Peninjauan ke lokasi kegiatan bertujuan :

swasta maupun perorangan yang terlebih dahulu mendapat izin dari instansi terkait. - Pemerintah daerah mengatur dan memberikan peluang bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha perikanan. - Memberi bantuan kredit kerjasama pemerintah dengan bank untuk pengembangan usaha kaitannya dengan wisata perikanan. Strategi “kelemahan - peluang” 1 Rehabilitasi Karang secara Alami maupun Artifisial dan Restocking Ikan Keberhasilan proyek pendirian bangunan AR sangat dipengaruhi oleh pemahaman yang baik tentang pengetahuan ekologi terumbu karang dan hubungannya dengan AR tersebut. Temuan dari hasil kajian dan percobaan ekologi laut menunjukkan bahwa pertumbuhan karang dan ikan dapat pulih pada habitat karang yang telah mengalami kerusakan yang cukup parah sekalipun, asal saja kebutuhan dasar untuk pertumbuhan karang temperatur, salinitas, kandungan oksigen, pH dan kejernihan air laut yang sesuai dapat dipenuhi. Berbagai jenis ikan yang biasa hidup di habitat karang dengan bersimbiosis dalam sistem ekologi habitat karang akan berdatangan ke lokasi terumbu karang buatan setelah beberapa tahun berjalannya waktu. Jenis ikan karang ikan kerapu dan lain-lain dapat ditebar untuk berkembang biak di sekitar terumbu karang buatan. Untuk mempercepat perkembangan populasi jenis ikan tertentu dapat dilakukan penebaran sejumlah anak ikan juvenile ke dalam areal terumbu karang atau fish sanctuary. Dalam pelaksanaan restocking ini ada beberapa tahapan yang harus dilakukan agar kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan sempurna, yaitu :

a. Peninjauan ke lokasi kegiatan bertujuan :

1. Mendapatkan informasi mengenai perairan umum yang akan dilakukan restocking. Informasi tersebut antara lain: luas, tingkat kesuburan, tingkat pemanfaatan pengusahaan, kedalaman, jenis-jenis ikan asli yang adapernah ada, gangguan hambatan yang dialami, usaha pembinaan yang pernah dilakukan, gangguan lingkungan pencemaran, peraturan perundangan pemerintah daerah setempat, dan lain-lain. Kualitas lingkungan sangat menentukan keberhasilan kegiatan sea ranching. Kondisi perairan TWAL Gili Indah yang bebas dari bahan pencemar merupakan hal yang ideal dalam penerapan sea ranching. Hal ini menjadi penting terlebih karena lokasi kegiatan sea ranching berdekatan dengan sentra penduduk dan kegiatan pariwisata. Hal ini disebabkan karena karakteristik perairan yang dinamis, dapat mengalir ke berbagai arah dalam waktu yang relatif singkat, sehingga dengan mudah membawa bahan pencemar dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Namun untuk tindakan preventiv diperlukan melalui pembatasan kegiatan pemanfaatan dan pengawasan dari pengelola TWAL Gili Indah. Terumbu karang di perairan TWAL Gili Indah ini telah banyak mengalami kerusakan yang cukup parah. Menurut informan, dibandingkan lima tahun yang lalu, karang disini perairan ini jauh berkurang. Ekosistem terumbu karang kawasan TWAL Gili Indah dari tahun-ketahun terus mengalami perubahan. Perubahan tersebut cenderung bersifat degradatif berkurang. Perubahan yang terjadi dapat diketahui dari perubahan luas tutupan, kemelimpahan dan keanekaragaman biota penyusunnya, terutama terumbu karang dan ikan karang. Sejalan dengan waktu dan peningkatan pemanfaatan, berdasarkan citra tahun 2004 diperoleh gambaran bahwa luasan tutupan karang hidup hanya tinggal 165,6 hektar dari 321 hektar tahun 1985 . Untuk itu perlu adanya suatu upaya untuk meminimalisir faktor-faktor tersebut dan melakukan upaya rehabilitasi kerusakan yang ada secara berkelanjutan. Bangunan AR dapat ditempatkan di bagian timur dan utara Gili Trawangan, untuk Gili Meno ditempatkan di bagian timur dan barat sedangkan untuk Gili Air AR dapat ditempatkan di bagian selatan dan barat pulau. Penetapan lokasi ini berdasarkan hasil penelitian kondisi terumbu karang saat ini. Hal ini mengingat persyaratan yang harus dipenuhi dalam pemasangan AR adalah harus berdekatan dengan habitat karang yang belum rusak total dengan arus dan gelombang laut, bibit karang secara alamiah akan terbawa dan menempel serta tumbuh di terumbu buatan yang dipasang. Substrat serpihan karang yang ada di kawasan ini memiliki cukup sumber larva karang dari dekat terumbu karang yang hidup. Dengan menggunakan tumpukan batu secara sederhana, dapat menjadi pilihan dalam pembuatan AR, disamping biaya rendah, rehabilitasi skala besar bisa menjadi pilihan yang cukup baik untuk mempertahankan struktur dasar terumbu karang, yang pada akhirnya akan mengembalikan terumbu karang, ikan dan kehidupan lainnya yang berasosiasi dengan terumbu karang. Untuk mempercepat pemulihan sumberdaya iakn maka dilakukan restocking ikan karang seperti kerapu, baronang, dan lain-lain. Secara konvensional artificial reef dapat juga diciptakan dari susunan ban, mobil bekas, kerangka mobil atau kapal yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Berdasarkan tata letaknya secara vertikal, artificial reef dibagi menjadi 2 yaitu artificial reef AR tipe mengapung dan tipe dasar. Dari hasil penelitian jenis ikan yang akan di restocking adalah kerapu, dengan demikian diperlukan letak terumbu artificial reef menggunakan tipe dasar. Artificial tipe ini ini umumnya digunakan untuk memperkaya hewan yang hidup di dasar seperti lobster, abalon dan ikan-ikan demersal. Artficial reef diletakkan atau disusun pada kedalaman 10-30 meter dan cara penyusunan dapat dilakukan secara individual, kelompok. 2. Mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakatpetani ikan penduduk yang bermukim di sekitar perairan TWAL Gili Indah. Terjadinya pergeseran mata pencaharian masyarakat Gili Indah ke arah sektor pariwisata telahmerasakan kehidupan lebih baik. Pengembangan pariwisata menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan penetingnya konservasi terumbu karang sebagai komoditas yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup meraka. Kegiatan budidaya sea ranching ditanggapi secara positif oleh masyarakat dan pengusaha pariwisata Gili Indah, Kegiatan rehabilitasi terumbu karang dan restoking ikan karang di Gili Indah harus dapat berjalan seacra berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi, dan dikelola dengan kesatuan institusional dan menajemen yang baik untuk mengatasi degradasi lingkungan dengan menerapkan konservasi, pendidikan, pelatihan dan peningkatan kapasitas dan pembagunan sumberdaya masyarakat Gili Indah.

b. Peninjauan sumber benih

Dokumen yang terkait

Analisis Perubahan Fungsi Lahan Di Kawasan Pesisir Dengan Menggunakan Citra Satelit Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut)

1 62 6

Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam

2 37 76

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PUNDI (Studi Kasus Pada Bank Nusa Tenggara Barat Cabang Praya, Lombok)

0 6 19

Konsep Komunikasi Pembentukan Positioning Daerah Tujuan Wisata Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 (Studi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB)

0 6 2

Kualitas pengasuhan anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) di Indonesia: PSAA Al-Ikhlas kabupaten Lombok Barat provinsi Nusa Tenggara Barat

1 6 56

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Bau Nyale Suku Sasak Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat (Studi Etnografi Komunikasi Pada Aktivitas Dalam UPacara Adat Bau NYale Suku Sasak Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat)

0 4 21

Potensi Hasil Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Satu Tahun Budidaya di Lahan Kering Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Yield Potential of Physic Nut (Jatropha curcas L.) at the First Years Cultivation on Dry Land of West Lombok, West Nusa Tenggara

0 0 7

View of Analisa Kinerja Pengelolaan Irigasi Di Daerah Irigasi Lemor, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat

0 0 10

i TUGAS AKHIR - Desain interior museum sasak di Mataram Lombok – Nusa Tenggara Barat dengan konsep modern kontemporer

1 1 13

Pelatihan Bahasa Inggris Bagi Karang Taruna Di Desa Wisata Lombok Kulon Bondowoso

1 1 6