Daya dukung perairan juga dapat diestimasi dengan mengkonversinya ke dalam produksi rumput laut yang dihasilkan per unit budidaya. Estimasi produksi
rumput laut di Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Bissapu dapat dihitung dari jumlah produksi rumput laut per unit budidaya. Setiap unit budidaya berisi 75-90
bentangan dan setiap bentangan umumnya menghasilkan 5 kg berat kering rumput laut. Beberapa nelayan rumput laut bahkan bisa menghasilkan 7 kg berat kering
per bentangan, dengan catatan mereka menggunakan bibit yang baik dengan berat 100-125 gramikatan serta dipanen pada saat cukup umur 45 hari. Jumlah unit
budidaya rumput laut yang dapat didukung tanpa menurunkan kualitas kawasan budidaya adalah 5 942 unit budidaya atau dengan produksi 375-450 kg berat
kering perunit maka total produksi kawasan budidaya adalah 2 228 193.75-2 673 900 kgpanen. Frekuensi panen dalam setahun rata-rata empat kali panen.
Sehingga daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut dengan pendekatan kapasitas perairan jika dikonversi ke dalam jumlah produksi tanpa menurunkan
kualitas perairan adalah 8 912 775-10 695 600 kg berat kering rumput laut pertahun atau 8 912.78-10 695.6 tontahun. Sedangkan jika menggunakan analisis
daya dukung perairan dengan pendekatan kapasitas asimilasi N diperoleh 9 903.84 ton berat keringtahun untuk
K.alvarezii
doty coklat dan 12 442.35 ton berat
keringtahun untuk
K.alvarezii
doty hijau.
5.2.1 Kelayakan Kegiatan Budidaya Rumput Laut
Kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng menyerap banyak tenaga kerja. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya Rumah Tangga Perikanan RTP
rumput laut, yakni sebanyak 2 458 dan bukan berarti yang terlibat hanya 2 458 orang itu sebab dari hasil wawancara pada responden, hampir semua anggota
keluarga terlibat. Kemudian tenaga lepas yang bukan termasuk RTP nelayan rumput laut akan tetapi terlibat dalam proses budidaya sebagai pengikat bibit
rumput laut. Juga yang terlibat secara tidak langsung,yakni pedagang pengumpul, penjual alat dan bahan konstruksi bentangan, pembuat konstruksi unit budidaya
dan sebagainya. Kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng mulai dilakukan
sejak tahun 1998 dan pada tahun 2001 mulai berkembang. Jenis rumput laut yang diusahakan hanya satu jenis yaitu
K.alvarezii
dengan metode budidaya juga hanya satu yaitu long line. Pemilihan jenis rumput laut yang dibudidayakan oleh nelayan
rumput laut berdasarkan hasil dari pengalaman mereka selama ini. Produksi terbaik dan menguntungkan diantara jenis rumput laut yang pernah mereka
budidayakan adalah jenis
K.alvarezii
. Demikian juga dengan pemilihan metode budidaya. Mereka memilih metode long line, karena menurut mereka metode ini
lebih murah biaya investasinya, lebih mudah mendapatkan bahan konstruksi dan pembuatan konstruksi unit budidayanya, serta lebih mudah pemeliharaannya.
Sementara itu harga rumput laut di tingkat nelayan rumput laut saat ini mencapai Rp12 000kg berat kering komunikasi pribadi, 23 Mei 2010.
Saat ini kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat hal ini dapat dilihat dari pertambahan luasan areal budidaya dan semakin banyaknya
RTP nelayan rumput laut Tabel 4 dan Tabel 19. Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan budidaya rumput laut yang
dilakukan oleh masyarakat ini menguntungkan sehingga layak dikegiatankan atau merugi secara ekonomi, dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan
kegiatan budidaya rumput laut. Untuk analisis kelayakan kegiatan budidaya rumput laut harus didukung oleh data-data yang memadai seperti data pengeluaran
untuk berbagai sarana produksi, upah, biaya pemeliharaan dan ongkos yang lainnya dan data-data pemasukan. Analisis yang digunakan meliputi analisis Net
Present Value NPV dan Benefit Cost Ratio BC Ratio.
1 Net Present Value NPV
Perhitungan analisis NPV menggunakan asumsi discount rate 7.75 memberikan nilai yang sangat signifikan keuntungannya. Nilai NPV yang
diperoleh adalah Rp18 040 887.11 Tabel 21. Tabel 21 Hasil analisis kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng
2009
2 Benefit Cost Ratio BCR
No. Aspek
Biaya 1.
a. biaya investasi Rp19 135 457
b. Biaya operasional Rp3 324 764
c. Biaya pemeliharaan Rp382 052
Total biaya a+b+c Rp22 842 273
2. Pendapatan
Rp33 659 130 3.
discount rate 7.75
4. present value
Rp22 842 273.74 5.
Net present value 10 tahun Rp18 040 887.11
6. BC
9.58
BCR menunjukkan ukuran berapa kali lipat keuntungan benefit yang akan diperoleh dari biaya cost yang dikeluarkan. Hasil perhitungan BCR
kegiatan budidaya rumput laut di Bantaeng memberikan nilai BCR 9.58 Tabel 21. Jadi kegiatan budidaya rumput laut memberikan keuntungan yang berlipat
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.. Sebab itu hal yang sangat wajar apabila nelayan tangkap maupun nelayan pembudidaya ikan dan udang di
Kabupaten Bantaeng beralih menjadi nelayan rumput laut. Adapun perhitungan biaya investasi, biaya operasional, biaya pemeliharaan, analisa biaya kegiatan dan
analisa BC Ratio masing-masing di Lampiran 9, 10, 11, 12 dab 13.
VI. OPTIMASI PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BANTAENG UNTUK