2 TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan ngara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan dan hampir 80 dari total area adalah habitat laut yang memiliki karakteristik spesifik.
Penangkapn ikan yang berlebihan oleh nelayan, cara-cara penangkapan yang destuktif, dan penurunan mutu lingkungan akibat bahan-bahan pencemar telah
menyebabkan penurunan hasil tangkapan ikan di beberapa wilayah perairan. Sea ranching merupakan salah satu alternatif pengelolaan yang dapat
dipertimbangkan dalam memperbaiki produktivitas penurunan perikanan pantai.
2.1 Konsep Sea Ranching
Ranching adalah pemeliharaan ikan dalam suatu kawasan perairan dan kawasan tesebut memiliki isolasi alamiah sehingga ikan yang ditebar restocking
biasa dipastikan tidak bisa berpindah tempat dan dapat ditangkap kembali recapture Effendi, 2004. Kegiatan ranching di perairan laut disebut sea
ranching. Lebih lanjut dikatakan perairan pantai suatu pulau yang ditumbuhi oleh terumbu karang dan ikan yang suka pada kondisi ikan tersebut ikan karang,
seperti kerapu, kakap putih, napoleon, baronang, lobster, teripang, dan abalone. Ikan ini tidak mungkin meninggalkan kawasan tersebut dan bermigrasi menyusur
tubir hingga ke laut dalam atau laut lepas. Sebaliknya, ikan yang berasal dari laut lepas seperti ikan pelagis kecil dan pelagis besar, misalnya tuna dan cakalang
tidak mungkin masuk ke dalam kawasan terumbu karang hingga mencapai suatu pulau karena kawasan tersebut bukanlah habitatnya.
Untuk dapat mengerti lebih baik tentang sea ranching, peternakan di darat dapat dijadikan sebagai analoginya. Di kenal dua jenis peternakan yaitu: 1
suatu peternakan pada suatu padang yang luas, dimana ternak-ternak dibiarkan memakan rumput lair contoh: Amerika, Australia, dan Mongolia dan 2
Peternakan dalam skala yang lebih kecil dimana ternak-ternak diberi makan dari tanaman yang dibudidayakan yang dicampur dengan makanan buatan dan
mengambil tempat di pengunungan atau daerah terpencil contoh: Jepang, Swiss. Yang menjadi essensi rasional keduanya adalah meningkatkan produksi
melalui pemanfaatan alam dan kebijakan manusia sebagai pengguna, dimana untuk aplikasi di laut konsep ini akan lebih kompleks bila dibandingkan dengan
aplikasi di daratan Bell, 1999.
Sea ranching berbeda dengan maricultur, namum dalam pelaksanaanya ada pentahapan dimana prinsip maricultur dipertimbangkan sebagai bagian yang
penting dalam konsep sea ranching, karena sebelum pelepasan ikan udangkerang-kerangan ke perairan dilakukan kegiatan budidaya pada stadia
dimana ikan udangkerang-kerangan masih dianggap lemah. Secara teknis kegiatan sea ranching berbeda dengan mariculture. Sea ranching akan sangat
tergantung dari karakteristik geografi dan hidrografi wilayah, sehingga elemen teknologi yang dipergunakan akan sangat disesuaikan dengan lokasi. Dalam
skala besar dianologikan dengan kegiatan melepaskan benih ikan ke perairan alami tanpa adanya pemberian pakan, jadi alam yang memelihara dan kita
tinggal menangkapnya. Sedangkan maricultur adalah adanya suatu area tertentu di perairan pantai yang banyak terdapat kumpulan KJA, rakit-rakit. Jadi
dalam pengertian ini komoditi yang dibudidayakan berada dalam wadah atau area yang terbatas in captivity dan terdapat pemberian pakan buatan dan
adanya menejemen budidaya yang baik Azwar, 1990. Dalam sea ranching pengendalian manusia mulai berkurang dimana
segala sesuatu kehidupan tergantung kepada daya dukung kehidupan setempat. Pengendalian dalam sea ranching hanya terletak pada pengontrolan dan
pengaturan penangkapan melalui pengawasan alat tangkap daerah musim tangkap dan ukuran ikan yang boleh ditangkap. Kegiatan sea ranching meliputi
beberapa kegiatan antara lain: survei penentuan lokasi, perbaikan habitat dengan pemasangan habitat tiruan artificial reef, penumbuhan sea weed secara
alami atau dengan menyiapkan bibit yang telah disiapkan, pemilihan jenis ikan, udang dan kerang-kerangan yang akan dilepas ke laut, pengelolaan,
penangkapan dan pengorganisasian Azwar dan Ismail, 2001 Menurut Liao dalam Moksness 1999, dalam pemilihan komoditas
spesies ikan yang akan dilepas ke laut, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Faktor-
faktor tersebut terdiri dari: 1 dapat dengan mudah beradaptasi, 2 mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat, 3 bernilai ekonomi high market value, 4
suplai benih dapat dengan mudah diperoleh dari hatchery, 5 feeding habits dari larva harus jelas baik secara ekologi maupun fisiologi, 6 sumber makanan
bagi organisme cukup, 7 resisten terhadap penyakit. Menurut Maasaru 1999, sea ranching mempunyai dua tipe yaitu 1
harvest type dan 2 recruitment type. Pada jenis harvest type benih yang akan
STOK BENIH PRODUKSI BENIH
PEMELIHARAAN PUSAT BUDIDAYA
PELEPASAN PEMBESARAN
PEMANENAN
PEMASARAN
RANCHING
SEA
ditebar akan diproduksi dan dibesarkan sampai ukuran tertentu di hatchery, pemanenan di alam dilaksanakan pada saat organisme tersebut telah mencapai
ukuran komersial. Dalam hal ini penebaran dan penangkapan kembali dilaksanakan berulang-ulang pada setiap musim tertentu. Disini sangat penting
sekali untuk diperhatikan adalah meningkatkan daerah penangkapan, memelihara mutu lingkungan perairan dan melakukan penangkapan kembali
secara efisien Gambar 2.
Gambar 2 Tipe Pemanenan atau Harvest Type Sea Ranching Maasaru,1999. Pada tipe kedua, benih dihasilkan dan dibesarkan di hatchery yang
ditebar pada suatu wilayah perairan dibiarkan sampai saat reproduksi, jadi benih yang ditebar diharapkan akan tumbuh, matang telur, memijah dan kemudian
menetas pada daerah penangkapan untuk reproduksi secara alami dengan bantuan pengelolaan perikanan yang memadai. Pada kasus ini, tidak semua ikan
yang tumbuh tertangkap kembali, beberapa ikan dewasa akan tetap tinggal menjadi induk. Penerapan akan ditangguhkan setelah sumberdaya yang baru
hidup mapan dan pada waktu yang bersamaan pengelolaan perikanan yang
memadai harus dilakukan dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya dan lingkungan, seperti yang tertera dalam Gambar 3.
Gambar 3 Tipe Penerimaan atau Recruit Type Sea Ranching Maasaru, 1999. Menurut Bartley 1999 dalam menerapkan metode ini diperlukan
pemahaman kondisi lingkungan. Tidak semua lingkungan perairan yang terdapat di laut dan pantai dapat dimanfaatkan. Lingkungan yang sesuai yang dapat
dimanfaatkan untuk sea ranching dapat berupa perairan karang, dengan beberapa persyaratan berikut :
• Perairan tenang terlindung dari arus dan gelombang yang cukup kuat. • Kedalaman perairan 5 -15 meter.
• Dasar perairan sebaiknya sesuai dengan habitat asal ikan yang akan di restocking.
STOK BENIH PRODUKSI BENIH
PEMELIHARAAN PUSAT BUDIDAYA
PELEPASAN JUVENILE
PERBAIKAN LINGKUNGAN
PEMANENAN SEA RANCHING
KONTROL LINGKUNGAN PEMBENIHAN
PENELURAN
PEMATANGAN TUMBUH
DEWASA
PEMASARAN
• Bebas dari bahan cemaran, sehingga lokasi budidaya harus jauh dari kawasan industri maupun pemukiman yang padat.
• Mudah dicapai dari darat dan dari tempat pemasok sarana produksi budidaya
Secara regular kegiatan restocking benih ikan dimasukkan ke dalam kawasan sea ranching Nurhakim, 2001. Pemanenan dilakukan oleh nelayan
dengan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan bubu, pancing dan sebagainya. Untuk harmonisasi antara hatchery yang melakukan kegiatan
restocking dan nelayan yang melakukan kegiatan pemanenan penangkapan maka dibutuhkan kelembagaan yang memadai.
Pola sea ranching telah banyak yang dapat diterapkan berdasarkan
ekologi dan potensi alam suatu wilayah, baik yang targetnya satu spesies maupun yang diversifikasi spesies. Dalam pola sea ranching kompleks dapat
diterapkan secara terpadu seperti pertanian. Hewan-hewan dasar dapat berkembang artifcial dasar yang diikuti dengan restocking hewan yang
habitatnya di dasar, sedangkan hewan yang bergerak di bagian permukaanmelayang dapat ditetapkan tipe mengapung. Untuk suplai benih ikan,
udang dan kerang-kerangan yang akan dilepaskan ke alam harus didukung atau tersedianya pusat pembenihan Azwar dan Ismail, 2001.
2.2 Program Stock Enhancement dan Sea Ranching