ekonomi dan sistem sumberdaya alam dan lingkungan. Beberapa pakar mengatakan keberlanjutan secara statik dan dinamik yang artinya keberlanjutan
statik diartikan sebagai pemanfaatan sumberdaya alam terbarukan dengan laju teknologi yang konstan, sementara kelanjutan dinamik, mengandung pengertian
adalah; dimensi waktu Dengan demikian, selain dari peluang pasar prospek ikan hias akan lebih
baik lagi jika didukung dengan social capital yang baik pula. Komponen- komponen sosial yang dapat ditingkatkan oleh pemerintah beserta toko-toko
pengembangan lainnya adalah dengan meningkatkan sumberdaya manusia sesuai dengan standar internasional. Sebagai contoh negara yang mempunyai
social capital baik adalah Singapura, Malaysia, dan negara-negara Asia Eropa lainnya. Pada prinsipnya setiap produksi yang dihasilkan selalu berorientasi
pada permintaan pasar demand keberlanjutan dari sebuah usaha tergantung dari peluang pasar yang diciptakan semakin tinggi peluang tersebut maka
produksi akan semakin banyak begitu juga sebaliknya semakin sedikit peluang permintaan maka produksi akan semakin sedikit pula.
Over capacity tidak akan terjadi terhadap ikan hias air tawar hal ini dapat dilihat dari hasil produksi per tahun Indonesia sebesar 830.576 kg atau senilai
USD 7.484.913, angka ini bila dibandingkan dengan pasar prospektif sebesar 4.454.343 kg atau senilai USD 4.454.343. Berarti hasil produksi Indonesia baru
tercukupi 5, negara-negara kategori pasar produktif adalah Cina, Korea Selatan, Malaysia, Filiphina, Hongkong, Taiwan, Singapura, Thailand, Vietnam,
India, Arab Saudi, Srilanka, Kanada dan Australia.
2.11 Ikan Hias
Sebuah catatan dari “ The 9th International Aquarium Fish dan Accessories exhibition and Conference-Aquarama” 26-29 Mei 2005 di Singapura
Nilai perdagangan ikan sebagai ikan hias hanya sekitar 0,4 20 juta USD, sementara ikan sebagai makanan dan komoditas perdagangan masing-masing
sebesar 90,2 48.000 juta USD dan 9,4 5.000 juta USD. Berdasarkan data FAO 2004, produksi serta perdagangan ikan hias dan tanaman hias hasil
budidaya air tawar masih memiliki kontribusi yang besar terhadap industri ikan hias dunia. Nilai industri ikan hias dunia diestimasi bervariasi antara 1-5 milyar
USD. Sementara itu nilai ekspor ikan hias dan tanaman hias dunia tahun 2003
sekitar 200 juta USD atau mengalami peningkatan 7-8 per tahun sejak tahun 1990-an. Penyuplai ikan hias dunia masih didominasi oleh Asia dengan
kontribusi 65, sedangkan selebihnya disuplai oleh Eropa dengan kontribusi 19; dan Oceania, Afrika dan Amerika utara dengan kontribusi sebesar 16.
Dari konteks secara global, perdagangan ikan hias dunia menunjukan tanda-tanda stagnasi dan kejenuhan akibat menurunnya impor dunia walaupun
ekspor dunia mengalami peningkatan. Perkembangan pasar tujuan saat ini menunjukkan bahwa AS masih menjadi pasar utama. Pada tahun 2003, AS
mengimpor ikan hias dengan nilai 41 juta USD berasal dari 60 negara eksportir yang didominasi oleh Thailand 18,2 dan Singapura 18,2, serta Indonesia
12,2. Pada tahun 2004, Singapura dengan pangsa pasar 19,4 telah mengungguli Thailand 19,1, sementara Indonesia mengalami penurunan
menjadi 12,1. Sementara itu perkembangan negara penyuplai, di Asia, ekspor ikan hias
Srilanka menunjukkan peningkatan dibandingkan 10 tahun sebelumnya. Negara ini mengekspor ke 55 negara yang mencakup Uni Eropa, AS dan beberapa
negara Asia. Pada tahun 2004, nilai ekspor Srilanka mencapai 750.000 USD. Komoditas ikan hias utama antara lain guppy kontribusi 60, swordtails,
angels, platies, tetras, berbs, dan indigeneus spesies lainnya. Dipasar Uni Eropa, Rep. Czech menjadi trader ikan hias terbesar dengan rata - rata
persentase ekspor dan impor per tahun masing-masing sebesar10,3 dan 65. Ikan hias impor yang berasal dari Singapura 28,9, Slovakia 22,5, Vietnam
10,5, Thailand 8,7 dan Indonesia 7,9. Pasar tujuan utama ekspor ikan hias Rep. Czech adalah negara Uni Eropa, antara lain : Jerman, Perancis, Italia,
Austria, United Kingdom dan negara Eropa lainnya. Dari isu perdagangan ikan hias dikaitkan dengan konservasi, Marine
Aquarium Council MAC, sebuah lembaga non-profit internasional yang bergerak di bidang konservasi telah mengembangkan sertifikasi ikan hias.
Sertifikasi utamanya ditujukan untuk ikan hias dan karang dari laut dan telah dikembangkan sejak November 2001 di beberapa negara seperti Philipina dan
Fiji. Sertifikat diberikan kepada kolektor, eksportir, importirwholesaler, retalier hingga kepada konsumen. Walaupun masih bersifat voluntary, sistem sertifikasi
ini nampaknya akan berkembang menjadi elemen pendukung traceability pada perdagangan ikan hias, tanaman dan karang.
Terkait dengan regulasi ekspor, impor dan karantina, Uni Eropa sedang menyusun regulasi mengenai aquatic animals termasuk ikan hias. Regulasi
ditujukan untuk untuk memfasilitasi keamanan perdagangan yang difokuskan pada pencegahan masuknya hama dan penyakit; dan pengawasan terhadap
importireksportir aquatic animals ke Uni Eropa. Materi utama yang akan diatur dalam regulasi tersebut antara lain : Authorisation of Farms including importers,
Disease Prevention Meassures, Risk-based animal surveillance, Conditions for Placing on the market, Requirements for laboratories and diagnostic services,
Notification obligations, Minimum measures for control and eradication, dan conditions for import and transit. Selain itu di Uni Eropa terdapat kecenderungan
penolakan terhadap jenis-jenis ikan mutasi gen atau ikan dengan sentuhan biota tertentu seperti, pewarnaan melalui injeksi dengan alasan animal welfare.
Melihat trend perdagangan dari sisi pasar tujuan, maka ke depan perdagangan ikan hias masih menghadapi tantangan antara lain :
1. Peningkatan biaya sebagai implikasi dari regulasi impor yang dikeluarkan oleh negara importir. Biaya tersebut baik yang ditanggung oleh eskportir
seperti : packaging, certification dan sebagainya maupun biaya yang ditanggung oleh importir seperti handling cost, veterinary cost, agents charge,
local transport dan import tariff; 2. Ikan hias sebagai komoditas costumer base berimplikasi pada pola
perdagangannya dipengaruhi oleh selera konsumen. Hasil survey terakhir di pasar utama Amerika Serikat dan Uni Eropa-15 menunjukkan bahwa
konsumen ikan hias mayoritas di kalangan remaja usia 11-15 tahun. Berdasarkan hasil ini menunjukkan bahwa kreatifitas dan inovasi diperlukan
untuk menarik mayoritas konsumen baik yang terkait dengan pengembangan teknologi akuarium dan perlengkapannya maupun pengembangan spesies
ikan jenis baru; 3. Seasonality of market di Uni Eropa Jerman dan Perancis selama setahun
menunjukkan pola yang fluktuatif dengan pola penurunan yang terjadi pada bulan April s.d. September, sementara di pasar Amerika Serikat dan Canada
polanya cenderung stabil. Informasi ini menunjukkan bahwa pola perdagangan ikan hias di pasar tujuan memiliki karakter yang berbeda-beda.
Menurut Badan Pengembangan Ekspor Nasional 1994, ikan hias adalah ikan yang mempunyai bentuk, warna dan karakter khas sehingga mampu
menciptakan suasana aquarium yang mendukung tata ruang serta mampu memberikan suasana tentram. Gerakan ikan umumnya lembut khas dengan
perpaduan tanaman dan pendukung lainnya akan selalu menarik minat konsumen, khususnya yang memiliki pendapatan relatif tinggi. Di negara maju
popularitas ikan meningkat disebabkan pengaruh sosial budaya masyarakat yang semakin individualistis sebagai salah satu jalan keluar mengatasi kendala
kehidupan di kota besar. Di dunia perdagangan, ikan hias Indonesia dikenal sebagai tropical fish.
Ikan hias dikenal bermacam-macam jenis. Secara garis besar dibagi empat, yaitu :
1. Ikan hias yang berasal dari air tawar dengan istilah perdagangan freshwater ornamental fish.
2. Ikan hias yang berasal dari laut dikenal sebagai marine ornamental fish. 3. Tanaman hias air tawar dikenal sebagai freshwater ornamental plant atau
aquatic plant. 4. Kerang-kerang atau biota laut dikenal sebagai invertebrata.
Di Indonesia, memelihara ikan di aquarium memang masih menjadi hobby masyarakat di kota-kota besar. Hobby ini memang masih dirasa mahal
bagi sebagian orang dan belum banyak yang menyadari manfaat memelihara ikan di aquarium.
Dalam meraih devisa yang lebih besar di sektor non migas, Indonesia mempunyai potensi dan peluang di sektor perikanan. Salah satu jenis usaha
perikanan yang paling menonjol adalah usaha ikan hias. Terdapat 1.600 spesies ikan hias dunia dan sekitar 750 spesies diantaranya berasal dari air tawar.
Putro, 2003. Pengaruh globalisasi dengan sangat cepat menyusup pada struktur dan
strategi badan-badan usaha multinasional. Persaingan antar industri telah berubah dengan munculnya kerjasama antara badan-badan usaha yang selama
ini saling bersaing, untuk mencapai tingkat keuntungan ekonomi yang tinggi. Dampak daripadanya seringkali sulit untuk diantisipasi karena pengaruhnya
dapat saja melanggar kaidah-kaidah ekonomi yang fundamental. Gambaran
tersebut sesungguhnya menunjukkan betapa teori keunggulan komparatif tidak lagi sesuai dengan perkembangan ekonomi dunia dewasa ini.
Jelas bahwa cepatnya fenomena globalisasi ekonomi tersebut membawa dampak yang sulit, baik untuk negara-negara industri maupun negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Keadaan di atas seringkali lebih dipersulit dengan semakin tampaknya sifat proteksionistis negara-negara maju dalam
perdagangan, persaingan tidak sehat antara sesama badan usaha multinasional dalam upaya melestarikan kegiatan ekonominya dan lain
sebagainya. Di pihak lain, seringkali tuntutan keseimbangan neraca perdagangan antar negara mengakibatkan bentuk perdagangan menjadi
semakin tidak dilandasi oleh prinsip-prinsip keunggulan komparatifnya, karena hubungan bilateral menjadi prinsip utama dibandingkan prinsip persaingan.
Dengan demikian menjadi semakin penting bagi kita untuk menanamkan wawasan “competitiveness” sebagai landasan pembangunan perikanan.
Perkembangan dunia perikanan yang terjadi belakangan ini mengarah kepada era globalisasi dan perdagangan bebas. Hal ini menyebabkan
perubahan yang cepat dan memberikan pengaruh yang luas dalam perekonomian nasional maupun internasional yang berdampak pada pada
semakin ketatnya persaingan. Agar suatu sektor ekonomi dapat bertahan dan berkembang dalam situasi persaingan saat ini, maka perlu memiliki daya saing
yang tinggi. Daya saing dapat didefinisikan sebagai tingkat kemampuan suatu dearah dalam meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja secara terus
menerus dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik maupun internasional.
Daryanto 2007, menyatakan bahwa salah satu strategi peningkatan sektor perikanan yang dipandang relatif tepat untuk meningkatkan daya saing
adalah melalui pendekatan klaster. Di beberapa negara, industri yang berbasis klaster telah terbukti mampu menunjukan kemampuannya secara
berkesinambungan dalam menembus pasar. Strategi klaster menawarkan upaya pembangunan ekonomi yang lebih efektif dan komprehensif suatu komoditi.
Bentuk pemusatan yang dilakukan adalah dimana dalam suatu kawasan tersedia sub sistem-sub sistem dalam agribisnis perikanan dari subsistem hulu hingga hilir
serta jasa penunjang. Dengan adanya pemusatan aktivitas tersebut dapat mengurangi biaya-biaya terutama biaya transaksi dan transportasi antar sub
sistem yang terfokus pada komoditas perikanan tersebut. Efisiensi dan efektifitas yang diciptakan, dengan sendirinya akan mampu meningkatkan daya saing
produk perikanan baik pada skala domestik maupun internasional. Pendekatan klaster dalam pengembangan sumber daya perikanan dapat
diartikan sebagai suatu bentuk pendekatan yang berupa pemusatan kegiatan perikanan disuatu lokasi tertentu. Upaya ini dilakukan guna meningkatkan
efisiensi dan efektifitas dengan menurunkan komponen biaya dari hulu sampai hilir dalam produksi. Beberapa faktor kunci yang harus diperhatikan dalam
kluster perikanan antara lain pertama, tercipta kemitraan dan jaringan networking yang baik. Tercipta kemitraan dan jaringan yang ditandai adanya
kerjasama antara perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena tidak hanya untuk memperoleh sumberdaya, namun juga dalam hal fleksibilitas, dan
proses pembelajaran bersama antara perusahaan. Kedua, adanya inovasi, riset dan pengembangan. Inovasi secara umum berkenaan dengan pengembangan
produk atau proses, sedangkan riset dana pengembangan ilmu pengetahuan. Ketiga, tersedianya sumberdaya manusia tenaga kerja yang handal.
Produktivitas SDM merupakan salah satu indikator keberhasilan dari sebuah klaster.
Menurut Daryanto 2007, dikatakan bahwa agar terciptanya kluster tersebut ada tiga kunci utama yaitu : pertama, terciptanya stabilitas ekonomi
makro yang mantap, iklim investasi yang kondusif, dan terjaminnya penyelenggaraan hukum yang efisien dan dapat dipercaya; kedua, peningkatan
kompetensi sumberdaya manusia dari masing-masing pelaku klaster hendaknya dilakukan dengan cara pengembangan keterampilan dan kecakapan baik melalui
pelatihan maupun kegiatan produktif lainnya; dan ketiga, mengembangkan lembaga pendukung terutama kelembagaan pembiayaan, penelitian, penyuluhan
dan pendidikan. Tiga hal pokok yang akan dilakukan tentang arah pembangunan
ekonomi ke depan, yaitu: a. membangun perekonomian yang berkeunggulan kompetitif competitive
advantage berdasarkan keunggulan komparatif comparative advantage, b. menggambarkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar yang berkeadilan,
c. mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan
memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah. Dalam konteks pola pembangunan tersebut terdapat tiga fase yang dilalui dalam
mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu: a.
fase pembangunan yang digerakkan oleh kelimpahan sumber daya alam resource driven,
Fase ini adalah identik dengan pembangunan berbasis sumber daya kelautan dan perikanan yang bercirikan peningkatan produksi melalui
intensifikasi, sub sistem hulu-hilir belum berkembang dan produk akhir didominasi produk primer atau produk yang bersifat natural resources based and
unskill labour intensive. Karenanya pembangunan pada fase ini merupakan perekonomian yang berbasis pada sumber daya kelautan dan perikanan.
b. fase pembangunan yang digerakkan oleh investasi investment driven
Pembangunan sistem usaha kelautan dan perikanan adalah digerakkan oleh investasi yang berimbang dari hulu sampai hilir dan sub sistem
penunjangnya. Produk akhir fase ini bersifat olahan atau bersifat capital and skill labour intensive. Dan perekonomian pada fase kedua ini merupakan
perekonomian berbasis industri. c.
fase ketiga adalah pembangunan yang digerakkan oleh inovasi inovation driven
Sistem usaha kelautan dan perikanan yang digerakkan oleh innovation driven, dicirikan oleh menonjolnya kegiatan riset dan pengembangan. Pada sub
sistem hilir digerakkan oleh inovasi-inovasi dalam teknologi proses, teknologi produk, teknologi kemasan. Produk akhir dari sistem usaha kelautan dan
perikanan akan didominasi oleh produk-produk yang bersifat technology intensive and knowledge based. Perekonomian pada fase merupakan
perekonomian berbasis teknologi. Keberlanjutan dari sistem usaha kelautan dan perikanan merupakan upaya
untuk senantiasa mengimplementasikan dimensi keberlanjutan, antara lain memelihara kelestarian sistem penunjang kehidupan, mengakomodasikan aspek
keadilan dan pemerataan, pemberdayaan kelembagaan empowering, dan mengakomodasikan prinsip efisiensi dan keadilan alokasi sumber daya alam
pada seluruh fase pembangunan. Dengan demikian arah jangka panjang dari pembangunan kelautan dan perikanan adalah diarahkan untuk
mentransformasikan dari fase pertama ke fase ketiga dengan tetap mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan melibatkan masyarakat,
sehingga memiliki daya saing tinggi pada pasar global. Strategi kluster dalam meningkatkan industri perikanan yang berdaya saing
merupakan top strategy. Sistem kluster yang mampu menyerap konsumen 80 karena sebagian besar kebutuhan konsumen terpenuhi. Kluster diterapkan atas
dasar perilaku konsumen yang cenderung serba praktis dan berkualitas, background based ikan hias di Kota Bogor memiliki potensi alam yang sangat
mendukung seperti ketersediaan air bersih, sarana dan prasarana yang memadai Kota Bogor termasuk produsen sarana dan prasarana perikanan. Hal inilah
membuat kegiatan ikan hias berjalan serta cost yang di keluarkan input sedikit sehingga produksi dapat dioptimalkan.
Dari tiga faktor diatas, keunggulan ikan hias di Kota Bogor termasuk dalam fase inovation driven artinya, kegiatan dimotori oleh sebuah penelitian yang
dilakukan oleh lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun kalangan intelek yang telah memberikan dampak positif terhadap
perkembangan ekonomi. Faktor pendukung berkembang ikan hias di Kota Bogor karena terletak pada posisi yang strategi secara garis kontur Kota Bogor
berbatasan dengan ibukota negara yaitu Jakarta. Tingkat mobilitas penduduknya tinggi selain itu, Kota Bogor merupakan daerah hinterland bagi Jakarta, informasi
yang mudah diakses memudahkan dalam pemasaran ikan hias. Pangsa pasar ikan hias tidak hanya nasional tetapi internasional ekspor,
keberadaan eksportir ikan hias cenderung mempengaruhi tingkat permintaan, bila dibandingkan dengan daerah lain Kota Bogor cukup dikenal oleh kalangan
eksportir akan hasil ikan hias, perusahaan-perusahaan swasta yang berfungsi sebagai broker sekaligus pelaku eksportir merupakan sistem penunjang dari
usaha ikan hias. Ikan hias bila dibandingkan dengan ikan konsumsi jelas berbeda tingkat kebutuhannya, ikan hias hanya digunakan sebagai bentuk
keindahan bagi kalangan hobiis-hobiis di luar negeri sehingga tidak heran kebanyakan hasil ikan hias Indonesia termasuk suplier di Kota Bogor di pasarkan
di luar negeri ekspor. Peningkatan daya saing ikan tidak hanya dari sisi teknologi tetapi juga dari
sisi harga yang perlu dikembangkan. Tantangan ikan hias yang dihadapi oleh kalangan eksportir seperti negara-negara Asia seperti Cina, Singapura. Negara
ini mampu menjual dengan kualitas baik dan harga yang jauh lebih rendah bila dibandingkan Indonesia. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya; biaya produksi yang tinggi, biaya transportasi yang begitu tinggi, dan birokrasi tata cara pengiriman barang butuh waktu lama long time yang
berdampak pada transaksi antara eksportir dengan importir.
2.12 Kajian Penelitian Terdahulu