Analisa Usaha Ikan Hias Air Tawar Skala Menengah

dilakukan. Biaya produksi Rp. 9.724.920,- dengan pendapatan Rp. 12.000.000,-. Net Present Value –Rp. 5.306.156,- selama 5 tahun. Net BC ratio atau manfaat yang diperoleh adalah 0,62 dengan IRR sebesar -15,58 menunjukan bahwa tingkat keuntungan atas investasi bersih yang ditanam adalah sebesar - 15,58. Dengan kata lain usaha ini tidak memberikan keuntungan dan keuntungan yang diinvestasikan kembali tidak memberikan hasil. e. Saat biaya produksi naik 20 dan produksi turun 10 Terjadinya kenaikan biaya operasional yaitu Rp. 9.724.920,- dan pendapatan Rp. 10.800.000,- secara keseluruhan masih memperoleh profit yaitu Rp. 1.075.080,- selama 1 tahun. Namun dilihat dari jangka usia investasi selama 5 tahun dengan discount factor 10 NPV sebesar – Rp. 9.855.100,- dan Internal Rate of Return IRR didapat pada trial error 13 adalah -90,53 . Kondisi ini sudah jelas tidak layak untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil uji sensitivitas terlihat skala usaha kecil dalam setiap skenario memberikan nilai negatif artinya usaha ini sangat sensitif terhadap semua kondisi sehingga menjadi skala usaha yang sangat kritis. Alasannya lima skenario tersebut dapat saja terjadi sewaktu-waktu yang akan mengakibatkan usaha tersebut menjadi tidak layak kembang. Ini disebabkan bahwa usaha kecil hanya mempunyai volume produksi sedikit dan akuarium yang dimiliki maupun prasarana lain terbatas. Uji sensitivitas skala kecil dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.3 Analisa Usaha Ikan Hias Air Tawar Skala Menengah

Analisa usaha skala menengah menunjukan investasi yang ditanamkan adalah Rp. 33.842.500 selama 5 tahun dengan biaya operasional Rp. 14.463.200,-, biaya ini dipergunakan untuk pembelian pakan, pembayaran rekening listrik, telepon tenaga kerja serta biaya penunjang lainnya atau saprokan Lampiran 2. Sedangkan biaya tetap terdiri atas bunga bank dan penyusutan. Hasil produksi dari skala usaha menengah pada saat penelitian dilakukan adalah sebanyak 2.800 ekor ikan hias dengan jenis ctenopoma sebanyak 2.700 ekor dan diskus 100 ekor, masa pemeliharaan rata-rata 1,5 bulan sehingga dalam 1 tahun menghasilkan 8 kali produksi. Rata penjualan ikan tersebut selama 5 tahun masing-masing ctepoma Rp. 1.600 ekor dan diskus Rp. 6.000,- dengan pendapatan yang diperoleh selama 5 tahun Rp. 39.360.000,- dan Net profit sebesar Rp. 24.896.800,-. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap prospek pengembangan usaha ikan hias dalam waktu 5 tahun dengan tingkat suku bunga 10 yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata yang berlaku pada tahun 2006. Diperoleh nilai NPVnya Rp. 60.535.960,- yang berarti selama 5 tahun usaha ikan hias akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 60.535.960,- yang dihitung berdasarkan nilai sekarang , selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Analisis Kelayakan Usaha Skala Menengah NO Kriteria Analisis Finansial 1 NVP Rp. 60.535.960,- 2 Net BC 2,79 3 IRR 69,24 Selanjutnya perhitungan Net BC ratio pada tingkat suku bunga 10 diperoleh 2,79, artinya investasi pada usaha ini memberikan manfaat bersih 2,79 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan IRR sebesar 69,24 ini didapatkan dengan menggunakan trial and error yang didapatkan antara nilai NPV positi dan NPV negatif. Artinya tingkat keuntungan atas investasi bersih yang ditanam adalah sebesar 69,24 , jika seluruh keuntungan ditanamkan kembali pada tahun berikutnya atau dengan kata lain pada tingkat nilai IRR 69,24 usaha ikan hias skala menengah akan mengalami titik impas dan akan mendapatkan kembali semua modal investasi dan biaya-biaya yang dikeluarkan. Usaha yang memiliki kapasitas minimal maksimal 50 akuarium dilakukan dengan menggunakan ukuran ruangan minimal 6 m x 5 m sudah mempunyai ruangan khusus walaupun masih sedikit tergabung dangan tempat tinggal. Berbeda dengan skala kecil tempat usaha budidaya merupakan bagian dari tempat tinggal sehingga modal investasi sangat kecil. Para pembudidaya memiliki induk ikan hias dan mengembangkan sendiri tanpa harus membeli benih dari tempat lain. Hasil analisis diatas menyimpulkan bahwa usaha ikan hias skala menengah layak untuk dikembangkan. Namun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha secara ekonomi dapat terjadi sewaktu-waktu. Oleh karenanya dilakukan uji sensitivitas dengan cara sebagai berikut : a. Saat produksi turun 10 Pada kondisi normal usaha menengah menghasilkan produksi sebanyak 2.520 ekor dengan kondisi demikian yaitu terjadi penurunan produksi 10 dari masing-masing jenis maka jumlah produksi menjadi 2.800 ekor berarti pendapatan yang diperoleh berkurang menjadi Rp. 35.424.000,-. Secara analisis jangka pendek dalam per tahunnya dimana biaya operasional terjadi kenaikan harga yaitu Rp. 14.463.200,- kondisi seperti ini masih memberikan keuntungan Rp. 24.896.800,-. Setelah dilakukan analisis jangka panjang dengan discoun factor 10 suku bunga ini berlaku sekarang didapatkan nilai NPV sebesar Rp. 45.615.423,- IRR yang diperoleh adalah 55,54 artinya keuntungan bersih atas investasi yang ditanam adalah 55,54 persen dan Net BC ratio adalah 2,35 artinya manfaat yang diperoleh dalam waktu 5 tahun adalah 2,35 kali lipat. Walaupun terjadi penurunan produksi yang diakibatkan adanya mortalitas sebesar 10 serta akibat lainnya, usaha tersebut tetap layak untuk dikembangkan karena nilai investasi yang ditanam selama 5 tahun dapat memberikan keuntungan dan manfaat bersih. b. Saat harga produksi turun 15 Harga ikan hias dari masing-masing jenis adalah Rp. 1.600,- per ekor untuk ikan jenis ctenopoma dan Rp. 6.000,- per ekor jenis diskus terjadi penurunan harga 15 maka harga Ctenopoma Rp. 1.360,- per ekor dan Diskus Rp. 5.100,- per ekor dengan jumlah masing-masing jenis 2.700 ekor dan 100 ekor artinya pendapatan yang dihasilkan Rp. 33.456.000,- cost yang dikeluarkan sama dengan kondisi normal, memberikan nilai benefit atau profit Rp. 18.992.800,- Hasil analisis kelayakan dalam waktu 5 tahun diperoleh nilai NPV dengan discount factor 10 adalah Rp. 38.155.154,- sedangkan Internal Rate of Return IRR adalah 48,64 persen, lalu parameter berikutnya adalah Net BC ratio 2,13 atau manfaat yang diperoleh dalam waktu tersebut sebesar 2,13 kali lipat. Dilihat dari kriteria walaupun kondisi harga dalam keadaan turun namun bagi kalangan pembudidaya yang tergolong dalam skala ini masih layak untuk mengembangkan usahanya, justru menjadi peluang kesempatan untuk meningkatkan daya saing dengan pembudidaya lain baik dari dalam maupun luar Kota Bogor. c. Saat produksi turun 10 dan harga produksi turun 15 Kondisi demikian digambarkan ketika produksi turun 10 yaitu berjumlah 2.800 ekor dengan masing-masing jenis Ctenopoma 2.430 ekor dan Diskus 90 ekor dan kondisi harga turun 15 yaitu masing-masing Rp. 1.360,- dan Rp. 5.100,- maka pendapatannya Rp. 3.011.400,- sedangkan biaya operasional atau biaya tetap sebesar Rp. 14.463.200,- maka profitnya yang diperoleh berkurang yaitu -Rp. 11.451.800,- secara jangka pendek usaha ini mengalami kerugian total akibat harga turun dan produksi turun. Jika dilakukan analisa jangka panjang selama 5 tahun dengan discount factor 10 persen maka NPVnya –Rp. 77.253.831,- dan IRR – 58,23 persen manfaat yang diperoh Net BC -1,28. Berarti jika terjadi kondisi demikian usaha tersebut tidak dapat berkembang atau tidak layak untuk dijalankan. d. Saat biaya produksi naik 20 Akibat pergolakan ekonomi pengaruh lain yang mungkin dapat ditimbulkan adalah meningkatanya biaya produksi atau operasional sebesar 20 dari harga normal yaitu Rp. 14.463.200,- menjadi Rp. 17.353.840,- dalam waktu 1 tahun dengan pendapatan normal yaitu Rp. 39.360.000,- maka didapat profit senilai Rp. 22.006.160,-. Nilai keuntungan yang akan didapat selama 5 tahun NPV adalah Rp. 49.578.160,- IRRnya 58,79 persen serta manfaat yang diperoleh adalah 2,46 kali. Ternyata saat terjadi kenaikan biaya produksi usaha tersebut dapat terus berkembang dan layak untuk dilakukan. e. Saat biaya produksi naik 20 dan produksi turun 10 Pada saat harga naik 20 artinya cost meningkat menjadi Rp. 17.353.840,- dan produksi turun 10 yang mempengaruhi tingkat pendapatan menjadi Rp. 35.424.000,-. NPV yang diperoleh Rp. 34.657.623,- artinya keuntungan yang didapat dalam waktu 5 tahun sebesar Rp. 34.657.623,- Net BC ratio 2,02 artinya manfaat atas investasi 2,02 kali lipat serta IRR 45,51 persen. Dengan demikian usaha yang dilakukan dengan kondisi seperti ini masih layak untuk dikembangkan karena masih memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan. Berdasarkan hasil uji sensitivitas, kondisi usaha yang tidak layak dikembangkan hanya terjadi jika produksi turun 10 dan harga produksi turun 15. Sedangkan dikondisi lain usaha skala menengah sangat layak untuk dikembangkan, yaitu bila terjadi penurunan produksi dan atau harga produksi turun, terjadi kenaikan biaya produksi dan atau produksi turun. selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

5.4 Analisa Usaha Ikan Hias Air Tawar Skala Besar