1.2 Rumusan Masalah
Keindahan terumbu karang yang dimiliki perairan Gili Indah telah membawa daerah ini menjadi daerah tujuan wisata DTW yang cukup
diperhitungkan dengan melihat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat setiap tahunnya. Dengan kondisi ini dapat kita perkirakan apa
yang akan terjadi terhadap kegiatan pariwisata di Gili Indah jika kondisi terumbu karang yang menjadi primadona pariwisata di Pulau Lombok mengalami
kerusakan. Untuk menjawab permasalahan ini, maka diperlukan upaya perbaikan untuk mencegah preventif semakin rusaknya ekosistem terumbu karang,
sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui diversifikasi pemanfaatan wisata bahari dengan adanya restoking ikan karang sebagai bagian
terpadu dari penerapan sistem budidaya sea ranching. Sea ranching akan sangat tergantung dari karakteristik geografi dan
hidrografi wilayah, sehingga elemen teknologi yang dipergunakan akan sangat disesuaikan dengan lokasi. Dalam skala besar dianologikan dengan kegiatan
melepaskan benih ikan ke perairan alami tanpa adanya pemberian pakan, jadi alam yang memelihara dan kita tinggal menangkapnya. Ranching ikan karang
memiliki keterkaitan secara ekologi dengan keberadaan terumbu karang. Dimana terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat tempat tinggal,
tempat mencari makan feeding ground, tempat asuhan dan pembesaran nursery ground, tempat pemijahan spawning ground bagi berbagai biota yang
hidup di terumbu karang atau sekitarnya Bengen, 1999. Dalam setiap ekosistem terumbu karang tersebut, hidup dan berkembang 3000 jenis karang,
2000 jenis ikan, moluska, krustasea, echinodermata, spones, alga Hadiwjaya, 1994.
Siklus keterkaitan lingkungan biofisik perairan akan mempengaruhi keberadaan terumbu karang, sedangkan terumbu karang membentuk sebuah
ekosistem sebagai suatu ruang pembatasan ekologi keberadaan ikan karang dalam penerapan sea ranching. Ikan karang, seperti kerapu, kakap putih,
napoleon, baronang, lobster, teripang, dan abalone, tidak mungkin meninggalkan kawasan tersebut dan bermigrasi menyusur tubir hingga ke laut dalam atau laut
lepas. Sebaliknya, ikan yang berasal dari laut lepas seperti ikan pelagis kecil dan pelagis besar, misalnya tuna dan cakalang tidak mungkin masuk ke dalam
kawasan terumbu karang hingga mencapai suatu pulau karena kawasan tersebut bukanlah habitatnya.
Keberhasilan restocking sangat ditentukan oleh kelayakan lahan sebagai habitat yang dicirikan oleh karakteristik biofisik lingkungan perairan tipe perairan,
pasang surut, arus, keterlindungan, kedalaman, fisika-kimia-biologi perairan pasokan benih kualitas maupun kuantitas, managemen budidaya, serta sarana
dan prasarana produksi. Dalam pelaksanaan restocking ikan karang, kesesuaian lahan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas
dan efisiensi ekonomis penerapan sea ranching. Beberapa persyaratan teknis maupun non-teknis diperlukan dalam penentuan kesesuaian lahan, dengan
demikian dapat ditentukan komoditi budidaya yang akan ditebarkan. Dengan adanya kegiatn sea ranching diharapkan mampu meningkatkan
pariwisata bahari sekaligus mampu neningkatkan prduktivitas perikanan karang di kawasan perairan Gili Indah. Untuk itu dalam penerapan sistem sea ranching
ini maka diperlukan beberapa kajian mendasar sebagai berikut : 1. Deskripsi kondisi terumbu karang dan ikan karang yang berasosiasi di
dalamnya. 2. Analisis kesesuaian lingkungan perairan akan mempengaruhi keberhasilan
penerapan sea ranching. 3. Pemilihan jenis ikan karang yang akan ditebar sebagai rekomendasi dimasa
mendatang. 4. Strategi dalam pengembangan budidaya ikan karang dengan sistem sea
ranching dalam kaitannya dalam mendukung pariwisata bahari.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian