Analisis Daya Dukung Kawasan untuk Budidaya Rumput Laut

cara ini, kelas kesesuaian lahan untuk penggunaan budidaya rumput laut diperoleh; 5. Pemetaan kesesuaian lahan yang dilakukan dengan program spasial Arc View 3.3. untuk memetakan kawasan ketiga kelas lahan tersebut dilakukan operasi tumpang susun overlaying dari setiap tema yang dipakai sebagai kriteria. Hasil perkalian antara bobot dan skor yang diterima oleh masing-masing coverage tersebut disesuaikan berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap penentuan kesesuaian budidaya rumput laut. Hasil akhir dari analisa SIG melalui pendekatan indeks overlay model adalah diperolehnya rangking urutan kelas kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut tersebut.

3.4.2 Analisis Daya Dukung Kawasan untuk Budidaya Rumput Laut

Analisis daya dukung perairan untuk pengelolaan budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan kapasitas perairan dan pendekatan kapasitas asimilasi N. Pertama ; pendekatan kapasitas lahan sesuai dengan metode budidaya yang diterapkan. Parameter yang menjadi acuan dalam penentuan daya dukung lahan tersebut menurut Rauf 2007, adalah: a. Luas perairan budidaya rumput laut yang sesuai Luas perairan budidaya rumput laut yang sesuai dapat diperoleh dari hasil analisis kesesuaian dengan menggunakan SIG. b. Kapasitas perairan Kapasitas perairan diartikan sebagai luasan lahan perairan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya rumput laut secara terus menerus yang secara sosial tidak menimbulkan konflik serta secara ekologis tidak mengganggu ekosistem pesisir. Besarnya kapasitas lahan yang ditetapkan dalam studi ini dianalisis dengan formula sebagai beriut: Keterangan: KK = Kapasitas Perairan ℓ1 = lebar unit budidaya ℓ2 = lebar yang sesuai untuk satu unit budidaya p1 = panjang unit budidaya p2 = panjang yang sesuai untuk satu unit budidaya Gambar 8 Skema unit budidaya rumput laut. Kapasitas perairan ditentukan dari selisih antara luas perairan yang sesuai dengan luas unit budidaya dibagi dengan luas perairan yang sesuai kali 100. Luas unit budidaya L1 ditentukan berdasarkan luas rata-rata unit budidaya yang ada di Kab. Bantaeng, yaitu 45x45 m. Luas yang sesuai untuk satu unit budidaya L2 ditentukan berdasarkan hasil survey lapang. Daerah yang berwarna biru merupakan jarak antara unit budidaya yang diasumsikan 10 m yaitu 2 x lebar maksimal badan perahu dengan penyeimbangnya yang dipakai petani rumput laut dalam melakukan aktivitasnya di Kab. Bantaeng. c. Luasan unit budidaya Luasan unit budidaya adalah besaran yang menunjukkan luasan dari satu unit budidaya rumput laut dengan setiap luasan unit budidaya berbeda-beda tergantung dari metode budidaya yang diterapkan. Dalam kajian ini luasan satu unit budidaya didasarkan pada metode long line dengan ukuran 45 m x 45 m = 2 025 m 2 d. Daya dukung perairan atau 0.2025 ha. Daya dukung perairan menunjukkan kemampuan maksimal lahan untuk mendukung aktivitas budidaya secara terus menerus tanpa menimbulkan penurunan kualitas, baik lingkungan biofisik maupun sosial. Berdasarkan pendekatan tersebut diatas maka daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: P2 ℓ2 L2 10m p1 ℓ1 L1 DDP RL = LPS x KP Keterangan: DDP RL LPS = Luas perairan yang sesuai ha = Daya dukung perairan budidaya rumput laut ha KP = Kapasitas perairan ha Perhitungan berapa jumlah unit budidaya yang dapat didukung oleh perairan berdasarkan daya dukung yang diperoleh, digunakan persamaan, sebagai berikut: JUB RL Keterangan: = DDKLUB JUB RL DDP = daya dukung perairan ha = jumlah unit budidaya rumput laut unit LUB = luas unit budidaya unitha Kedua ; pendekatan kapasitas asimilasi N perairan dengan rumus: N BM x V tot x FT x 10 Keterangan : -6 N BM V = N Baku Mutu Kep.Men LH 2004 : 1.0 mgl tot = V ps FT = 1D, D=koefisien flushing x2

3.4.3 Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Rumput Laut