Kesesuaian Lingkungan Perairan untuk Budidaya dengan Sistem Sea Ranching

∑ = − S i N ni N ni 1 ln Data ikan karang yang diperoleh selanjutnya dihitung kelimpahan indeks keanekaragaman dan dominansi ikan karang dengan rumus sebagai berikut : a Kelimpahan Bo = d x L dengan Bo kelimpahan ikan karang dalam ind, d kepadatan dalam indm 2 , L luas daerah penelitian dalam m 2 b Keanekaragaman H’ = dengan H’ Indeks keanekaragaman, i Jumlah jenis, ni Jumlah individu dalam spesies ke-i, dan N Jumlah seluruh individu, S jumlah jenis yang muncul Selanjutnya keanekaragaman H’ menurut Shannon dan Wiener 1963, diacu dalam Dirjen P3K, DKP 2002 dari ikan karang di lokasi penelitian dikategorikan sebagai berikut : 1 H’ 3.32 : Rendah 2 3.32 H’ 9.97 : Sedang 3 H’ 9.97 : Tinggi c Dominansi : Untuk menghitung dominansi jenis digunakan indeks Simpson yang dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : D = ∑ = n i pi 1 2 = ∑ n N ni 1 2 dengan D = Indeks Dominansi, P = niN, ni = jumlah individu spesies ke- i, N= jumlah total individu semua spesiesi = 1,2,3,…,s Nilai D berkisar antara 0 sampai 1 Odum, 1971, artinya : Jika nilai D mendekati 0, berarti hampir tidak ada individu yang mendominasi. Jika nilai D mendekati 1, berati ada salah satu genera yang mendominasi

3.4.2. Kesesuaian Lingkungan Perairan untuk Budidaya dengan Sistem Sea Ranching

Analisis Spasial Data kondisi biofisik perairan Gili Indah, sosial dijadikan acuan dalam menentukan kriteria kesesuaian lingkungan perairan. Penentuan lokasi perairan yang layak bagi ikan karang dengan sistem sea ranching dilakukan dengan bantuan perangkat sistem Informasi Geografis SIG. Perangkat lunak yang dijadikan adalah software ArcView GIS versi 3.3. Tahapan analisis dengan SIG Seleksi lokasi untuk kegiatan budidaya ikan karang dengan sistem sea ranching dengan menggunakan teknologi SIG melalui beberapa tahapan penting antara lain : Pengumpulan dan penyiapan data Tahapan awal dalam melakukan analisis SIG adalah menyiapkan peta dasar yang menjadi acuan pemasukan data spasial maupun data atribut. Peta dasar yang digunakan adalah peta Lingkungan Pantai Indonsia skala 1: 50.000, yang diperoleh dari bakosurtanal. Selain itu citra satelit Landsat 5 ETM tahun 2004 dari LAPAN dijadikan sebagai bahan untuk memutakhirkan peta dasar sehingga diperoleh kondisi terkini. Penggunaan lahan administrasi diperoleh dari Bappeda Kabupaten Lombok Barat dalam bentuk peta analog. Setelah peta dasar dan peta lainnya yang dibutuhkan tersedia, selanjutnya dilakukan scanning untuk mengkonversi peta analog tersebut menjadi peta digital. Data deskripsi yang berhubungan dengan data spasial bersumber dari laporan, statistik maupun hasil pengukuran langsung dari lapangan. Penyusunan Basis data data base Setelah data dikumpulkan maka dilakukan penyusunan basis data yang merupakan tahapan kedua dalam pengaplikasian Sistem Informasi Geogarfis SIG. Penyusunan basis data sangat tergantung pada maksud dan tujuan dari penggunaan SIG. Basis data SIG berisi kumpulan data yang berasal dari berbagai sumber dan jenis data, baik berupa data spasial maupun data atribut. Citra satelit diolah untuk mengahasilkan data digital yang dilakukan dalam beberapa tahapan yakni: proses pemulihan citra koreksi geometrik, penajaman citra, dan klasifikasi citra untuk mengelompokkan objek yang sama ke dalam kelas tertentu dengan bantuan software ER Mapper versi 6.0. Penyusunan matriks kesesuaian lingkungan perairan ini didasarkan pada parameter kesesuaian lingkungan perairan untuk sea ranching. Dalam penelitian ini kelas kesesuaian dibagi dalam 3 kelas yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai yang didefinisikan sebagai berikut: 1. Kelas S1; Sangat Sesuai higly suitable, yaitu perairan yang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi lingkungan perairan tersebut, serta tidak akan menambah masukan input dari biasa yang dilakukan dalam pengusahaan lingkungan perairan tersebut. 2. Kelas S2; Sesuai suitable, yaitu perairan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari. Pembatas tersebut mengurangi produkvitas perairan dan keuntungan yang diperoleh serta meningkatkan masukan input untuk mengusahakan lingkungan perairan. 3. Kelas N ; Tidak Sesuai not suitable, yaitu perairan yang mempunyai pembatas yang sangat beratpermanen, sehingga tidak mungkin untuk dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari. Analisis kelayakan dilakukan dengan menggunakan metode Weight Sum Model WSM yaitu data kualitas air yang diperoleh dibandingkan dengan nilai kritea yang sesuai dengan kecocokan budidaya dengan sistem sea ranching kemudian dikalikan dengan skor dimana: ¾ Skor 1 jika parameter yang teramati tidak sama dengan kriterianilai yang diinginkan atau diperbolehkan. ¾ Skor 2 jika parameter yang teramati sama dengan dengan kriterianilai yang diperbolehkan. ¾ Skor 3 jika parameter yang teramati sama dengan dengan kriterianilai yang diinginkan. Pembobotan diberikan berdasarkan nilai penting atau pengaruh suatu parameter terhadap pembudidayaan dengan sistem sea ranching yaitu: ¾ Bobot 1, jika parameter tidak mempunyai pengaruh bagi pembudidayaan ikan karang dengan sistem sea ranching. ¾ Bobot 2, jika parameter mempunyai pengaruh sedikit dan tidak terlalu penting bagi pembudidayaan ikan karang dengan sistem sea ranching. ¾ Bobot 3, jika parameter mempunyai pengaruh dan keterbatasan yang besar bagi pembudidayaan ikan karang dengan sistem sea ranching. Kriteria ini disusun berdasarkan parameter biofisik yang relevan dengan kegiatan budidaya perikanan. Adapun kriteria yang digunakan dalam penyusunan matriks kesesuaian sebagai acuan dalam penentuan lokasi sea ranching terdapat dalam Tabel 4. Tabel 4 Matriks kesesuaian lingkungan perairan untuk sea ranching No Parameter Kriteria Skor Bobot 1 Keterlindungan Sangat terlindung Terlindung Tidak terlindung 3 2 1 3 2 Penutupan karang Bagus 50 - 74,9 Sedang 25 - 49,9 Buruk 0,0 - 24,9 3 2 1 3 2 Kedalaman Perairan m 1– 30 1 - 3 atau 31- 40 0,5 atau 40 3 2 1 3 3 Arus cmdet 21-30 11-21 atau 30 - 45 11 atau 45 3 2 1 3 4 Salinitas ppt 29 – 31 25 -29 atau 31 - 35 25 atau 35 3 2 1 2 5 Suhu C 28-30 25-28 atau 30-33 25 atau 33 3 2 1 1 6 Subrat dasar laut Karang berpasir Pasir berkarang mati Pasir berlumpur 3 2 1 3 7 Kecerahan 80-100 80 – 60 60 3 2 1 2 8 DO ppm 7 5-7 3 3 2 1 1 9 Ortofospat ppm 0,1 1,0 - 0.9 0,9 3 2 1 2 10 Nitrat ppm 0,1 1,0 – 0,9 0,9 3 2 1 2 11 pH perairan 7 – 8 6 – 9 6 9 3 2 1 1 Modifikasi dari Direktorat Bina Program Perikanan 2001; Effendi, 2003 Analisis dengan menggunakan teknik overlay tumpang susun Pada tahapan ini digunakan model spasial dengan bantuan tool model builder. Adanya tool ini membantu untuk menganalisis model spasial yang dibagun dengan dengan basis grid. Model spasil yang dibagun ini dipresentasikan sebagai suatu diagram yang berbentuk flow chart Gambar 5 . Penggunaan model ini dapat membantu menilai area-area geografis sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan. Data parameter biofisik perairan yang diperoleh dalam bentuk titik, dilakukan interpolasi ke dalam bentuk grid yang kemudian hasilnya disusun dalam bentuk peta tematik. . Proses tumpang susun dilakukan terhadap parameter kesesuaian budidaya ikan karang dengan sistem sea ranching. Parameter yang dipakai untuk referensi pembuatan tumpang susun berdasarkan parameter-parameter pada Tabel 4. Tidak semua parameter dipakai dalam teknik tumpang susun, hanya beberapa parameter kunci dengan tingkat fluktuasi harian yang tinggi yang dapat dijadikan dasar pengerjaan tumpang susun. Parameter-parameter yang dimaksud meliputi parameter : keterlindungan, kedalaman, arus, salinitas, oksigen terlarut. kecerahan, ortofosfat, nitrat, seperti yang terlihat dalam Gambar 5. Gambar 5 Proses overlay penentuan lingkungan perairan yang sesuai untuk budidaya ikan karang dengan sistem sea ranching. Peta Kesesuaian Sea Ranching keterlindungan arus kedalaman Oksigen terlarut Ortopospat salinitas Nitrat Penutupan karang Selanjutnya dilakukan pengelompokkan kesesuaian lingkungan perairan yang terbagi ke dalam kelas Sangat Sesuai dan Sesuai dan Tidak Sesuai dengan menggunakan rumus : S 1 = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − 2 min max S S Keterangan : S 1 = Selang nilai kesesuaian lingkungan perairan S max = Indeks tumpang susun tertinggi S min = Indeks tumpang susun terendah Indeks tumpang susun dihitung berdasarkan Index Overlay Model, dimana setiap layar memiliki bobot dan skor. Nilai skor diperoleh berdasarkan kepentingan suatu kelas pada coverage yang sama terhadap kelas yang lain. Nilai bobot ditentukan berdasarkan tingkat kepentingan dari masing-masing coverage terhadap coverage yang lain, model matematisnya adalah : S = ∑ ∑ n i n i Wi SiWi Keterangan : S : Indeks terbobot pada area terpilih S i : Skor pada kelas ke-i dari peta ke-i W i : Bobot pada input peta ke-i n : Jumlah peta tematik parameter Indeks tumpang susun menggambarkan tingkat kesesuaian lingkungan perairan yang terbentuk. Nilai tumpang susun yang dihasilkan berada pada selang atau kisaran 1 sampai 3. Pada analisis site suitability kesesuaian perairanyang terbentuk diarahkan ke dalam lahan yang tingkat kesesuaian lingkungan tergolong ke dalam kelas Sangat Sesuai dan Sesuai dengan menghilangkan parameter-parameter ke dalam kelas lingkungan tidak sesuai pada hasil tumpang susun. Selang nilai untuk penentuan kelas kesesuaian lingkungan untuk sea ranching adalah : Sangat Sesuai S1 : 2,81 – 3,00 Sesuai S2 : 2,61 – 2.80 Tidak sesuai N : 1,00 – 2,60

3.4.3 Pemilihan Komoditas Ikan Karang yang Paling Sesuai

Dokumen yang terkait

Analisis Perubahan Fungsi Lahan Di Kawasan Pesisir Dengan Menggunakan Citra Satelit Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut)

1 62 6

Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam

2 37 76

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PUNDI (Studi Kasus Pada Bank Nusa Tenggara Barat Cabang Praya, Lombok)

0 6 19

Konsep Komunikasi Pembentukan Positioning Daerah Tujuan Wisata Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 (Studi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB)

0 6 2

Kualitas pengasuhan anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) di Indonesia: PSAA Al-Ikhlas kabupaten Lombok Barat provinsi Nusa Tenggara Barat

1 6 56

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Bau Nyale Suku Sasak Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat (Studi Etnografi Komunikasi Pada Aktivitas Dalam UPacara Adat Bau NYale Suku Sasak Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat)

0 4 21

Potensi Hasil Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Satu Tahun Budidaya di Lahan Kering Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Yield Potential of Physic Nut (Jatropha curcas L.) at the First Years Cultivation on Dry Land of West Lombok, West Nusa Tenggara

0 0 7

View of Analisa Kinerja Pengelolaan Irigasi Di Daerah Irigasi Lemor, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat

0 0 10

i TUGAS AKHIR - Desain interior museum sasak di Mataram Lombok – Nusa Tenggara Barat dengan konsep modern kontemporer

1 1 13

Pelatihan Bahasa Inggris Bagi Karang Taruna Di Desa Wisata Lombok Kulon Bondowoso

1 1 6