makan, sebaliknya pada siang hari spesies diurnal mencari makan dan spesies nokturnal bersembunyi. Pada habitat terumbu karang, keberadaan ruang lebih
menjadi faktor pembatas dibanding pakan, sehingga ruang di daerah terumbu karang dapat menggambarkan distribusi ikan karang. Selain itu, beberapa ikan
berdistribusi berdasarkan keadaan pasang surut Russel, Anderson, Golman, 1987.
Asosiasi habitat dapat digunakan untuk menjelaskan pola distribusi ikan karang dan banyak spesies mempunyai distribusi geografis yang luas. Kelompok
ikan yang selalu berasosiasi dengan karang akan mencapai kelimpahan yang sangat tinggi dalam habitat yang mempunyai kisaran geografis besar. Asosiasi ini
kemungkinan dapat dijadikan sebagai penjelasan tentang biogeografi Choat dan Bellwood, 1991. Menurut White 1987, dasar perairan merupakan salah satu
faktor utama yang menentukan pola distribusi dan kelimpahan ikan karang. Beberapa famili ikan karang yang umum dijumpai di daerah terumbu
karang yang dikelompokkan berdasarkan peranannya adalah sebagai berikut
Kuiter, R. H. 1992 ;
1. Ikan target: Ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi seperti; Seranidae,
Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae, Siganidae Labridae Chelinus, Himigymnus, choerodon dan Haemulidae. Salah satu contoh ikan
target adalah Ikan kerapu dari famili Seranidae dalam dunia internasional dikenal dengan nama groupertrout. Ikan jenis ini merupakan ikan konsumsi yang
dipasarkan dalam keadaan hidup.
2. Ikan indikator: Sebagai ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat
hubunganya dengan kesuburan terumbu karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae kepe-kepe.
3. Ikan mayor Mayor Family: Ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dan banyak dijadikan ikan hias air laut seperti: Pomacentridae, Caesionidae,
Scaridae, Pomacanthidae, Labridae, Apogonidae dll. Contoh: ikan badut Clown fish dari famili Pomacanthidae.
2.4 Interaksi Ikan Karang dengan Karang
Keterkaitan ikan pada terumbu karang disebabkan karena bentuk pertumbuhan karang menyediakan tempat yang baik bagi perlindungan. Karang
merupakan tempat kamuflase yang baik serta sumber pakan, dengan adanya
keragaman jenis hewan atau tumbuhan yang ada. Beberapa jenis ikan yang hidup di tepi karang, menjadikan karang sebagai tempat berlindung, dan daerah
di luar karang sebagai tempat mencari makan Barnes, 1980 Interaksi antara ikan karang dengan terumbu karang sebagai habitat telah
dipelajari oleh Choat dan Bellwood 1991, yang memperoleh tiga hubungan berbentuk umum yaitu :
a Interaksi langsung sebagai tempat berlindung dari predator atau
pemangsa terutama bagi ikan-ikan muda. b Interaksi dalam mencari makan yang meliputi hubungan antara ikan
karang dan biota yang hidup pada karang termasuk alga. c Interaksi tidak langsung sebagi akibat struktur karang, kondisi hidrologi
dan sedimen. Kelimpahan dan keanekaragaman jenis ikan di wilayah terumbu karang
memperlihatkan hubungan yang positif dengan penutupan karang hidup Bell et al., 1985; Adrim, Hutomo, 1989. Satmanatran 1992 , menemukan kekayaan
jenis ikan berkolerasi tidak nyata dengan berbagai komponen-komponen penutupan karang Acropora, non-Acropora, total karang hidup dan total karang
mati, sedangkan kelimpahan individu berkorelasi sangat nyata dengan komponen non-Acropora dan total karang hidup.
2.5 Perkembangan Pariwisata dan Interaksinya dengan Kegiatan Perikanan
Pembangunan pariwisata mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional, terutama sebagai penghasil devisa,
meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan penghasilan dan taraf hidup serta menstimulasi sektor-sektor lainnya Novita, 1996. Dalam kaitannya dengan
kegiatan perikanan, sebenarnya pariwisata dapat memberikan kontribusi yang cukup baik dan menguntungkan. Produksi dan hasil tangkap dari nelayan dengan
mudah dapat dijual, dengan harga yang cukup baik, bahkan dapat digolongkan mahal. Disamping itu dengan meningkatkan penampilan dan keberhasilan
perahu-perahu nelayan, para nelayan dapat memfungsikan perahu mereka untuk angkutan pariwisata terbatas misalnya, mengantar wisatawan di sekitar pantai
untuk menikmati keindahan pantai, dan mengantar wisatawan memancing. Program
sea ranching merupakan hal yang penting untuk mengembangkan dan mengelola pariwisata perikanan. Sea ranching dan stock
enhancement dapat memperbaiki sumberdaya perikanan untuk wisata perikanan
yang berkelanjutan Liao, 1997 in Moksness, 1999. Di Taiwan, wisata perikanan seperti wisata memancing recreation fishing telah mengalami perkembangan
yang signifikan sejak penerapan sea ranching dan stock enhancement, akibat terjadinya penurunan secara terus menerus karena maraknya penggunaan trawl.
Dengan penggunaan artifisial reef sangat efektif dalam menciptakan habitat yang baik bagi sumberdaya perikanan.
Kegiatan perikanan tangkap yang terletak pada kawasan yang sama dengan pariwisata pantai atau bahari, selama ini belum begitu banyak
dikembangkan sebagai potensi yang bisa memikat wisatawan di Indonesia. Bahar dan Bahruddin 1993 menyatakan bahwa negara-negara maju seperti
Amerika, kegiatan berupa memancing sudah sejak lama dikembangkan sebagai kegiatan rekreasi. Nelayan tradisional yang memanfaatkan perahu jukung
sebagai sarana untuk menuai hasil, dapat dijadikan sebagi aktraksi yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Mengoperasikan alat
tangkapan ikan merupakan pekerjaan sehari-sehari bagi nelayan. Situasi ini mempunyai daya tarik tersendiri, karena dengan hasil tangkapan yang mereka
peroleh dapat dijual kepada para pelancongwisatawan sebagai oleh-oleh.
2.6 Evaluasi Kesesuaian Lahan