Bantaeng terdapat TK 39 buah, SD Negeri dan Swasta 143, SD Luar Biasa 1, SLTP 61, SLTP Terbuka dan SLTA 38 yang ditunjang oleh Laboratorium dan
Perpustakaan. 4.2.3 Kesehatan
Aspek kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat maka semakin
tinggi derajat kesehatannya. Masyarakat yang sudah sejahtera berarti kebutuhan primernya sudah terpenuhi, termasuk aspek kesehatan. Kalaupun mereka sakit,
mereka punya kemampuan pendanaan untuk berobat.
Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Bantaeng diarahkan agar pelayanan kesehatan meningkat lebih luas, lebih merata dan lebih terjangkau oleh
masyarakat sehingga dapat menghasilkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih tinggi. Dan pada akhirnya setiap orang bisa hidup lebih produktif secara sosial
maupun secara ekonomis. Penyediaan sarana pelayanan kesehatan berupa rumah sakit puskesmas
dan tenaga kesehatan semakin ditingkatkan sesuai dengan rencana pentahapannya. Demikian juga dengan penyediaan obat-obatan, alat kesehatan, pemberantasan
penyakit menular dan peningkatan penyuluhan dibidang kesehatan. Sarana unit pelayanan kesehatan yang tersedia sudah cukup memadai, dan lokasinya sudah
menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Bantaeng Lampiran 5. Demikian juga dengan berbagai jenis tenaga dalam lingkup kesehatan.
Dilihat dari jumlah dan jenisnya sudah cukup lengkap sesuai dengan kelas unit pelayanan yang tersedia Lampiran 6. Selain itu. juga terdapat terdapat aspek
penunjang di bidang kesehatan yakni apotek 5 buah dan toko obat 18 buah. Baik personil lingkup kesehatan maupun unit pelayanannya cukup memadai dan akses
ke lokasinya terjangkau oleh transportasi umum.
4.2.4 Kelembagaan
Cooley dalam Soemardjan dan Soemardi 1964 mendefinisikan lembaga sebagai
Suatu norma dan tata cara yang bersifat tetap. Menurut Kartodiharjo et al.
1999, kelembagaan merupakan suatu sistem yang kompleks, rumit, abstrak, yang mencakup idiologi, hukum adat-istiadat, aturan, kebiasaan yang tidak
terlepas dari lingkungan. Kelembagaan mengatur apa yang dilarang dikerjakan
oleh individu atau perorangan maupun organisasi. Oleh karena itu kelembagaan adalah instrumen yang mengatur hubungan antara individu.
Sesuai dengan rumusan tersebut di atas maka kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan modern berupa Perda maupun kelembagaan tradisional yang
berupa aturan adat dan kehidupan sosial masyarakat. Kelembagaan yang berhubungan langsung dengan kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten
Bantaeng berupa Peraturan Pemerintah Perda dan aturan lokal . Dalam bentuk Perda yakni Perda No. 5 Tahun 2004 tentang perizinan dan retribusi kegiatan-
kegiatan di wilayah perairan Kabupaten Bantaeng. Perda ini belum secara spesifik mengatur tentang budidaya rumput laut,dalam hal zonasi, waktu menanam agar
masyarakat tidak mengalami kerugian akibat musim yang tidak cocok untuk budidaya rumput laut, ataupun hal-hal yang bisa berkontribusi untuk
mengembangkan dan memajukan kegiatan budidaya rumput laut. Perda tersebut hanya terbatas pada peraturan pemungutan retribusi saja. Setiap lahan kegiatan
budidaya rumput laut seluas satu ha dikenakan retribusi Rp50 000tahun. Aturan lokal yang ada dan disepakati oleh nelayan rumput laut hanya mengatur tentang
ganti rugi. Nelayan rumput laut yang lahannya ataupun budidaya rumput lautnya rusak akibat kelalaian pihak lain, karena tertabrak perahu misalnya, akan diganti
oleh orang yang menyebabkan kerusakan tersebut dengan nilai sesuai harga yang dirusak dan hasil kesepakatan.
Lembaga institusi adalah sistem, norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau sekumpulan
kebiasaan atau tata kelakuan yang berkisar pada suatu pokok manusia. Horton dan Hunt 1991; Cohen 1992. Lembaga institusi lingkungan yang dikemukakan
oleh Alikodra 2004 mencakup berbagai organisasi yang ada, seperti lembaga formal yang memiliki fungsi dan peranan dibidang lingkungan, LSM, norma dan
nilai-nilai sosial, termasuk frame-work politik, program-program lingkungan, pola komunikasi dan gerakan-gerakan sosial.
Ada beberapa macam lembaga yang berkaitan dengan kegiatan budidaya rumput laut antara lain, lembaga sosial, lembaga ekonomi dan lembaga
penyuluhan. Lembaga sosial di wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng yang berkaitan dengan kegiatan budidaya rumput laut adalah kelompok nelayan rumput
laut.
Kelompok nelayan rumput laut terbentuk pertama kali pada tahun 1999 di kecamatan Bissapu dengan nama kelompok nelayan rumput laut Mattoanging.
Namun kelompok nelayan rumput laut ini hanya aktif pada awal terbentuknya dan pada saat akan ada bantuan dari pemerintah. Selebihnya hanya tinggal nama saja.
Kemudian pada tahun 2004, Mitra Bahari, salah satu LSM di Kabupaten Bantaeng membentuk kelompok nelayan rumput laut untuk mewadahi pemberdayaan
masyarakat khususnya nelayan rumput laut yang difasilitasi oleh Bappenas dalam bentuk program pengembangan masyarakat pesisir dan nelayan kecil marginal
fishing community development pilot . Namun kelompok yang telah terbentuk ini
tidak bertahan lama. Nama kelompok nelayan rumput laut tetap ada akan tetapi aktifitas kelompok tani rumput laut ini tersendat setelah proyek berakhir.
Kelembagaan ekonomi, seperti koperasi simpan pinjam, koperasi yang menyediakan peralatan budidaya rumput laut, atapun lembaga perkreditan rakyat,
yang sangat dibutuhkan oleh nelayan rumput laut sampai saat ini belum tersedia. Seperti umumnya masyarakat nelayan dan nelayan rumput laut di Indonesia,
nelayan rumput laut di Kabupaten Bantaeng juga mengalami kendala permodalan untuk mengembangkan kegiatan budidayanya. Lembaga keuangan umum yang
ada seperti Bank sangat sulit bahkan tidak mungkin diakses oleh nelayan rumput laut. Di samping karena persyaratan administrasi yang rumit juga karena harus
punya agunan. Nelayan rumput laut hanya punya lahan yang sampai saat ini masih berupa hak pakai sehingga tidak ada nilai agunanannya. Sebab itu untuk
memenuhi segala kebutuhannya baik dalam hal permodalan, pemenuhan kebutuhan sehari-hari ataupun bahan untuk konstruksi areal budidaya rumput laut,
nelayan rumput laut umumya meminjam pada rentenir dan pedagang pengumpul rumput laut. Cara ini sebenarnya memberatkan dan merugikan nelayan rumput
laut karena mereka menjadi terikat, dalam menjual hasil produksi rumput laut. Mereka harus menjualnya kepada sipemberi pinjaman dan harga produksi rumput
laut ditentukan oleh si pemberi pinjaman. Tingkat penguasaan nelayan rumput laut terhadap teknologi kegiatan
budidaya rumput laut terbilang cukup lumayan. Tanpa mengurangi peran pemerintah dalam membantu nelayan rumput laut untuk mengelola kegiatan
budidaya rumput lautnya, nelayan lebih banyak belajar secara otodidak dan belajar dari sesama nelayan rumput laut. Mereka bisa melakukan hal-hal yang
benar untuk menyelamatkan kegiatan budidaya mereka. Misalnya pada saat musim hujan mereka akan menenggelamkan bentangan rumput laut mereka
dengan cara mengisi air pada botol pelampungnya. Namun untuk masalah yang lebih rumit dan pengetahuan yang masih baru mereka memerlukan penyuluh
budidaya rumput laut untuk membantu mereka. Akan tetapi sampai saat ini pemerintah belum menyediakan tenaga kerja penyuluh yang khusus untuk
budidaya rumput laut. Informasi yang didapatkan dari hasil wawancara terhadap responden,
bahwa sistem sosial dalam kegiatan budidaya rumput laut masih memiliki ikatan yang sangat kuat. Secara umum kebiasaan bergotong royong dalam melakukan
suatu pekerjaan masih terpelihara dengan baik. Hanya sebagian kecil saja nelayan rumput laut yang tidak mau repot, terutama yang mempunyai modal lumayan,
yang mengupahkan sebagian besar kegiatan budidayanya. Beberapa jenis kegiatan dalam kegiatan budidaya rumput laut umumnya masih dilakukan secara gotong
royong oleh sesama nelayan rumput laut, misalnya, pemasangan bentangan bibit penanaman pada areal budidaya dan pemanenan dilakukan dengan cara
bergiliran diantara para nelayan rumput laut tersebut. Pemilik yang sedang dikerjakan lahannya hanya menyiapkan makanan, kopi dan rokok untuk para
nelayan rumput laut yang membantu. Pekerjaan lainnya seperti penjemuran dan pengepakan rumput laut ke dalam karung, dilakukan bersama-sama dengan
anggota keluarga lainnya, sehingga yang diupahkan hanya pekerjaan pengikatan bibit pada bentangan.
Kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng telah menjadi mata pencaharian utama ribuan RTP sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Kegiatan budidaya juga sangat baik ditinjau dari aspek sosial karena mampu mengurangi pengangguran, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir
khususnya nelayan rumput laut dan berkontribusi terhadap PAD walaupun masih kecil nilai nominalnya. Hal yang tak kalah pentingnya, kegiatan budidaya rumput
laut mampu diandalkan dalam upaya konservasi sumberdaya laut dengan mengalihkan mata pencaharian yang selama ini merusak sumberdaya laut
tersebut. Sebagai mata pencahariaan utama, tingkat ketergantungan masyarakat
wilayah pesisir khususnya nelayan rumput laut terhadap kegiatan budidaya
rumput laut cukup tinggi. Hal ini disebabkan relatif masih kurangnya pekerjaan alternatif di wilayah pesisir. Selain itu, saat ini kegiatan budidaya rumput laut
merupakan mata pencaharian yang paling menguntungkan dan menjadi harapan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya
nelayan rumput laut di masa depan. Budidaya rumput laut juga telah mengubah salah satu aspek sosial-budaya
dan ekonomi masyarakat. Masyarakat yang selama ini terpinggirkan dari kegiatan penangkapan ikan yang menjadi mata pencaharian utama, seperti perempuan,
anak-anak dan orang tua, kini bisa terlibat dan mendapat manfaat langsung dalam kegiatan budidaya rumput laut. Mereka mengerjakan pengikatan bibit rumput laut
pada bentangan yang akan ditanam. Upahnya memang relatif kecil namun bagi mereka yang selama ini tidak berpendapatan, sudah sangat berarti untuk
membantu pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu mereka juga memungut sisa panen yang banyak tercecer pada saat pemindahan rumput laut
dari perahu ke tempat penjemuran, kemudian dijual ke pedagang pengumpul. Waktu mereka terisi dengan sesuatu yang produktif. Selama mereka mau bekerja
tidak ada lagi waktu yang terbuang percuma yang sebelumnya hanya diisi dengan duduk-duduk tanpa penghasilan. Hasil wawancara dengan nelayan rumput laut
yang ditunjang dengan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan budidaya rumput laut memberikan keuntungan dan berkontribusi besar terhadap
tingkat kesejahteraan mereka. 4.3 Aspek Perekonomian
Kondisi perekonomian suatu daerahwilayah sangat tergantung pada potensi dan sumberdaya alam yang dimiliki dan kemampuan daerah itu untuk
mengembangkan segala potensi yang dimilki. Dalam untuk mengembangkan potensi tersebut, pemerintah Kabupaten Bantaeng telah melakukan berbagai
upaya, langkah dan kebijakan. Semua kebijakan dan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten Bantaeng telah menunjukkan hasil yang memadai. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang terus meningkat, yakni pada tahun 2006
nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp899.1 milyar. Nilai PDRB pada saat penelitian sebesar Rp781.9 milyar, sehingga jika dibandingkan dengan tahun
2005, terjadi kenaikan sebesar 15.
Struktur perekonomian Kabupaten Bantaeng masih didominasi oleh sektor pertanian yang salah satu diantaranya adalah dari sub sektor perikanan, termasuk
komoditas rumput laut. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan total PDRB tahun 2006 sebesar 57.62, urutan ke dua sektor jasa-
jasa sebesar 12.75 dan urutan ke tiga sektor perdagangan sebesar 10.07. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk suatu
wilayahdaerah adalah PDRB perkapita. PDRB perkapita penduduk Kabupaten Bantaeng dari tahun 2001-2006 telah berkembang. Pada tahun 2001 PDRB
perkapita penduduk Kabupaten Bantaeng hanya mencapai Rp2 826 321 dan pada tahun 2006 telah meningkat menjadi Rp5 267 781 BPS 2008.
Walaupun PDRB telah meningkat dengan cepat yang berarti ada perbaikan dan peningkatan kesejahteaan penduduk, namun jika dilihat dari angka keluarga
prasejahtera maka tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bantaeng, masih tergolong rendah. Angka keluarga pra-sejahtera relatif lebih tinggi bila
dibandingkan dengan keluarga sejahtera I, II dan III apalagi dengan keluarga sejatera III+ Tabel 18.
Tabel 18 Keluarga pra-sejahtera dan sejahtera menurut kecamatan di Kabupaten Bantaeng 2007
No. Kecamatan
Pra sejaht Sejaht I
Sejaht II Sejaht III Sejaht
III+ 1.
Bissapu 2 828
1 844 1 496
1 246 727
2. Bantaeng
1 340 2 243
3 382 1 324
375 3.
Tompo bulu 1 546
1 773 1 677
1 133 367
4. Ulu ere’
797 1 057
635 301
21 5.
Pa’jukukang 3 620
1 906 1 242
655 184
6. Eremerasa
2 518 1 285
557 371
151 7.
Sinoa 1 438
965 600
283 26
8. Gantarang
keke 1 240
1 631 1 072
717 148
Jumlah 15 327
12 704 10 661
6 030 1 999
Sumber : BPS 2008.
4.3.1 Sumberdaya Perikanan