Analisa Usaha Ikan Hias Air Tawar Skala Besar

turun, terjadi kenaikan biaya produksi dan atau produksi turun. selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

5.4 Analisa Usaha Ikan Hias Air Tawar Skala Besar

Usaha ikan hias skala besar umumnya telah banyak berkembang di Kota Bogor. Prinsipnya cara pemeliharaan maupun perlakuan sama dengan dua skala sebelumnya namun secara ekonomis dapat dirinci sebagai berikut. Investasi awal yang dibutuhkan dalam skala usaha ini adalah Rp. 64.276.000,- dengan kepemilikan akuarium 95 buah selain itu digunakan untuk pembelian tabung oksigen, pembuatan gedung atau tempat usaha, pembelian induk, dan lain sebagainya. Sedangkan biaya operasional yang dibutuhkan Rp. 44.357.200,- yang terdiri atas biaya pakan, tenaga kerja, telepon, packing, penyusutan serta baiya lainnya, dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil produksi total dari usaha ini adalah 7.700 ekor ikan hias yang terdiri dari masing-masing jenis ikan Ctenopoma 5.000 ekor black ghost 2.700 ekor dengan 8 kali produksi dalam 1 tahun atau total pendapatan dalam satu tahun adalah Rp. 48.960.000,- jika dibandingkan dengan biaya operasional Rp. 44.357.200,- maka Net profit yang diperoleh adalah Rp. 4.602.800,- atau dalam 1 tahun. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap prospek pengembangan usaha dalam jangka waktu 5 tahun dengan discount factor 10 , maka diperoleh NPV sebesar -Rp. 46.827.766,- artinya selama 5 tahun usaha ikan hias skala besar tidak memberikan keuntungan sama sekali. Selanjutnya perhitungan Net BC ratio pada discount factor 10 diperoleh 0,27 atau nilai manfaat bersih 0,27 kali lipat. sedangkan nilai IRR sebesar -154 , tingkat keuntungan bersih yang ditanam adalah 35,53 , jika seluruh keuntungan yang diperoleh ditanam kembali pada tahun berikutnya, atau dengan kata lain pada tingkat nilai IRR sebesar -154 usaha ini akan mengalami suatu titik impas dan akan mendapatkan kembali modal investasi dan biaya-biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan semua kriteria tersebut menunjukan bahwa secara finansial usaha investasi ikan hias skala besar tidak layak untuk dikembangkan, selanjutnya hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Analisis Kelayakan Usaha Skala Besar NO Kriteria Analisis Finansial 1 NVP -Rp. 46.827.766,- 2 Net BC 0,27 3 IRR -154 Alasannya adalah usaha skala besar memerlukan modal yang besar hendaknya harus diimbangi dengan jumlah produksi yang besar pula. Sedangkan yang terjadi pada saat dilakukan observasi lapangan bahwa produksi yang dihasilkan tidak maksimal dilihat dari ketersediaan sarana yaitu akuarium masih memungkinkan untuk dilakukan penambahan populasi ikan. Hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan tenaga kerja dalam pemeliharaan ikan hias air tawar, dan terbatasnya pengetahuan pembudidaya mengenai ikan hias air tawar. Selanjutnya dilakukan uji sensitivitas seperti yang telah dilakukan pada skala usaha lainnya, tujuannya untuk mengetahui tingkat kekuatan yang dimiliki oleh skala usaha tersebut dan dapat dilakukan tindak lanjut penanganan yang lebih intensif. a. Saat produksi turun 10 Terjadi penurunan produksi dari jumlah normal yaitu 10, jumlah produksi yang dihasilkan pada kondisi normal 7.700 ekor dari masing-masing jenis yaitu Ctenopoma dan black ghost, jumlah Ctepoma menjadi 4.500 ekor dan black ghost 2.430 ekor sehingga jumlah penerimaan menjadi Rp. 44.064.000,- cost yang dikeluarkan adalah Rp. 44.357.200,- profit yang diperoleh -Rp. 293.200,-. Keuntungan yang diperoleh bersih selama 5 tahun atau NPV pada discount factor 10 adalah –Rp. 65.387.458,- IRR sebesar -2.255 dan manfaat yang diperoleh atau net BC ratio sebesar 0,02. Berdasarkan hasil diatas, bila terjadi penurunan produksi 10 maka akan mengalami kerugian, hal ini disebabkan karena investasi dan biaya-biaya yang dikeluarkan sangat besar apalagi investasi yang ditanamkan lebih dari Rp. 50.000.000,- volume produksi menjadi faktor penentu jika produksi turun maka usaha tidak dapat dikembangkan secara otomatis mengalami kerugian . b. Saat harga produksi turun 15 Kondisi berikutnya harga turun 15 masing-masing ctenopoma Rp. 900,- per ekor menjadi Rp. 765,- per ekor dan black ghost Rp. 600,- per ekor menjadi Rp. 510,- per ekor. Sehingga penerimaan yang diperoleh adalah Rp. 41.616.000,- NPV pada discount factor 10 adalah –Rp. 74.667.304,- net BC ratio 0,16. Secara financial usaha ini tidak layak untuk dikembangkan karena tidak memberikan manfaat dari usaha yang dilakukan. Kondisi ini bagi skala usaha besar sangat rentan. c. Saat produksi turun 10 dan harga produksi turun 15 Kondisi ini digambarkan ketika produksi turun 10 yaitu berjumlah 6.930 ekor dengan masing-masing jenis Ctenopoma dan black ghost menjadi Ctepoma 4.500 ekor dan black ghost 2.430 ekor dan kondisi harga turun 15 yaitu masing-masing Rp. 1.360,- dan Rp. 5.100,- maka pendapatannya Rp. 37.454.400,- sedangkan biaya operasional atau biaya tetap sebesar Rp. 44.357.200,- maka profitnya yang diperoleh berkurang yaitu -Rp. 6.902.800,- secara jangka pendek usaha ini mengalami kerugian total akibat harga turun dan produksi turun. Jika dilakukan analisa jangka panjang selama 5 tahun dengan discount factor 10 persen maka NPVnya –Rp. 90.443.042,- dan IRR – 1.182 persen manfaat yang diperoh Net BC 0,41. Berarti jika terjadi kondisi demikian usaha tersebut tidak dapat berkembang atau tidak layak untuk dijalankan. d. Saat biaya produksi naik 20 Kondisi ini adanya kenaikan harga saprokan bahkan biaya operasional lainnya menjadi 20 yaitu Rp. 53.228.640,- namun penerimaan yang diperoleh Rp. 48.960.000,- usaha ini memperoleh keuntungan sebesar -Rp. 4.268.640,-. NPV yang diperoleh -Rp. 80.457.504,- artinya keuntungan bersih yang diperoleh selama 5 tahun adalah -Rp. 80.457.504,- Internal rate of return atau IRR -752 persen. Net BC rationya 0,29 artinya manfaat yang diperoleh dari usaha tersebut adalah 1,19 kali lipat. Dari hasil analisis pada kondisi terjadi kenaikan biaya produksi usaha ini tidak layak untuk dikembangkan karena NPV yang diperoleh negatif atau kurang dari 1 dan IRR kurang dari 0. e. Saat biaya produksi naik 20 dan produksi turun 10 Pada saat harga naik 20 artinya cost meningkat menjadi Rp. 53.228.640,- dan produksi turun 10 yang mempengaruhi tingkat pendapatan menjadi Rp. 41.616.000,- maka profit –Rp. 11.612.640,- sedangkan NPV sebesar -Rp. 108.297.042,- artinya keuntungan yang didapat dalam waktu 5 tahun sebesar -Rp. 108.297.042,- Net BC ratio 0,68 artinya manfaat atas investasi 0,68 kali lipat serta IRR -1.970 persen. Dengan demikian usaha yang dilakukan dengan kondisi seperti ini sudah tidak layak untuk dikembangkan.

5.5 Strategi Pengembangan Dalam Meningkatkan Usaha Ikan Hias