Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan

seperti Kementerian perindustrian dan perdagangan, Perhubungan, Perbankan, swasta dan stakeholders lain saat ini belum betul-betul terlibat secara intensif. Apabila atribut-atribut tersebut dikelola dengan baik maka nilai indeks keberlanjutan bisa lebih meningkat dari status kurang berkelanjutan menjadi status berkelanjutan. Pengelolaan atribut dilakukan dengan cara meningkatkan peran setiap atribut yang memberikan dampak positif dan menekan setiap atribut yang memberikan dampak negatif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi. Hasil analisis Leverage untuk dimensi teknologi, dapat dilihat pada Gambar 89. Gambar 89 Peran masing-masing atribut dimensi teknologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square RMS.

7.5 Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan

Dimensi kelembagaan dengan tujuh atribut yang telah dianalisis Rap_RL menghasilkan nilai indeks keberlanjutan sebesar 39.84 dengan status kurang berkelanjutan Gambar 90. Walaupun posisi titik nilai indeks keberlanjutan berada pada kwadran positif yang berarti kecenderungan pengelolaan sekarang ke arah baik, akan tetapi nilai indeks yang rendah yang berada pada status kurang berkelanjutan mengindikasikan adanya atribut-atribut yang perlu perbaikan dengan segera. Apabila hal ini tidak dilakukan maka kegiatan budidaya rumput laut yang eksis saat ini bisa mengalami penurunan nilai manfaat. Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi kelembagaan, adalah 1 Ketersediaan lembaga kelompok tani RL; 2 Ketersediaan zonasi peruntukan lahan wilayah pesisir; 3 Ketersediaan Perda; 4 Ketersediaan aturan adat dan agamakepercayaan; 5 Adanya tokoh panutan yang disegani; 6 Ketersediaa lembaga keuangansosial; 7 Keberadaan Balai Penyuluh pertanian untuk rumput laut. Gambar 90 Indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan kegiatan budidaya rumput laut di wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng. Analisis Leverage dilakukan untuk melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh tiga atribut paling sensitif diantara atribut lainnya, yakni 1 Ketersediaan Perda; 2 Ketersediaan lembaga kelompok tani; dan 3 Ketersediaan lembaga ekonomisosial Gambar 91. Secara khusus, belum ada Perda di Kabupaten Bantaeng yang mengatur kegiatan budidaya rumput laut padahal kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat. Sehingga perlu aturan-aturan agar ke depan kegiatan budidaya rumput laut bisa berkembang dan berkelanjutan tanpa menimbulkan konflik yang bisa merugikan bukan hanya bagi nelayan rumput laut itu sendiri tapi juga masyarakat umum dan pemerintahan secara keseluruhan. Perda yang sudah ada hanya mengatur pemungutan retribusi. Belum ada Perda yang mengatur zonasi peruntukan perairan pesisir agar semua stakeholders bisa mengakses perairan tersebut secara adil dan bisa berkelanjutan, khususnya dalam pengelolaan kegiatan budidaya rumput laut. Tata letak unit budidaya rumput laut belum teratur, jalur-jalur untuk lalu lalang perahu nelayan dan untuk para nelayan rumput laut sendiri serta stakeholders lainya belum ditata dengan baik. Sehingga kadang-kadang menyulitkan bagi stakeholders lain untuk memanfaatkan sumberdaya wilayah pesisir. Untuk mengeliminir konflik yang bisa terjadi, terdapat aturan adat yang mengatur tentang ganti rugi bagi nelayan rumput laut yang rusak lahan maupun rumput lautnya karena kelalaian pihak lain, misalnya tertabrak perahu nelayan atau perahu sesama nelayan rumput laut. Ganti rugi disesuaikan dengan nilai kerusakan yang disepakati bersama diantara mereka. Namun aturan lokal ini belum cukup memadai, dibutuhkan Perda yang lebih mengikat dan komprehensif untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Gambar 91 Peran masing-masing atribut dimensi kelembagaan yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square RMS.

7.6 Status Keberlanjutan Multidimensi