Analisa Usaha ikan Hias Air Tawar Skala kecil

5.2 Analisa Usaha ikan Hias Air Tawar Skala kecil

Analisa kelayakan usaha merupakan suatu hal yang harus dilakukan sebelum pengembangan usaha dijalankan, baik oleh swasta, pemerintah atau perorangan. Analisa usaha yang dilakukan tidak terbatas pada suatu bidang tertentu saja, tetapi hampir seluruh bentuk pengembangan usaha. Analisis kelayakan yang dilakukan adalah Net Present Value NPV, Manfaat investasi Benfit Ratio BC Ratio dan Interest Rate of Return IRR dalam jangka waktu 5 tahun dengan tingkat suku bunga discount factor 10 yang merupakan tingkat suku bunga deposito rata-rata tahun 2006 pada saat penelitian dilakukan. Kondisi usaha ikan hias yang ada di Kota Bogor menggambarkan layak untuk dikembangkan, dilakukan analisis penelitian bahwa investasi Rp. 13.930.500,- selama 5 tahun memberikan nilai uang sebesar Rp. 838.026,- biaya manfaat yang diperoleh adalah 1,06 artinya usaha ini memberikan manfaat sebanyak 1,06 kali lipat. Nilai Internal Rate of Return dilakukan dengan menggunkan metode trial and erorr didapatkan bahwa pada tingkat discount factor 13 NPV yang diperoleh negatif yaitu – Rp. 227.718,- Lampiran 1. Hal ini menunjukan bahwa keuntungan atas investasi bersih selama 5 tahun memberikan nilai bersih sebesar 20,22 atau pada tingkat discount factor 20,22 maka semua keuntungan apabila ditanamkan kembali akan mengalami titik impas dan akan mendapat kembali semua modal investasi dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Analisis Kelayakan Usaha Skala Kecil No Kriteria Analisis Finansial 1 NVP Rp. 838.026,- 2 Net BC 1,06 3 IRR 20,22 Selain itu dalam penelitian ini diuji tingkat kelayakan dan resistan usaha dengan menggunakan metode uji sensitivitas. Uji sensitivitas ini didasarkan pada kondisi yang sering terjadi dilapangan khususnya di Kota Bogor. Skenario dilakukan dengan beberapa kriteria adalah sebagai berikut : a. Saat produksi turun 10 Pada kondisi awal jumlah produksi dari ikan hias sebanyak 1.200 ekor dengan harga jual Rp. 1.250,- per ekor namun terjadi penurunan produksi sebesar 10 sehingga jumlah ikan 1.080 ekor sehingga jumlah penerimaan yang diperoleh Rp. 10.800.000,-. Net Present Value NPV dengan discount factor 10 sebesar – Rp. 3.710.917 sedangkan IRR -5,10 dan Net BC 0,73. Penurunan produksi dapat terjadi dikarenakan adanya kematian akibat cara penanganan berbeda maupun kondisi lingkungan yang mengakibatkan produksi menurun. Jika kondisi ini terjadi maka usaha ini tidak layak untuk dikembangkan karena nilai yang diberikan atas usaha bernilai negatif atau tidak mendapatkan manfaat dari usaha tersebut. b. Saat harga produksi turun 15 Dikondisikan harga ikan menurun dari Rp. 1.250,- per ekor menjadi Rp.1.063,- per ekor. Fluktuasi harga dapat terjadi kapan saja dan biasanya terjadi penurunan harga pada saat jumlah produksi ikan melimpah sedangkan volume permintaan tetap sehingga produk bersaing. Kondisi ini mempengaruhi pendapatan yang rendah yaitu Rp. 10.200.000,-. Selama 5 tahun nilai keuntungan bersih atau NPV yang diperoleh – Rp. 5.985.390,- sedangkan nlai yang didapatkan atas keuntungan bersih atau IRR -20,10 dan Net BC ratio adalah 0,75. Saat harga produksi turun maka usaha tidak layak untuk dikembangkan karena nilai NPV yang didapat kurang dari 1 dan IRR kurang dari 1. c. Saat produksi turun 10 dan harga produksi turun 15 Kondisi ini menjelaskan bahwa pada saat yang sama terjadi penurunan produksi dan harga jual turun yaitu jumlah produksi hanya 1.080 ekor dengan harga Rp. 1.063,- per ekor sehingga jumlah pendapatan Rp. 9.180.000,- dengan biaya operasional Rp. 8.104.100,- ditambah dengan biaya investasi Rp. 13.930.500,-. NPV yang dihasilkan adalah – Rp. 9.851.992,- IRR -39,23 dan Net BC ratio 0,39. Kondisi seperti ini terjadi bila terjadinya blooming produksi sehingga harga menjadi tidak stabil bahkan lebih cendrung turun drastis ditambah dengan kondisi lingkungan atau cara pemeliharaan tidak dilakukan secara optimal sehingga ikan banyak mengalami kematian, bila ini terjadi usaha maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan. d. Saat biaya produksi naik 20 Adanya perubahan ekonomi sehingga mengakibatkan harga sarana dan prasarana menjadi naik sehingga menambah beban biaya dari produksi yang dilakukan. Biaya produksi Rp. 9.724.920,- dengan pendapatan Rp. 12.000.000,-. Net Present Value –Rp. 5.306.156,- selama 5 tahun. Net BC ratio atau manfaat yang diperoleh adalah 0,62 dengan IRR sebesar -15,58 menunjukan bahwa tingkat keuntungan atas investasi bersih yang ditanam adalah sebesar - 15,58. Dengan kata lain usaha ini tidak memberikan keuntungan dan keuntungan yang diinvestasikan kembali tidak memberikan hasil. e. Saat biaya produksi naik 20 dan produksi turun 10 Terjadinya kenaikan biaya operasional yaitu Rp. 9.724.920,- dan pendapatan Rp. 10.800.000,- secara keseluruhan masih memperoleh profit yaitu Rp. 1.075.080,- selama 1 tahun. Namun dilihat dari jangka usia investasi selama 5 tahun dengan discount factor 10 NPV sebesar – Rp. 9.855.100,- dan Internal Rate of Return IRR didapat pada trial error 13 adalah -90,53 . Kondisi ini sudah jelas tidak layak untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil uji sensitivitas terlihat skala usaha kecil dalam setiap skenario memberikan nilai negatif artinya usaha ini sangat sensitif terhadap semua kondisi sehingga menjadi skala usaha yang sangat kritis. Alasannya lima skenario tersebut dapat saja terjadi sewaktu-waktu yang akan mengakibatkan usaha tersebut menjadi tidak layak kembang. Ini disebabkan bahwa usaha kecil hanya mempunyai volume produksi sedikit dan akuarium yang dimiliki maupun prasarana lain terbatas. Uji sensitivitas skala kecil dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.3 Analisa Usaha Ikan Hias Air Tawar Skala Menengah