Peranan Agribisnis Dalam Pembangunan

2.7.1 Peranan Agribisnis Dalam Pembangunan

Peran agribisnis dalam pembangunan daerah menurut Riyadi dan Dedi 2003 dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peran dan manfaat di dalam suatu daerah intra-region dan peran dan manfaatnya terhadap beberapa perekonomian wilayah inter-region. Secara intra agribisnis berbasis sumberdaya yang dimiliki oleh daerah termasuk sumberdaya manusianya landless, agribisnis mencakup upaya diversifikasi usaha dan peningkatan nilai tambah bagi petani dan penduduk perdesaan, mengurangi tekanan terhadap lahan, karena merupakan perluasan dari usaha pertanian primer on-farm, sehingga tekanan terhadap kelestarian alam dan lingkungan dapat dijaga. Sebagaimana diketahui, 66 penduduk Indonesia hidup di perdesaan 1994 dan 63,1nya hidup dari pertanian direct agriculturefarm, dan sisanya 36,9 hidup dari kegiatan non-farm IFAD, 2002. Hal ini berarti bahwa menjadikan pembangunan perdesaan melalui pengembangan agribisnis sebagai basis pembangunan ekonomi di daerah akan dapat memanfaatkan sumberdaya yang relatif banyak abundant di perdesaan, termasuk sumberdaya tenaga kerja, sehingga akan memberikan manfaat kepada 63,1 penduduk Indonesia. Selanjutnya, perluasan dari usaha pertanian primer ke ke non-farm dengan adanya pengembangan agribisnis akan memperluas cakupan pembangunan ke sepertiga penduduk perdesaan lainnya; mengingat berdasarkan data tersebut di atas, 36,9 penduduk yang hidup dari non farm mempunyai usaha di bidang manufaktur 23,8, perdagangan 31,7 dan jasa 24,2 serta transportasi 8,2. Sebagai perbandingan, hasil penelitian IFAD menyatakan bahwa perluasan kegiatan non-farm telah berhasil meningkatkan kemiskinan di perdesaan di China. Ini berarti kegiatan yang mengalihkan dari keterkaitan langsung dengan tanah, yaitu kegiatan off-farm yang merupakan sub-sistem hilir dari sistem agribisnis perlu dikembangkan terutama untuk memberikan alternatif kegiatan usaha penduduk perdesaan dalam rangka meningkatkan pendapatan mereka. Sebagaimana data yang ada IFAD, 2002 pada tahun 1990, 83,4 penduduk miskin Indonesia hidup di daerah perdesaan, dan hanya 16,6 hidup di perkotaan. Secara inter pembangunan agribisnis memberikan manfaat lebih luas terhadap pembangunan wilayah dan pembangunan nasional, antara lain: 1 mengurangi dan mencegah urbanisasi; 2 mewujudkan sistem perekonomian daerah dalam kerangka NKRI; dan 3 memperkuat basis perekonomian dalam rangka globalisasi. Peningkatan kegiatan ekonomi di perdesaan akan dapat menarik kembali sebagian masyarakat perdesaan yang telah bermigrasi ke kota, terutama yang pada umumnya hidup di bawah garis kemiskinan di perkotaan. Dengan demikian, pembangunan satu daerah akan dapat menekan angka urbanisasi secara nasional. Pembangunan perdesaan di suatu daerah juga akan meningkatkan PDRB dan pendapatan per kapita masyarakat di suatu daerah. Peningkatan pendapatan akan mendorong dan menciptakan pertumbuhan usaha lainnya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang semakin meningkat dan beragam. Selain dampak langsung pada diversifikasi kegiatan ekonomi di suatu wilayah, akan menciptakan pula permintaan ke daerah lainnya, sehingga ada multiplier effect untuk pembangunan daerah di sekitarnya. Dampak terhadap peningkatan kegiatan usaha di daerah sekitarnya akan dapat menciptakan sistem perekonomian antar daerah dalam wadah wilayah kesatuan negara Republik Indonesia. Pengalaman di masa lalu, pemusatan pembangunan telah menciptakan beberapa titik pertumbuhan yang dikontrol dari Jakarta. Dengan penciptaan jaringan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah, akan dapat menciptakan pusat-pusat pertumbuhan yang lebih banyak di daerah, sebagaimana yang telah lama dicita-citakan, yang masing-masing mempunyai tingkat otonomi namun tetap saling terkait dan mempunyai hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan mutual interdependency. Dengan adanya otonomi daerah maka kesempatan untuk mewujudkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah akan tercapai, dan tercapai dengan upaya daerah secara otonomi dan bukan berdasarkan disain dari pemerintah pusat. Dengan demikian, partisipasi daerah dalam pembangunan pusat pertumbuhan dan sustainability dari tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan ini akan meningkatkan perdesaan yang pada akhirnya akan mempunyai dampak multiplier pada pertumbuhan daerah lebih lanjut. Pertumbuhan sistem perekonomian yang terdiri dari simpul-simpul pertumbuhan di setiap wilayah akan memperkuat pula sistem perekonomian Indonesia dalam rangka menghadapi persaingan dengan adanya perekonomian yang semakin mendunia globalisasi. Dengan adanya pusat-pusat pertumbuhan tersebut, maka masing-masing pusat pertumbuhan akan dapat secara otonom meningkatkan daya saingnya dalam menghadapi persaingan global. Melalui pusat-pusat pertumbuhan ini pula upaya pemerintah untuk memfasilitasi peningkatan daya saing dan melakukan langkah-langkah keberpihakan akan dapat dilakukan dengan peran aktif daerah.

2.7.2 Pembangunan Indonesia Sebagai Strategi Pembangunan Daerah Berbasis Agribisnis di Era Global