VII. KEBERLANJUTAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Analisis keberlanjutan kegiatan rumput laut dilakukan dengan pendekatan multidimensional scaling
MDS yang disebut Rap-RL. Rap-RL ini merupakan pengembangan dari metode Rapfish yang digunakan untuk menilai status
keberlanjutan perikanan tangkap Pitcher dan Preikshot 2001. Hasil analisis keberlanjutan ini dinyatakan dalam indeks keberlanjutan kegiatan budidaya
rumput laut ikb-RL, dimana indeks keberlanjutan ini mencerminkan status keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut yang sedang diteliti berdasarkan
kondisi yang ada existing. Nilai indeks berkelanjutan pada setiap dimensi keberlanjutan, ditentukan dengan cara memberikan nilai skoring pada masing-
masing dimensi yang merupakan hasil dari pendapat pakar. Nilai skoring indeks berkelanjutan pada setiap dimensi berkisar antara 0 -100 dengan kriteria tidak
berkelanjutan buruk jika nilai indeks terletak antara 0–24.99, kurang berkelanjutan jika nilai indeks terletak antara 25–49.99, cukup berkelanjutan jika
nilai indeks terletak antara 50–74.99 dan berkelanjutan baik jika nilai indeks terletak antara 75–100. Penelitian optimasi pengelolaan sumberdaya rumput laut
di wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng, indeks keberlanjutannya ditetapkan dalam lima dimensi yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya,
dimensi teknologi dan dimensi kelembagaan dengan atribut dan nilai skoring hasil pendapat pakar.
7.1 Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Rap-RL MDS terhadap sepuluh atribut dimensi ekologi diperoleh nilai indeks keberlanjutan
untuk dimensi ekologi sebesar 67.95 dengan status cukup berkelanjutan Gambar 82. Nilai indeks keberlanjutan ini menunjukkan bahwa apabila
pengelolaan dan pemanfaatan tetap seperti saat ini maka kegiatan budidaya rumput laut, dilihat dari aspek ekologinya akan tetap bisa berkelanjutan tanpa
mendegradasi kualitas kawasan perairan. Karena itu, atribut-atribut yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan aspek ekologi yang berdampak positif
tetap harus dijaga atau bahkan ditingkatkan dan atribut yang berdampak negatif ditekan.
Gambar 82 Indeks keberlanjutan dimensi ekologi kegiatan budidaya rumput laut di wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng.
Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi ekologi terdiri dari sepuluh atribut, yakni: 1
kecepatan arus; 2 substrat dasar; 3 salinitas; 4 keterlindungan; 5 Ketinggian gelombang; 6 kecerahan; 7 kedalaman; 8 mutu bibit; 9 ketersediaan bibit
dan 10 ketersediaan bibit bermutu baik. Atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi dapat
diketahui dengan melakukan analisis Leverage. Berdasarkan hasi analisis Leverage
diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi yaitu 1 keterlindungan; 2 kecerahan dan 3 mutu bibit. Hasil
analisis Leverage Gambar 83.
Gambar 83 Peran masing-masing atribut dimensi ekologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square RMS.
Berdasarkan hasil survey, wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng merupakan perairan terbuka yang berhadapan langsung dengan Laut Flores tanpa adanya
pelindung seperti pulau kecil atau gusung. Hasil analisis Leverage mengindikasikan bahwa keterlindungan adalah atribut yang paling sensitif untuk
memberikan pengaruh pada nilai indeks keberlanjutan apabila dilakukan treatment
. Akan tetapi sampai saat ini masih belum ditemukan teknologi yang bisa berfungsi sebagai pelindung seperti pulau atau gusung. Adapun solusi dari
masalah ini adalah dengan menjadwalkan waktu tanam, yakni melakukan penanaman pada musim timur dan peralihan yang kondisi kecepatan arus dan
ketinggian gelombangnya masih dalam batas-batas yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut.
Atribut selanjutnya yang sensitif untuk mengubah nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi adalah kecerahan. Secara umum kecerahan pada
lokasi penelitian tinggi, hanya ada beberapa spot yang mengalami sedikit kekeruhan. Namun ternyata hal ini menjadi atribut yang sensitif. Tingkat
kecerahan yang rendah berada pada posisi sekitar pantai yang kedalaman perairannya rendah sehingga pengadukan terjadi sampai ke dasar perairan. Atribut
mutu bibit bisa dipahami kalau menjadi atribut yang perlu dibenahi sebab sampai
saat ini belum ada kegiatan pembibitan yang mampu menyiapkan bibit yang bermutu baik. Masyarakat hanya menggunakan bibit yang disisihkan dari hasil
panen dan digunakan berulang-ulang. Pada hal Mubarak 1978 memperkirakan bahwa paling lama 6 bulan bibit sudah harus diganti dengan bibit yang baru sebab
menggunakan bibit lebih dari 6 bulan produksi cenderung menurun. Salah satu faktor produksi yang menentukan keberhasilan suatu kegiatan budidaya adalah
penggunaan bibit yang bermutu baik. Kalau nelayan rumput laut atau pihak swasta belum mampu membuat pembibitan untuk menyiapkan bibit yang
bermutu, seharusnya pihak pemerintahlah dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kalautan Kabupaten Bantaeng yang menanganinya.
Upaya perbaikan tidak hanya dilakukan terhadap atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi akan
tetapi juga diupayakan mempertahankan atau meningkatkan atribut-atribut yang berdampak positif terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan dimensi
ekologi kegiatan budidaya rumput laut untuk lebih meningkatkan status keberlanjutan.
7.2 Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi