Kecamatan Bissapu batas wilayah administrasinya adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Uluere’, sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Bissapu, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bantaeng dan Laut Flores dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Uluere’ dan
Kabupaten Jeneponto BPS Kecamatan 2008.
4.1.2 Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Bantaeng terdiri atas pegunungan, lembah, daratan dan pesisir pantai. Ketinggian wilayahnya antara 0 – 1 000 m di atas
permukaan laut, mulai dari tepi laut Flores sampai ke pegunungan sekitar Gunung Lompobattang. Wilayah pesisir dengan ketinggian 0 -25 m di atas permukaan laut,
berada pada areal bagian selatan dengan luas sekitar 10.3 , ketinggian 26-99 m sekitar 19.5, ketinggian 100-500 m sekitar 29.6 dan ketinggian di atas 500
seluas 40.6 dari luas daratan Kabupaten Bantaeng. Wilayah dengan kelerengan 0-2 hanya seluas 14.9 , kelerengan 2–15 seluas 42.64 , kelerengan 15-40
20.77 sedangkan wilayah yang berlereng di atas 40, tidak diusahakan, seluas 21.69 dari wilayah Kabupaten Bantaeng.
Wilayah Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Bissapu, masing-masing dialiri 6 dan 4 sungai. Sungai yang mengalir di Kecamatan Bantaeng adalah
sungai Kassi-Kassi, Kayu Loe, Kariu, Calindu, Bialo dan Sungai Bolong Sikuyu, sedangkan sungai yang mengalir di Kecamatan Bissapu adalah Sungai Tino,
Cabodo, Batu Rinring dan Sungai Lamosa.
4.1.3 Iklim
Iklim dipengaruhi oleh musim. Secara umum pergantian musim di Kabupaten Bantaeng berlangsung dua kali, yaitu musim barat pada bulan
Oktober-Maret dan musim timur pada bulan April-September. Iklim di daerah ini tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 71.8 mmbulan dan
jumlah hari hujan berkisar 64 hari pada tahun 2007. Berdasarkan pencatatan Subdin Pengairan Dinas PU Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten
Bantaeng pada tahun 2007, khusus untuk Kecamatan Bantaeng curah hujan sekitar 770 mm dengan rataan 10.40 mmbulan, jumlah hari hujan 74 hari dan puncak
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni. Di Kecamatan Bissapu jumlah curah
hujan adalah 414 mm dengan jumlah hari hujan 107. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan Desember tetapi curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan Maret. Rincian jumlah curah hujan di Kabupaten Bantaeng tahun 2002-2007
memperlihatkan pada tahun 2002 curah hujan relatif lebih rendah dibandingkan curah hujan tahun yang lain Lampiran 2. Diantara data curah hujan selama enam
tahun, curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2005. Curah hujan pada tahun 2005 berpuluh kali lipat tingginya dibandingkan dengan curah hujan tiga tahun
sebelumnya maupun curah hujan dua tahun setelahnya. Curah hujan tertinggi
cenderung terjadi pada Januari, Februari dan Desember. Curah hujan rendah cenderung terjadi pada Agustus, September, Oktober dan November, bahkan pada
September tahun 2002, 2006 dan 2007 tidak ada curah hujan sama sekali Gambar 15. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan berhubungan dengan musim, yang
ditunjukkan curah hujan rendah terjadi pada bulan musim timurkemarau. Pada bulan yang cenderung curah hujan rendah tersebut merupakan musim
timurkemarau.
Gambar 15 Jumlah curah hujan setiap bulan pada Tahun 2002-2007 di Kabupaten Bantaeng.
Selain curah hujan, jumlah hari hujan setiap bulan juga berpengaruh terhadap kondisi perairan. Rincian hari hujan dalam enam tahun terakhir
Lampiran 2, jumlah hari hujan tertinggi pada tahun 2005, jauh lebih tinggi dari pada tahun-tahun yang lainnya. Frekuensi hari hujan umumnya tinggi pada bulan
Januari, Februari dan Desember dan cenderung rendah pada bulan Agustus, September, Oktober dan November Gambar 16.
Apabila dicermati, terdapat kesamaan antara jumlah curah hujan dengan jumlah hari hujan, yakni bulan dengan curah hujan cenderung tinggirendah maka
jumlah hari hujan juga demikian. Fenomena ini terjadi tiap tahun. Akan tetapi tetap ada pergeseran waktu puncak tertinggi curah hujan dan jumlah hari hujan
tiap tahun. Informasi tentang jumlah curah hujan, jumlah hari hujan dan pergeseran waktu curah hujan tertinggi yang merupakan prediksi dari hasil
analisis Badan Meteorologi dan Geofisika BMG wajib disampaikan pemerintah kepada nelayan rumput laut agar mereka bisa mengantisipasi kondisi tersebut.
Gambar 16 Jumlah hari hujan setiap bulan pada Tahun 2002-2007 di Kabupaten Bantaeng.
Data curah hujan yang akurat, penting dan sangat dibutuhkan oleh nelayan rumput laut untuk menentukan jadwal tanam. Curah hujan terkait erat dengan
salinitas perairan, khususnya di perairan Bantaeng yang menjadi muara banyak sungai. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan salinitas perairan turun ke
level yang tidak sesuai untuk pertumbuhan rumput laut. Apabila nelayan menanam pada bulan yang curah hujannya relatif tinggi maka produksinya akan
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan menanam pada bulan yang curah hujannya lebih rendah. Selain itu, musim hujan menyebabkan peningkatan
dinamika laut yang ditunjukkan oleh arus kuat dan gelombang tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan rumput laut. Nelayan rumput laut akan menyesuaikan
jadwal tanam dengan kondisi alam sehingga tidak akan mengalami kegagalan dalam kegiatan budidaya rumput laut.
4.1.4 Kondisi Oseanografi