Kajian Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

ini mampu menjual dengan kualitas baik dan harga yang jauh lebih rendah bila dibandingkan Indonesia. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya; biaya produksi yang tinggi, biaya transportasi yang begitu tinggi, dan birokrasi tata cara pengiriman barang butuh waktu lama long time yang berdampak pada transaksi antara eksportir dengan importir.

2.12 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya tentang Strategi Pengembangan Agribisnis Dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor Nurliani H, 2005 merumuskan beberapa tujuan penelitian diantaranya adalah mengkaji peranan sektor pertanian dan sub sektornya terhadap perkeonomian Kota Bogor. Metode penelitian yang dipakai analisis Location Quontien LQ yaitu suatu teknik untuk mengukur konsentrasi suatu kegiatan ekonomi atau sektor disuatu daerah, dengan cara membandingkan suatu kegiatan ekonomi atau sektor disuatu daerah, dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah dengan peranan dari kegiatan ekonomisektor yang sama pada tingkat regional atau nasional. Analisis ini digunakan juga untuk mengklasifikasikan sektor x ke dalam kegiatan basis atau non basis di suatu wilayah i. Hasil yang diperoleh nilai LQ sektor pertanian meliputi sub sektor tanaman bahan makanan,sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Dari hasil perhitungan LQ berdasarkan indikator pendapatan atas dasar harga konstan selama lima tahun mulai dari tahun 1999 sampai dengan 2003 menunjukan sektor pertanian bukan sektor basis. Namun demikian dua sub sektornya yaitu sub sektor perikanan dan sub sektor peternakan merupakan sub sektor basis. Hal ini menunjukan bahwa peranan sub sektor perikanan dalam memenuhi permintaan akan produknya di dalam dan di luar wilayah cukup besar. Penelitian sebelumnya adalah keefektifan jaringan komunikasi agribisnis petani ikan hias Indraningsih K Suci,2002 bertujuan untuk menjelaskan keadaan sebenarnya bagaimana keragaan jaringan komunikasi agribisnis; keefektifan jaringan komunikasi agribisnis ikan hias; hubungan keefektifan jaringan komunikasi agribisnis ikan hias dengan tingkat penguasaan teknologi dan bisnis. Analisis yang digunakan dalam mencari hasil melakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hipotesis di uji dengan statistik non-parametrik menggunakan uji Tau-b Kendall. Hasil yang disimpulkan adalah jaringan komunikasi horizontal pada jaringan komunikasi agribisnis ikan hias lebih dominan dibandingkan dengan jaringan komunikasi vertikal, Jaringan komunikasi agribisnis ikan hias tidak efektif, hanya efektif pada aspek perolehan informasi bisnis, tingkat keberanian beresiko yang merupakan faktor karakteristik petani berhubungan positif nyata dengan keefektifan jaringan komunikasi, yaitu semakin tinggi keberanian beresiko, semakin efektif jaringan komunikasi, tenaga kerja dan pemilikikan saprokan yang merupakan faktor karakteristik usaha petani berhubungan positif dengan tingkat kefektifan jaringan komunikasi yang semakin tinggi tenaga kerja dan pemilikan saprokan semakin efektif jaringan komunikasi. Tingkat keefektifan jaringan komunikasi berhubungan positif nyata dengan tingkat pengetahuan, yaitu semakin efektif jaringan komunikasi, semakin tinggi tingkat pengetahuan. Fatchiya A 2002 melakukan penelitian tentang Kemandirian Petani dalam Pengembangan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar. Penelitian mengkaji tentang keragaan pengelolaan usaha agribisnis ikan hias yang dilakukan oleh pembudidaya; tingkat kemandirian petani ikan hias dalam mengelolah usaha agribisnis ikan hias air tawar; membandingkan karakteristik petani ikan hias dengan faktor luar serta tingkat kemandirian; dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian petani ikan dalam usaha agribisnis ikan hias. Pengkajian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa : pengelolaan usaha ikan hias air tawar yang dilakukan oleh pembudidaya di sentar-sentra produksi ikan hias umumnya masih bersifat tradisional dan belum dilakukan secara cepat; pengelolaan modal atau keuangan maupun pemasaran yang dilakukan oleh pembudidaya ikan hias umumnya juga masih belum dilakukan secara baik, tidak ada perencanaan alokasi penggunaan dana dan lain sebagainya; terdapat perbedaan antara faktor internal pembudidaya baik dari pendidikan umur, dan skala usaha; faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian dalam pengembangan agribisnis ikan hias dalam aspek modal adalah umur, pendidikan, keterdedahan media massa dan interaksi sumber informasi di wilayah Bogor.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Pembangunan nasional dimasa lalu lebih didasarkan kepada tujuan pencapaian pertumbuhan ekonomi dan efisiensi penggunaan sumber daya dengan mengabaikan pemerataan manfaat pembangunan tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan efisiensi kapital menjadi hal yang fundamental untuk mencapai kesejahteraan. Kebijakan yang lebih menekankan kepada pertumbuhan ekonomi terutama didasarkan kepada “The First Fundamental Theorm of Welfare Economics”. Yaitu bahwa bagi negara yang pendapatannya rendah, bertumbuhnya perekonomian harus mengorbankan pemerataan. Untuk mencapai tujuan tersebut kebijakan yang ditempuh juga menjadi timpang, artinya perhatian pemerintah hanya tertuju kepada sektor atau daerah yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi dan efisiensi. Sektor terserbut adalah sektor industri yang memiliki rent yang tinggi dan yang diperkirakan akan memberikan sumbangan besar bagi perekonomian. Sektor perikanan yang merupakan sektor yang penting bagi masyarakat, namun karena rent yang dimilikinya kecil dan kontribusinya terhadap pendapatan adalah rendah menjadi sektor yang kurang diperhatikan. Selain itu ketimpangan yang terjadi bukan hanya berupa ketimpangan sektoral namun juga ketimpangan spasial antara desa dan kota, dimana desa adalah lokasi dari sektor tradisional tersebut. Hal ini akan berakibat pada ketimpangan individu atau kelompok masyarakat antara desa dan kota. Paradigma pembangunan yang baru tidak hanya mengedepankan efek efisiensi kapital dan pertumbuhan ekonomi adalah paradigma pembangunan yang mengacu kepada teori ekonomi yang disebut sebagai “The Second Theorem of Welfare Economics”. Dalam paradigma baru pembangunan ini implikasi yang penting memberikan justifikasi tentang pentingnya pemerataan dalam ekonomi yang akan menyumbang kepada pertumbuhan. Paradigma pembangunan tersebut diarahkan kepada tercapainya pemerataan equity yang akan mendorong kepada pertumbuhan ekonomi efficiency dan keberlanjutan sustainability. Secara spesial paradigma pembangunan tersebut diartikan sebagai mencari keseimbangan merata secara regional regional balance dengan memanfaatkan potensi dan jenis keunggulan yang terdapat pada