Pendapatan dan Sektor-sektor Perekonomian Agribisnis Perikanan

Kecil, dan Menengah; 2 Pengembangan Perdagangan dan Sistem Distribusi; 3 Pengembangan Ekspor; 4 Pengembangan Koperasi dan UKM; 5 Penataan Pedagang Kaki Lima; 6 Pengembangan Penanaman Modal; 7 Peningkatan Ketahanan Pangan; 8 Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis; dan 9 Pengembangan Pariwisata Daerah Menjadikan Kota Bogor sebagai “Agribisnis Perkotaan” adalah komitmen pemerintah Kota dalam mengangkat perekonomian di bidang pertanian secara umum. Agribisnis mempunyai peran dalam pembangunan daerah yang dikelompokan menjadi dua yaitu, peran dan manfaat di dalam suatu daerah intra-region, dan peran dan manfaatnya terhadap beberapa perekonomian wilayah inter-region. Konsep pembangunan agribisnis pada hakikatnya adalah pemusatan dari kegiatan pertanian baik dari sub sistem hulu sampai dengan sub sistem hilir yang memberikan dampak terhadap perubahan perekonomian. Kebijakan pemerintah sangat berpangaruh dalam menentukan strategi pembangunan, bila kebijakan tidak sesuai dengan permasalahan riil dan informasi pendataan yang tidak akurat maka strategi pembangunan tidak tercapai bahkan menambah problema baru sehingga pembangunan menjadi terhambat. Ketimpangan kebijakan pada dasarnya berawal dari penentuan sebuah masalah berkelanjutan tidak tercapai dengan baik. Kebijakan yang diambil dalam pengembangan strategi pembangunan Kota Bogor dengan memantapkan ketahanan pangan serta mengembangkan agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, dan berkelanjutan.

2.9 Pendapatan dan Sektor-sektor Perekonomian

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu Negara atau daerah pada dasarnya adalah meningkatnya kemampuan untuk mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat. Oleh karena itu pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses yang menyebabkan meningkatnya pendapatan masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan ataupun pertumbuhan ekonomi suatu Negara atau daerah dapat diukur dengan menggunakan Produk Domestik Bruto PDB maupun Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Dengan kata lain PDRB menggambarkan keadaan ekonomi nasional atau daerah baik pada tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan perkapita maupun struktur ekonominya Mattola, 1985 dalam Mulyani, 1997 PDRB berperan dalam membuat perencanaan dan kebijaksanaan pembangunan ekonomi suatu daerah. Selain itu, PDRB juga dapat menentukan arah pembangunan serta mengevaluasi hasil pembangunan. PDRB ini merupakan hasil penjumlahan seluruh nilai bruto dari seluruh unit kegiatan ekonomi yang dihasilkan dalam batas-batas suatu wilayah pada periode tertentu yang biasanya selama periode satu tahun Suryadi, 1997. PDRB dapat dijadikan indikator untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi secara sektoral agar dapat dimonitor sektor-sektor apa saja yang menyebabkan tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut, sehingga ada prioritas pada sektor itu. PDRB dibagi menjadi dua yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. Untuk kepentingan analisa dalam pengukuran perubahan tingkat kemakmuran secara riil digunakan perhitungan atas dasar harga konstan. Sedangkan untuk melihat pengaruh yang terjadi bila masih termasuk inflasi dan menggunakan tingkat harga nominal, maka PDRB atas dasar harga berlaku yang digunakan.

2.10 Agribisnis Perikanan

Berkaitan dengan pengembangan agribisnis perikanan, menurut Monintja, 1999 dalam Fatchiya, 2002, agribisnis perikanan perlu dikembangkan dengan empat alasan, yaitu : 1 Perikanan sebagai satu sumber pertumbuhan bagi ekonomi Indonesia, 2 Sebagai usaha reorientasi kebijaksanaan pembangunan sub sektor perikanan dengan memberi peranan lebih besar kepada sektor swasta, 3 Sebagai pelaksanaan diversifikasi secara horizontal dan vertikal, 4 Perubahan orientasi bisnis berdasarkan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif Diuraikan lebih lanjut bahwa, pengembangan agribisnis perikanan memerlukan beberapa kondisi yang kondusif yaitu : 1 eksistensi semua komponen subsistem agribisnis di lokasiwilayah pengembangan, 2 keserasianketerkaitan yang tinggi antar sub system, 3 kejelasan tanggung jawab, resiko, insentif pada setiap simpul ikatan, 4 kehadiran wirausaha dan 5 jalinan kemitraan. Rahardi, et al 2000 menjelaskan bahwa dalam bisnis perikanan, manajemen diperlukan agar bisnis dapat berjalan lancar dan mendapat hasil seperti yang diharapkan. Manajemen yang berbeda dibutuhkan untuk kegiatan yang berbeda di bidang perikanan ini. Selanjutnya dinyatakan bahwa terdapat tiga aspek utama yang penting untuk diketahui dalam manajemen bisnis perikanan, yaitu sebagai berikut : 1 Aspek Produksi Manajemen produksi mencakup perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi. Didalamnya terdapat pula pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk jangka pendek, menengah atau panjang. Dengan demikian diharapkan petani ikan dapat berproduksi secara lebih efisien. 2 Aspek Pemasaran Menejemen pemasaran mencakup kegiatan untuk mendistribusi-kan hasil produksi ke tangan konsumen. Kegiatan tersebut seperti menentukan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemasaran, melihat ada tidaknya persaingan dan menentukan strategi pemasaran yang harus dijalankan. 3 Aspek Keuangan Menejemen keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Didalamnya termasuk cara mendapatkan dan mengalokasikan dana untuk suatu usaha. Pengembangan agribisnis ikan hias memiliki prospek yang cerah. Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial untuk dijadikan sumber penghasil devisa negara. Ekspor ikan hias pada tahun 2002 baru mencapai USD 15 juta. Angka ini meningkat 1 bila dibandingkan tahun 2001, tetapi masih jauh dari potensi ekspor ikan hias Indonesia yang diperkirakan mencapai USD 45-60 juta. Sampai saat ini, Indonesia hanya menguasai sekitar 6 pangsa pasar ikan hias dunia, jauh lebih kecil dari singapura yang mencapai 38,5. Padahal sebagian besar kebutuhan ikan hias Singapura di pasok dari Indonesia. Sumpeno , 2003. Hal tersebut karena didukung oleh potensi antara lain : 1 Sumber daya alam Biota ikan, kualitas air, iklim, lingkungan; banyak jenis komoditas ikan hias yang sudah cukup mudah dikembangbiakan di Bogor. 2 Sumber daya manusia keterampilan dan budaya; pembudidaya ikan hias Bogor minimal sudah banyak yang menguasai teknologi produksinya, serta tidak sedikit pula yang telah memahami tata niaga ikan hias. 3 Akses Pasar ; Kota Bogor disamping daerah tujuan wisata yang cukup menarik, juga memiliki kemudahan terhadap simpul-simpul jasa distribusi seperti jasa transportasi, jasa informasi. 4 Sarana dan prasarana, Kota Bogor memiliki lembaga-lembaga dan industri- industri penunjang yang dapat mendukung kegiatan budidaya ikan hias seperti lembaga pendidikan, Perguruan Tinggi, Industri pakan ikan, peralatan perikanan, obat-obatan, dan sebagainya. Ikan hias adalah usaha perikanan yang mampu memberikan kontribusi besar bagi setiap pelaku usaha dibidangnya. Sedikit lahan yang dibutuhkan tapi manfaat yang dihasilkan besar. Ikan hias di Indonesia bukan hanya sebagai hobiis tetapi sebuah usaha besar Big bussines karena hobiis ikan hias terbanyak ada di manca negara, peluang ini dimanfaatkan oleh pelaku usaha ikan hias. Selain keunggulan aneka hayati, Indonesia juga merupakan negara yang mempunyai musim teratur yaitu musim panas dan musim hujan, bila dibandingkan negara-negara asia maupun eropa mengalami beberapa musim salah satunya musim panas sehingga produksi ikan hias terganggu. Prospek ikan hias dipengaruhi juga oleh modal sosial social capital, Pearce dan Barbier 2000 menyatakan bahwa social capital berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi karena ada faktor-faktor berikut : 1 arus informasi akan lebih cepat bergerak antar gen ekonomi jika Prospektif ikan hias adalah pola kelanjutan dalam pembangunan ekonomi social capital cukup baik; 2 kepercayaan trust yang menjadikan komponen utama social capital akan mengurangi biaya pencarian informasi sehingga mengurangi biaya transaksi; 3 social capital yang baik akan mengurangi kontrol pemerintah sehingga pertukaran ekonomi lebih efisien. Output social capital terciptanya pembangunan berkelanjutan adalah mengandung pengertian yaitu, dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa akan datang, interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumberdaya alam dan lingkungan. Beberapa pakar mengatakan keberlanjutan secara statik dan dinamik yang artinya keberlanjutan statik diartikan sebagai pemanfaatan sumberdaya alam terbarukan dengan laju teknologi yang konstan, sementara kelanjutan dinamik, mengandung pengertian adalah; dimensi waktu Dengan demikian, selain dari peluang pasar prospek ikan hias akan lebih baik lagi jika didukung dengan social capital yang baik pula. Komponen- komponen sosial yang dapat ditingkatkan oleh pemerintah beserta toko-toko pengembangan lainnya adalah dengan meningkatkan sumberdaya manusia sesuai dengan standar internasional. Sebagai contoh negara yang mempunyai social capital baik adalah Singapura, Malaysia, dan negara-negara Asia Eropa lainnya. Pada prinsipnya setiap produksi yang dihasilkan selalu berorientasi pada permintaan pasar demand keberlanjutan dari sebuah usaha tergantung dari peluang pasar yang diciptakan semakin tinggi peluang tersebut maka produksi akan semakin banyak begitu juga sebaliknya semakin sedikit peluang permintaan maka produksi akan semakin sedikit pula. Over capacity tidak akan terjadi terhadap ikan hias air tawar hal ini dapat dilihat dari hasil produksi per tahun Indonesia sebesar 830.576 kg atau senilai USD 7.484.913, angka ini bila dibandingkan dengan pasar prospektif sebesar 4.454.343 kg atau senilai USD 4.454.343. Berarti hasil produksi Indonesia baru tercukupi 5, negara-negara kategori pasar produktif adalah Cina, Korea Selatan, Malaysia, Filiphina, Hongkong, Taiwan, Singapura, Thailand, Vietnam, India, Arab Saudi, Srilanka, Kanada dan Australia.

2.11 Ikan Hias