumbuhkan jaringan informasi agribisnis memperoleh bobot 0,295 dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan 0,144 seperti dijelaskan pada Tabel 25. 111 Tabel 25. Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Pelaku Usaha No Aspek Bobot Prioritas 1 Pengembangan Sentra Agribisnis 0,145 4 2 Membangun Kemitraan 0,268 2 3 Pembinaan Terpadu 0,148 3 4 Menumbuhkan Jar. Informasi Agribisinis 0,295 1 5 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,144 5 Sumber : Data olahan 2007 Dipilihnya strategi menumbuhkan jaringan informasi agribisnis sebagai alternatif pertama, menunjukkan bahwa bagi pelaku usaha strategi jaringan merupakan hal terpenting karena informasi merupakan suatu instrumen penting dalam bisnis. Dengan demikian maka ke depan menumbuhkan jaringan informasi agribisnis merupakan pilihan penting yang perlu diperhatikan dalam mendorong pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor. Selanjutnya dari hasil analisis pilihan Dinas Agribisnis melihat bahwa strategi menumbuhkan jaringan informasi agribisnis merupakan strategi alternatif yang penting pertama dalam pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor. Untuk melihat pilihan alternatif di jelaskan pada Tabel 26. Tabel 26. Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Dinas Agribisnis No Aspek Bobot Prioritas 1 Pengembangan Sentra Agribisnis 0,189 3 2 Membangun Kemitraan 0,179 4 3 Pembinaan Terpadu 0,173 5 4 Menumbuhkan Jar. Informasi Agribisinis 0,261 1 5 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,199 2 Sumber : Data olahan 2007 Dari Tabel 26. di atas ditunjukan bahwa strategi alternatif pertama yang harus dikembang dalam mendorong pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor kedepan yaitu pertama menumbuhkan jaringan informasi agribisinis dengan nilai bobot 0,261, kedua strategi optimalisasi pemanfaatan SDI, dengan nilai bobot 0,199, ketiga pengembangan sentra agribisnis dengan nilai bobot 0,189, keempat membangun kemitraan, dengan nilai bobot 0,179, dan terakhir strategi pembinaan terpadu, dengan nilai bobot 0,173. 112 Kemudian dari hasil analisis alternatif strategi yang dipilih oleh Dinas Perindagkop menunjukkan bahwa strategi membangun kemitraan merupakan stragi yang paling penting untuk dikembangkan dalam mendorong pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor. Untuk jelasnya alternatif tersebut seeprti digambarkan pada Tabel 27. Tabel 27. Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi No Aspek Bobot Prioritas 1 Pengembangan Sentra Agribisnis 0,213 3 2 Membangun Kemitraan 0,299 1 3 Pembinaan Terpadu 0,111 5 4 Menumbuhkan Jar. Informasi Agribisinis 0,257 2 5 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,120 4 Sumber : Data olahan 2007 Hasil analisis menunjukan strategi pengembangan sentra agribisnis memperoleh bobot 0,213, membangun kemitraan memperoleh bobot 0,299, pembinaan terpadu memperoleh bobot 0,111, menumbuhkan jaringan informasi agribisnis memperoleh bobot 0,257 dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan memperoleh bobot 0,120. Hal ini mengartikan bahwa strategi alternatif pertama yang dipilih dinas perindagkop dalam mendorong pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor adalah strategi membangun kemitraan. Pendapat ini didasarkan bahwa modal merupakan motor dalam usaha sehingga diharpakan dengan adanya kemitraan permodalan dapat mudah diakses . Selanjutnya untuk mengetahui pilihan alternatif dari Bapeda tentang strategi alternatif dalam pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor hasil yang diperoleh adalah strategi pengembangan sentra agribisnis memperoleh bobot 0,282, membangun kemitraan memperoleh bobot 0,250, pembinaan terpadu memperoleh bobot 0,194, menumbuhkan jaringan informasi agribisnis memperoleh bobot 0,167 dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan memperoleh bobot 0,106, pilihan tersebut seperti di jelaskan pada Tabel 28. 113 Tabel 28. Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Bapeda No Aspek Bobot Prioritas 1 Pengembangan Sentra Agribisnis 0,282 1 2 Membangun Kemitraan 0,250 2 3 Pembinaan Terpadu 0,194 3 4 Menumbuhkan Jar. Informasi Agribisinis 0,167 4 5 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,106 5 Sumber : Data olahan 2007 Berdasarkan tabel di atas strategi alternatif yang dipilih oleh Bapeda adalah pengembangan sentra agribisnis dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Dominannya pengembangan sentra agribisnis menjadi perhatian penting pemerintah dalam mengembangkan ikan hias di Kota Bogor terkait dengan pasar sebagai tindak lanjut usaha ikan hias. Selanjutnya untuk mengetahui pilihan alternatif dari Perguruan Tinggi tentang strategi alternatif dalam pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor, pilihan tersebut seperti di jelaskan pada Tabel 29. Tabel 29. Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Perguruan Tinggi No Aspek Bobot Prioritas 1 Pengembangan Sentra Agribisnis 0,075 5 2 Membangun Kemitraan 0,257 2 3 Pembinaan Terpadu 0,325 1 4 Menumbuhkan Jar. Informasi Agribisinis 0,205 3 5 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,138 4 Sumber : Data olahan 2007 Dari Tabel 29 diatas menunjukkan bahwa Pengembangan sentra agribisnis memperoleh bobot 0,075, membangun kemitraan memperoleh bobot 0,257, pembinaan terpadu memperoleh bobot 0,325, menumbuhkan jaringan informasi agribisnis memperoleh bobot 0,205 dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan memperoleh bobot 0,138. Kesimpulan dari hasil analisis adalah memilih strategi alternatif pembinaan terpadu. Ini mengandung artinya bahwa lembaga perguruan tinggi lebih berperan dalam membina dari sisi 114 peningkatan mutu sumberdaya manusianya termasuk dari sikap dan perilaku pembudidaya ikan hias. Sedangkan dilihat persepsi dari lembaga penelitian, menunjukkan bahwa untuk mengembangkan abribisnis ikan hias di Kota Bogor alternatif strategi yang yaitu seperti dijelaskan pada Tabel 30. Tabel 30. Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Lembaga Penelitian No Aspek Bobot Prioritas 1 Pengembangan Sentra Agribisnis 0,168 3 2 Membangun Kemitraan 0,130 5 3 Pembinaan Terpadu 0,304 1 4 Menumbuhkan Jar. Informasi Agribisinis 0,251 2 5 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,148 4 Sumber : Data olahan 2007 Dari Tabel 30. diatas menunjukkan bahwa strategi alternatif pertama yang dipilih menurut persepsi lembaga penelitian dalam mendorong pengembangan agribisnis ikan hias di Kota Bogor yaitu pertama pengembangan sentra agribisnis, dengan bobot nilai 0,168, kedua membangun kemitraan, dengan bobot 0,130, ketiga pembinaan terpadu dengan nilai bobot 0,304, keempat menumbuhkan jaringan informasi agribisinis, dengan bobot 0,251, dan kelima optimalisasi pemanfaatan SDI, dengan bobot 0,148. Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan AHP, dan setelah dilakukan wawancara terhadap responden yang teridentifikasi, disimpulkan bahwa strategi yang yang harus ditempuh dalam mendorong agribisnis ikan hias di Kota Bogor adalah menumbuhkan jaringan informasi agribisnis, sebagai strategi pertama. Selain itu, upaya dalam mengembangkan agribisinis ikan hias harus memperhatikan pasar dimana pasar ikan hias ditingkat internasional mempunyai mobilitas yang tinggi dan peluang masih terbuka. 115 Gambar 9. Hasil Analisis Hierarki Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan Hias Pengemb. Sentra Agribisnis 0,075 Membangun Kemitraaan 0,257 Pembinaan Terpadu 0,325 Menumbuhkan Jar. Agribisnis 0,205 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,092 Kelompok Pembudidaya Pelaku Usaha Dinas Perindagkop Dinas Agribisnis BAPEDA Perguruan Tinggi Lembaga Penelitian Membangun Kemitraaan 0,371 Pembinaan Terpadu 0,195 Menumbuhkan Jar. Agribisnis 0,259 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,083 Pengemb. Sentra Agribisnis 0,145 Membangun Kemitraaan 0,268 Pembinaan Terpadu 0,148 Menumbuhkan Jar. Agribisnis 0,295 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,144 Pengemb. Sentra Agribisnis 0,189 Membangun Kemitraaan 0,179 Pembinaan Terpadu 0,173 Menumbuhkan Jar. Agribisnis 0,261 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,199 Pengemb. Sentra Agribisnis 0,213 Membangun Kemitraaan 0,299 Pembinaan Terpadu 0,111 Menumbuhkan Jar. Agribisnis 0,257 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,120 Pengemb. Sentra Agribisnis 0,282 Membangun Kemitraaan 0,250 Pembinaan Terpadu 0,194 Menumbuhkan Jar. Agribisnis 0,167 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,106 Pengemb. Sentra Agribisnis 0,168 Membangun Kemitraaan 0,130 Pembinaan Terpadu 0,304 Menumbuhkan Jar. Agribisnis 0,251 Optimalisasi Pemanfaatan SDI 0,148 PEN G EM BANGA N A G RIBIS N IS IK AN H IAS PENGEMBANGAN A G RIBISNIS IK AN H IA S Kebijakan Pemerintah 0,231 Lembaga Keuangan Mikro 0,172 Koperasi 0,168 Perbankan 0,330 Bank Perkreditan Rakyat 0,080 Pegadaian 0,059 Lokal 0,160 Regional 0,149 Internasional 0,691 Sarana dan Prasarana 0,316 Pelatihan 0,157 Pembinaan 0,329 Aturan Pemerintah Daerah 0,203 Kemitraan 0,191 SD. Manusia 0,236 Pendidikan 0,192 Keterampilan 0,634 Pelatihan 0,174 Pemasaran 0,418 Modal Usaha 0,114 116

6.4 Strategi Terhadap Persepsi Srakeholder Ikan Hias