dengan terumbu karang. Untuk mempercepat pemulihan sumberdaya iakn maka dilakukan restocking ikan karang seperti kerapu, baronang, dan lain-lain.
Secara konvensional artificial reef dapat juga diciptakan dari susunan ban, mobil bekas, kerangka mobil atau kapal yang sudah tidak dimanfaatkan lagi.
Berdasarkan tata letaknya secara vertikal, artificial reef dibagi menjadi 2 yaitu artificial reef AR tipe mengapung dan tipe dasar. Dari hasil penelitian jenis
ikan yang akan di restocking adalah kerapu, dengan demikian diperlukan letak terumbu artificial reef menggunakan tipe dasar. Artificial tipe ini ini umumnya
digunakan untuk memperkaya hewan yang hidup di dasar seperti lobster, abalon dan ikan-ikan demersal. Artficial reef diletakkan atau disusun pada kedalaman
10-30 meter dan cara penyusunan dapat dilakukan secara individual, kelompok. 2. Mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakatpetani ikan penduduk
yang bermukim di sekitar perairan TWAL Gili Indah. Terjadinya pergeseran mata pencaharian masyarakat Gili Indah ke arah
sektor pariwisata telahmerasakan kehidupan lebih baik. Pengembangan pariwisata menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan
penetingnya konservasi terumbu karang sebagai komoditas yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup meraka. Kegiatan budidaya sea ranching
ditanggapi secara positif oleh masyarakat dan pengusaha pariwisata Gili Indah, Kegiatan rehabilitasi terumbu karang dan restoking ikan karang di Gili
Indah harus dapat berjalan seacra berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi, dan dikelola dengan kesatuan institusional dan menajemen yang baik
untuk mengatasi degradasi lingkungan dengan menerapkan konservasi, pendidikan, pelatihan dan peningkatan kapasitas dan pembagunan
sumberdaya masyarakat Gili Indah.
b. Peninjauan sumber benih
Peninjauan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesiapan pengadaan benih yang berasal dari Balai Benih, Unit Pembenihan Rakyat
UPR atau petani ikan pengumpul benih atau sumber benih lainnya. Informasi yang digali antara lain : jenis ikan yang dibenihkan, jumlah benih ikan yang
dapat dihasilkan, ukuran, kesehatan ikan, kelayakan benih yang ditebarkan. Dalam pemenuhan benih dalam skala produksi, maka balai Loka Budidaya
sekotong dapat dijadikan sebagai penyedia benih khususnya kerapu macam dan kerapu bebek. Disamping balai tersebut, juga dapat benih dapat diperoleh
Balai pembenihan yang berpusat di Gondol, Bali. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan benih dapat secara kontiniu terpenuhi.
c. Pengadaan benih dan syarat pemilihan jenis
Dalam pemelihan jenis benih yang akan ditebar diutamakan jenis-jenis yang sudah berhasil dikembangkan secara massal, mudah dan cepat
berkembang biak, sehat dan tidak mengandung penyakit, cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru tidak bersifat predator, mudah diperoleh dalam
jumlah yang cukup memadai untuk penebaran, ukuran minimal 5 – 8 cm. Apabila ikan dipandang telah cukup berkembang maka daerah terumbu
karang pada kawasan Gili Indah dapat dibuka untuk aktivitas penangkapan terbatas, yang artinya :
1. Jenis alat tangkap akan dibatasi misalnya hanya boleh ditangkap dengan alat pancing saja hand line. Alat lain misalnya perawe, bubu, gilnet, jaring
dengan kantong, muroami tidak diperbolehkan karena merusak habitat karang
2. Pemancingan dilakukan di sekitar daerah terumbu karang misalnya jaraknya dari terumbu karang tidak boleh lebih dekat dari 50m. Untuk
memudahkan mengetahui posisi yang diperbolehkan bagi nelayan dibuatkan rambu batas dengan tali dan pelampung bertanda khusus.
3. Operasi penangkapan di sekitar terumbu karang dan hasil tangkapan dibatasi dengan menetapkan ukuran ikan yang boleh ditangkap. Misalnya
ukuran panjang total ikan yang boleh ditangkap adalah ukuran common size. Untuk jenis kerapu antara 40-70cm. Yang lebh kecil anak ikan atau
lebih besar induk ikan yang telah matang gonad bila tertangkap harus dilepas kembali.
4. Jumlah dan ukuran mata yang dipakai dibatasi pada nomor mata pancing tertentu. Misalnya mata pancing no. 3 sampai no.5, dengan sebanyak-
banyaknya 10 mata pancing untuk setiap perahu. 5. Untuk membatasi kegiatan operasi penangkapan dapat dilakukan
penutupan masa tangkap misalnya selang satu bulan harus bebas tidak ada kegiatan penankapan bila di areal yang berdekatan terdapat lebih dari
satu terumbu karang buatan, penutupan masa tangkap dapat dilakukan bergantian antara terumbu karang yang satu dengan yang lainnya.
6. Perkembangan dan pertumbuhan ikan yang ditebar di sekitar terumbu karang perlu dipantau dengan penyelaman misalnya 1 atau 2 kali
perbulan, dilakukan pemotretan atau rekaman video bawah air untuk memonitor tingkah laku fish behaviour di sekitar bangunan AR.
7. Selain hasil pemancingan dilarang memindahkan atau mengambil atau memindahkan benda atau organisme tumbuhan karang apapun yang ada
disekitar AR 8. Kegiatan penyelaman, untuk kegiatan sport termasuk pengambilan gambar
dan video dalam air, pengumpulan kerang-kerangan atau melihat-lihat pemandanagan bawah air sering kali dilakukan di daerah terumbu karang,
perlu dikelola agar tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kegiatan restocking maupun terumbu karang buatan.
9. Untuk mengamati perkembangan organisme karang dapat dilakukan pengamatan dengan metode transek yaitu melakukan underwater
observation untuk mengindentifikasi, menghitung dan menentukan posisi individu organisme yang hidup di habitat karang buatan tersebut.
d. Koordinasi Kegiatan Rehabilitasi dan Restocking Pengkayaan Stok