3.4.3 Pemilihan Komoditas Ikan Karang yang Paling Sesuai
Pemilihan jenis ikan ini juga didasarkan dari data dan informasi yang diperoleh dari lapangan dan para pembuat kebijakan serta ahli yang memiliki
pengetahuaan tentang perikanan karang. Alternatif komoditas ikan yang akan dibudidayakan dilakukan dengan penentuan ranking dan scoring kemudian
dianalisis dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP dengan pengolahan data berbasis komputer menggunakan software Expert Choice 2000.
Penggunaan Analytical Hierarchy Process AHP dalam pemilihan
komoditas ikan karang karena aspek dan kriteria yang menjadi pertimbangan cukup banyak, kompleks dan tidak terstruktur. Pengambilan keputusan dengan
menggunakan AHP dimungkinkan dengan menyederhanakan semua aspeks kriteria yang tidak terstruktur tersebut, ditata ke dalam bagian komponen suatu
susunan hierarki, selanjutnya diberikan pertimbangan secara numerik oleh responden.
Langkah-langkah dalan analisis data dengan AHP adalah: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada
tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya, perbandingan berdasarkan judgment dari
para pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Untuk mengkuantifikasi data kualitatif
pada materi wawancara digunakan nilai skala komparasi 1 – 9 berdasarkan Skala Saaty.
4. Melakukan perbandingan berpasangan. Kegiatan ini dilakukan oleh stakeholder yang berkompeten berdasarkan hasil analisis stakeholder.
5. Menghitung akar ciri, vektor ciri, dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi atau dikoreksi. Indeks Konsistensi
CI menyatakan penyimpangan konsistensi dan menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu penilaian perbandingan berpasangan. Nilai
pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban dari responden karena akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil.
Penyusunan hirarki komoditas budidaya ikan karang dengan sistem sea ranching secara sederhana disajikan dalam Gambar 6.
Goaltujuan kriteria
alternatif
Gambar 6 Hirarki pemilihan komoditas ikan karang dengan sistem sea ranching.
3.4.4 Strategi Pengembangan Budidaya Ikan Karang dengan Sistem Sea Ranching dalam Mendukung Wisata Bahari dengan Analisis SWOT
Strategi pengembangan sumberdaya perikanan karang dilakukan dengan metode SWOT. Penentuan faktor internal kekuatan-kelemahan dan faktor
eksternal peluang- ancaman dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuisioner. Secara umum metoda tersebut berdasarkan keterlibatan langsung
dari pendapat atau aspirasi dari masyarakat setempat beserta stakeholders lain yang lebih berkompeten para ahli. Penentuan arahan strategi pengembangan
budidaya ikan karang dengan sistem sea ranching selanjutnya dikembalikan lagi kepada masyarakat dengan mempertimbangkan pendapat dari para ahli.
Program yang dijalankan sedapat mungkin digali dari aspirasi masyarakat setempat sebagai pengguna.
Berdasarkan Rangkuti 2004 tahapan analisa SWOT dalam penyusunan perencanaan strategi suatu pengelolaan terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1 Tahap pengumpulan data : terdiri dari data internal meliputi kekuatan
dan kelemahan yang dibuat dalam bentuk matriks IFAS Internal Factor Analysis Summary, serta data eksternal berupa peluang dan ancaman
yang dibuat dalam matriks EFAS External Factor Analysis Summary. 2
Tahapan analisis : berupa menganalisis IFAS dan EFAS dengan memberi bobot nilai dengan selang skala 0 – 1, dengan ketentuan nilai
Kondisi pasar
Pemilihan komoditas ikan karang dengan sistem sea ranching
Kesesuaian perairan
Ketersedia an benih
Teknologi sea ranching
Kerapu
Kakap Lobster
Teripang
1 jika faktor tersebut sangat penting sampai nilai 0 jika faktor tersebut tidak penting. Selanjutnya memberi rating nilai dengan selang skala 0 -
4, dimana penilaian tersebut berdasarkan kondisi kenyataan yang terjadi di TWAL Gili Indah terhadap faktor yang telah ditentukan.
Semakin mendekati kenyataan terhadap faktor SWOT nilainya semakin besar untuk kekuatan dan peluang, dan semakin kecil untuk faktor
kelemahan dan ancaman. 3
Setelah pemberian nilai pada bobot dan rating, selanjutnya ditentukan nilai skore dengan mengkalikan antara bobot dengan rating. Hasil dari
total skore menunjukkan informasi sebagai berikut: Untuk matrik IFAS:
a. Total skore 1 : Situasi internal masyarakat Gili Indah
dalam pengelolaan perikanan sangat buruk b. Total skore 4
: Situasi internal masyarakat Gili Indah dalam pengelolaan perikanan sangat baik
c. Total skore 2 – 3 : Situasi internal masyarakat Gili Indah
dalam pengelolaan perikanan pada tingkat rata-rata
Untuk matrik EFAS : a. Total skore 1
: Masyarakat tidak mampu memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman
b. Total skore 4 : Masyarakat telah sangat baik sekali
memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman
c. Total skore 2 – 3 : Masyarakat mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata
Selengkapnya mastriks IFAS dan EFAS adalah seperti pada Tabel 5. Tabel 5 Mastriks IFAS dan EFAS
Faktor Internal Eksternal Bobot
Rating Skore
Kekuatan kelemahan Peluang ancaman
Total
4 Tahapan selanjutnya adalah pengambilan keputusan untuk perumusan
strategi dengan menggunakan matrik SWOT dari data analisis IFAS dan EFAS. Matrik tersebut menghasilkan empat set kemungkinan
alternatif strategi sebagai berikut : a Strategi SO kekuatan-peluang, yaitu memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar- besarnya
b Strategi ST kekuatan-ancaman, yaitu menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
c Strategi WO kelemahan-peluang, yaitu memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada
d Strategi WT kelemahan-ancaman, yaitu berusaha meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Selengkapnya matrik SWOT dapat dilihat pada contoh Tabel 6. Tabel 6 Matrik SWOT
IFAS EFAS
Kekuatan ”S” strengths
Kelemahan ”W” weakness
Peluang ”O”
opportunies
Strategi SO : Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang Strategi WO :
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
Ancaman ”T” treaths
Strategi ST : Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT : ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Administratif
Secara geografis Kawasan Taman Wisata Alam Laut TWAL di Desa Gili Indah terletak pada 8
20
,
LS sampai dengan 8 23
,
LS dan 116 00 BT sampai
dengan 116 10
,
BT. Pemerintah Desa Gili Indah secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa
Tenggara Barat. Batas-batas wilayah Desa Gili Indah sebagai berikut Monografi Desa Gili Indah, 2005.
• Sebelah Utara : Laut Jawa • Sebelah Timur : Selat Sira
• Sebelah Selatan : Perairan Teluk Kombal • Sebelah Barat : Selatan Lombok
Desa Gili Indah terbentuk berdasarkan SK Gubernur No. 20, tanggal 23 Januari 1995 dan merupakan pecahan dari Desa Pemenang Barat, Kecamatan
Tanjung. Keberadaannya sangat unik jika dibandingkan dengan desa-desa lain, karena merupakan satu-satunya desa yang wilayahnya terdiri dari tiga pulau
kecil, yaitu Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Kawasan ini juga telah ditunjuk sebagai Taman Wisata Alam TWAL berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 85 Kpts-II1993 tanggal 16 Februari 1993 dengan luas wilayah 2.954 hektar dan luas daratan 665 hektar. Dari ketiga pulau di Gili Indah,
Gili Trawangan merupakan pulau yang terbesar dengan luas 340 hektar dan keliling pulau 10 km, disusul Gili Air seluas 175 hektar dan keliling pulau 5 km,
serta Gili Meno seluas 150 hektar dan keliling pulau 4 km.
4.1.1 Kondisi Demografis